Memilih RAK-US = Aḳofuḍ-Ḍororoin?

Ada yang bertanya kenapa sekarang saat ARBw tidak bisa maju PilKaDa, lalu kenapa saya memilih GolPut dan tidak memilih RAK-US sebagai bentuk dari aḳofuḍ-ḍororoin (lesser of two evils – memilih yang lebih ringan di antara 2 kerusakan).

Sebab bukankah ada qoidah:

وَضِدُّ تَزَاحُمِ ٱلْمَفَاسِدِ يُرْتَكَبُ ٱْلأَدْنَى مِنَ ٱلمَفَاسِدِ

(arti) _“Apabila berbenturan pilihan antara 2 mafsadah (kerusakan), pilihlah mafsadah yang paling ringan.”_

Kemudian para ùlamā’ sering mengatakan:

مَا لَا يُدْرَكُ كُلُّهُ لَا يُتْرَكُ كُلُّهُ

(arti) _“Apabila tak bisa mendapatkan semuanya, maka janganlah tinggalkan semuanya.”_


❓ Seperti biasa, pertanyaan adalah: "Apakah tepat & berlaku qoidah aḳofuḍ-ḍororoin dalam kasus ini?"

‼️ Jawabannya tentu saja qoidah itu TIDAK BISA dipaksakan untuk membenarkan memilih RAK-US, sebab:

🔴 Pertama, para ùlamā’ fuqohā’ tak pernah mengunakan qoidah darurat yang caranya begitu.

Sebab aslinya bukankah tidak ada kedaruratan pasca keputusan MK? Namun parTAI tetap menolak mengusung, sehingga artinya kedaruratan itu dibikin sendiri.

Belum paham?

Ambil pemisalan Sarimin yang kelaparan, minta makan kepada Wawan. Oleh Wawan, Sarimin diberikan paha kambing bakar yang lezat. Akan tetapi oleh Sarimin malah dibuang ke tempat sampah. Sarimin lalu cari-cari makan lagi, dan datanglah Opung Loemoet menawarkan Sangsang B1, dan bersama datang pula oom Edoh menawarkan Tongseng B2. Maka apakah Sarimin telah sangat kelaparan itu boleh memilih salah satunya dengan alasan "the lesser between two evils"?

Jawab: ya TIDAK BOLEH, sebab "kedaruratan" yang terjadi adalah malah diciptakan oleh si Sarimin sendiri.

Makanya dalam fatwa-fatwa mereka, para fuqohā’ tidak akan membenarkan kasus-kasus semisal:
⑴. Perempuan hamil periksa ke dokter SpOG laki-laki padahal ada SpOG perempuan dengan mudah bisa didatangi.
⑵. Seseorang yang ingin merenovasi rumah, padahal tiada kebutuhan mendesak untuk itu dan ia pun sedang tak punya dana, lalu ia berutang kepada bank dengan sistem ribā.

⚠️ Para ùlamā’ fuqohā’ sering mengingatkan:

ٱلضَّرُورَاتُ تُقَدَّرُ بِقَدْرِهَا

(arti) _“Kedaruratan itu adalah sesuai dengan kadarnya.”_

🔴 Kedua, memilih untuk tidak memilih pun PUNYA DALĪL juga.

Iya, dalīlnya adalah aṫar perkataan Ṣoḥābat mulia Ahbān ibn Ṣoifiyy al-Ġifāriyy رضي الله تعالى عنه ketika Ḳolīfah Àliyy ibn Abī Ṭōlib رضي الله تعالى عنه meminta bantuannya untuk memerangi Muàwiyyah ibn Abī Sufyān رضي الله تعالى عنهما:

إِنَّ خَلِيلِي وَابْنَ عَمِّكَ عَهِدَ إِلَيَّ إِذَا اخْتَلَفَ ٱلنَّاسُ أَنْ أَتَّخِذَ سَيْفًا مِنْ خَشَبٍ فَقَدْ ٱتَّخَذْتُهُ فَإِنْ شِئْتَ خَرَجْتُ بِهِ مَعَكَ

(arti) _“Kekasihku dan putra pamanmu (Rosūlullōh ﷺ –pent) memerintahkanku apabila orang-orang Muslim berseteru agar aku membuat pedang dari kayu dan aku sudah membuatnya. Apabila kamu mau, aku akan membawanya (maju berperang –pent) bersamamu.”_ [Aṫar Riwayat at-Tirmiżiyy no 2203; Aḥmad no 25944].

Bayangkan, itu pilihannya adalah membantu Ḳolīfah Àliyy رضي الله تعالى عنه, sedangkan lawannya adalah Ṣoḥābat mulia Muàwiyyah رضي الله تعالى عنه. Namun itu saja bisa memilih untuk tak memilih. Maka apalagi cuma pilihan RAK-US vs PO-RNO vs E-DAN?

🔴 Ketiga, bukankah memilih untuk tidak memilih itu juga pilihan sah di system democrazy?


Jadi janganlah memaksakan diri memakai qoidah fiqh ataupun perkataan ùlamā’ apalagi dalīl untuk dijadikan pembenaran dalam memilih RAK-US. Sebab beberapa polling yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas tidak terwakili aspirasinya oleh pas-lon RAK-US, PO-RNO, apalagi E-DAN.

▶️ Maka dengan memilih untuk tidak memilih (atau menjadikan suara rusak sehingga tak bisa disalahgunakan) itu justru menjadi pilihan untuk memperjuangkan aspirasi mayoritas masyarakat.


Demikian, semoga dapat dipahami.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh