Suami Mengerjakan Pekerjaan Rumah Tangga

Salah satu shifat jelek laki-laki adalah menganggap bahwa pekerjaan rumah tangga adalah domain istri yang tak pantas dikerjakan oleh suami.


Padahal, apa iya tidak pantas?

Coba perhatikan hadīts mulia berikut ini…

Kata Ibunda ‘Ā-isyah رضي الله تعالى عبها ketika ditanyakan apa kebiasaan sehari-hari Baginda Nabī ﷺ‎ di rumah, maka Ibunda ‘Ā-isyah menjawab:

كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ

(arti) _“Beliau dalam kesibukan membantu keluarganya, dan jika tiba waktu sholāt maka Beliau pun pergi sholāt.”_ [HR al-Bukhōrī no 6039; at-Tirmidzī no 2489; Ahmad no 23093, 23800].

Di dalam riwayat lain, disebutkan oleh Ibunda ‘Ā-isyah:

مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ

(arti) _“Beliau melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian apabila sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sandalnya, menambal bajunya, dan mengangkat air di ember.”_ [HR Ibnu Hibbān no 5676].

Tahu kan kalau Baginda Nabī ﷺ‎ itu adalah "kepala negara & kepala pemerintahan"? Beliau ﷺ‎ juga adalah "panglima perang tertinggi". Beliau ﷺ‎ adalah "hakim tertinggi". Namun, ketika Beliau ﷺ‎ di rumah, maka status Beliau adalah "suami" yang membantu istrinya dalam pekerjaan rumah tangga…!

Tiada gengsi, tiada sungkan, tiada meremehkan. Beliau ﷺ‎ menyingsingkan lengan membantu istri-istrinya.

Itulah pengejawantahan cinta sejati seorang suami…!

Maka siapa kita yang sok-sok tak mau membantu istri…?

Lagipula, tidak ada yang gratis. Ketika seorang suami membantu istri, selain semakin menimbulkan kecintaan istri kepada dirinya, sebenarnya suami juga "mencuri pahala" istrinya. Sudahlah istri tambah cinta, mendapat pahala pulak!

Apa tidak indah…?

So, bantulah istri, raihlah cinta dan sekaligus pahala. Ingatlah tujuan kita bukan cuma di Dunia yang fana, tapi Syurga Allōh ﷻ‎ yang kekal.

نسأل الله السلامة والعافية في الدنياوالآخرة

-AN-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh