Mati Dalam Keadaan Berma’ṣiyah – a True Story

Barusan saya diceritakan oleh seorang teman yang dokter tentang kejadian yang terjadi siang tadi di sebuah RS…

Kejadian yang pasti membuat kita semua bergidik saat mendengarnya…

Kejadiannya diawali tentang berita hilangnya 3 buah hape milik seorang dokter, kru OK, dan penata, yang sedang dicharge di Nurse Station OK (ruang terbatas semi-steril). Nurse Station di RS itu pintunya tak dikunci, namun ada CCTV yang terhubung ke Ruang Kontrol di Kantoor Manajemen.

Ketika mengetahui hape mereka hilang, para pemiliknya segera menghubungi security, dan kemudian bergerak ke Ruang Kontrol untuk melihat rekaman CCTV. Namun dalam perjalanan ke Ruang Kontrol, mereka dipanggil oleh Team IGD karena ada pasien DOA (death on arrival) yang membawa banyak hape di tasnya. Team IDG memang sebelumnya sudah terinfo tentang adanya situasi kehilangan di RS tersebut.

Begitu para pemilik hape itu tiba di IGD, benar saja ada 4 hape, 3 milik orang-orang di RS yang kehilangan, dan 1 milik si mayit.

Info dari Team IGD, ternyata pasien tersebut datang DOA dibawa oleh warga dengan memakai mobil pick-up karena terjatuh dari motor. Tidak ada tanda-tanda penganiayaan. Ketika Team IGD memeriksa tas si pasien untuk mencari identitas, maka ditemukanlah ada ketidakwajaran yaitu 4 hape tersebut.

Selesai para pemilik hape memberi kesaksian di IGD, lalu dilanjutkan dengan memeriksa rekaman CCTV, dan ternyata benar, si mayit lah yang tertangkap kamera mengambil ketiga hape di Nurse Station OK…

Tercatat di CCTV oknum tersebut mencuri pada jam 11:15, lalu masuk ia sebagai jenazah ke IGD pada jam 11:30.

Subḥanallōh…!

Sungguh kematian tiba-tiba beginilah yang diperingatkan oleh Baginda Nabī ﷺ dalam sabdanya:

مَوْتُ ٱلْفَجْأَةِ أَخْذَةُ أَسَفٍ

(arti) _“Kematian mendadak adalah siksaan yang membawa penyesalan.”_

Atau di dalam riwayat yang lain:

مَوْتُ ٱلْفُجَاءَةِ تَخْفِيفٌ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِ ، وَأَخْذَةُ أَسَفٍ عَلَى ٱلْكَافِرِ

(arti) _“Kematian mendadak adalah keringanan terhadap seorang mu’min dan siksaan yang membawa penyesalan terhadap orang kāfir.”_

Jadi teringat waktu saya SMA, mendiang Ayah roḥimahullōh pernah cerita tentang kematian seorang pejabat tinggi yang jahat terhadap ummat Islām. Katanya ia mati ketika sedang di atas perut seorang pelatjur. Si Pelatjur pun panik dan lari keluar kamar hotel dalam keadaan telanjang sambil teriak-teriak…

Naȕżubillāhi min żālik.

Kita berdoa:

ٱللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ حُسْنَ ٱلْخَاتِمَةِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ سُوءِ ٱلْخَاتِمَةِ
{allōhumma innā nas-aluka ḥusnal- ḳotimah, wa na-ȕżubika min sū-il-ḳōtimah}

(arti) _“Wahai Allōh, kami memohon kepada-Mu akhiran hidup yang baik, dan kami berlindung kepada-Mu dari akhiran hidup yang buruk.”_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk