Daì & Imām Jahat

Di mata sebagian besar masyarakat kita dua gelar (daì & imām) itu konotasinya sudah pasti baik, sudah pasti oknum yang disebut daì atau imām itu adalah seseorang yang ṣōlih dan bertaqwa kepada Allōh ﷻ‎.

❓ Pertanyaannya, benarkah begitu?

Pertama-tama tentang gelar "daì" yang artinya secara bahasa adalah seseorang yang berda`wah (mengajak / menyeru) orang.

📌 Di dalam al-Qur-ān, Allōh ﷻ‎ memerintahkan:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

(arti) _“Hendaklah ada di antara kalian ada sekelompok orang yang menyeru kepada kebajikan, dan memerintahkan kepada yang baik, dan melarang dari yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung.”_ [QS Āli Ìmrōn (3) ayat 104].

⚠ Maka kalau diperhatikan keumuman dari ayat tersebut, ketika ada sebagian orang yang menyeru kepada kebajikan dan memerintahkan kepada yang baik, maka tentunya secara logis sebaliknya ada pula sebagian orang yang menyeru kepada kejahatan, memerintahkan melakukan kemungkaran.

Bahkan dengan kedok orang baik juga…!

📌 Perhatikan peringatan dari Baginda Nabī ﷺ‎ kepada Ṣoḥābat mulia Ḥużaifah ibn al-Yamān رضي الله تعالى عنه ketika ia bertanya kepada Baginda Nabī ﷺ‎ apakah akan ada datang keburukan setelah kebaikan (berislāmnya mereka dan berjuangnya mereka di sisi Baginda Nabī ﷺ‎), maka Baginda Nabī ﷺ‎ menjawab:

دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا … نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا

(arti) _“Akan muncul para daì yang menyeru di depan pintu Neraka Jahannam, siapa saja yang menerima seruan mereka, maka mereka (orang yang menjawab seruannya itu –pent) akan dijerumuskannya ke dalam Jahannam. … (adapun ciri-ciri mereka adalah) Mereka dari kalangan kita juga dan berbicara dengan bahasa kita.”_ [HR al-Buḳōriyy no 7084; Muslim no 1847].

☠ Ada ya para daì yang menyeru kepada kebāṭilan, dan mereka menurut Baginda Nabī ﷺ dari kalangan kaum Muslimīn juga dan berbicara dengan "bahasa kita" juga yaitu menggunakan al-Qur-ān dan al-Ḥadīṫ akan tetapi dipahami secara menyimpang.

📍 Intinya, ada oknum-okum daì yang menyimpangkan ayat-ayat al-Qur-ān dan al-Ḥadīṫ, mereka melakukan sebagaimana perkataan Ḳolīfah Àliyy ibn Abī Ṭōlib رضي الله تعالى عنه, yaitu:

كَلِمَةٌ ٱلْحَقُّ يُرُيدُ بِهَا ٱلْبَاطِلُ

(arti) _“Perkataan yang benar namun digunakan untuk tujuan yang buruk.”_

Maka begitu pula dengan gelar "imām" yang artinya secara bahasa adalah "pemimpin".

📌 Di dalam al-Qur-ān Allōh ﷻ menjelaskan ciri-ciri orang berīmān itu adalah orang-orang yang berdoa:

وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

(arti) _“Jadikanlah kami imām bagi orang-orang bertaqwa.”_ [QS al-Furqōn (25) ayat 74].

ℹ️ Para ùlamā’ mufassir mengatakan bahwa maksudnya adalah para imām yang diteladani dalam kebajikan, maka tentu secara logis sebalikny ada pula oknum yang menjadi imām di dalam keburukan.

📌 Buktinya adalah di dalam al-Qur-ān Allōh ﷻ memerintahkan:

وَإِن نَّكَثُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُم مِّنۢ بَعۡدِ عَهۡدِهِمۡ وَطَعَنُواْ فِى دِينِكُمۡ فَقَٰتِلُوٓاْ أَئِمَّةَ ٱلۡكُفۡرِۙ إِنَّهُمۡ لَآ أَيۡمَٰنَ لَهُمۡ لَعَلَّهُمۡ يَنتَهُونَ

(arti) _“Dan apabila mereka melanggar sumpah setelah ada perjanjian, dan menista agamamu, maka perangilah imām-imām kāfir itu! Sungguh-sungguh mereka adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, mudah-mudahan mereka berhenti.”_ [QS at-Taubah (9) ayat 12].

ℹ️ Para ùlamā’ mufassir mengatakan bahwa para pemimpin kekufuran itu adalah siapa saja yang mencela (merendahkan) agama Allōh, menjadi penolong agama Ṡaiṭōn, dan menghalang-halangi manusia untuk kembali kepada kebenaran (yaitu: al-Qur-ān dan as-Sunnah yang dipahami dengan pemahaman yang benar).

📌 Bahkan para imām dalam keburukan itu menjadi suatu hal yang sangat ditakutkan oleh Baginda Nabī ﷺ atas ummatnya, sebagaimana sabda Beliau ﷺ:

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي ٱلْأَئِمَّةَ ٱلْمُضِلِّينَ

(arti) _“Yang aku takutkan atas ummatku hanyalah para imām yang menyesatkan.”_ [HR Abū Dāwud no 4252; at-Tirmiżiyy no 2229; Aḥmad no 16493, 20335, 21360-1, 21359, 21415; ad-Dārimiyy no 215, 2794].

📍 Ḳolīfah Ùmar ibn al-Ḳoṭṭōb رضي الله تعالى عنه pernah menjelas kepada Ziyād ibn Ḥudair رحمه الله تعالى tentang 3 perkara yang dapat menghancurkan kaum Muslimīn, yaitu:

يَهْدِمُهُ زَلَّةُ ٱلْعَالِمِ وَجِدَالُ ٱلْمُنَافِقِ بِٱلْكِتَابِ وَحُكْمُ ٱلْأَئِمَّةِ ٱلْمُضِلِّينَ

(arti) _“Tergelincirnya seorang ùlamā’, orang-orang munāfiq yang berdebat menggunakan al-Qur-ān, dan ḥukum (keputusan) para imām yang menyesatkan.”_ [Aṫar Riwayat ad-Dārimiyy no 220].

Demikian berbagi di Jumàt pagi ini, semoga bermanfaat.

Kita berdoa:

ٱللَّهُمَّ أَرِنَا ٱلْحَقَّ حَقًّا وَٱرْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا ٱلْبَاطِلَ بَاطِلًا وَٱرْزُقْنَا ٱجْتِنَابَهُ
{allōhumma arinal-ḥaqqo ḥaqqon war-zuqnat-tibā-àhu wa arinal-bāṭila bāṭilan war-zuqnaj-tinābah}

(arti) _“Wahai Alloh, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu sebagai kebenaran dan bantulah kami untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami yang bāṭil itu sebagai kebāṭilan dan bantulah kami untuk menjauhinya.”_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh