Carry Trade & Global Stock Market

Pada hari Senin kemarin, Stock Index "Nikkei 225"nya Jepang anjlok nilainua sebesar 12,4%, sedangkan pasar saham di Eropa dan Amerika Utara juga mengalami kerugian besar sebagai akibat dari para trader menjual saham untuk membantu menutupi meningkatnya resiko investasi yang mereka lakukan dengan menggunakan dana berbiaya murah (yang sebagian besar dipinjam dalam bentuk mata uang ¥en (JPY)). Pasar memang tampak pulih dari sebagian besar kerugiannya pada hari Selasa keesokannya, akan tetapi bekas-bekas "kerusakan"nya masih ada.


Adapun yang menyebabkan pasar goncang adalah kombinasi dari berbagai faktor, utamanya yaitu:
● ketakutan akan kemungkinan terjadinya resesi di Amrik (perekonomian terbesar di dunia), dan
● kekhawatiran akan harga saham teknologi yang melonjak terlalu tinggi di tahun ini.

Namun, skala penurunan tersebut semakin diperbesar oleh tekanan untuk segera menjual asset-asset USD akibat kesepakatan-kesepakatan "carry trade" (yang awalnya justru menjadi faktor pendorong pasar mencapai level rekor).

Jadi, bisa disimpulkan bahwa kekacauan yang melanda pasar saham dunia pekan ini faktor penyebab utamanya adalah strategi pasar yang dikenal sebagai:
● "carry trade".


🔸 Apa itu "carry trade"?

Sederhananya "carry trade" adalah transaksi utang dalam satu uang yang berbiaya rendah yang kemudian diinvestasikan ke dalam instrumen finansial dalam mata uang lain (untuk memperoleh laba dari selisih antara pendapatan dari investasi vs biaya utang).

Contohnya adalah berutang dalam mata uang JPY dengan HARAPAN ia tersebut akan "tetap murah" terhadap USD (dan HARAPAN tingkat suku bunga JPY akan tetap rendah). Dana utangan tersebut kemudian akan diinvestasikan dalam instrumen keuangan di Amrik (T-bill dan saham) dengan harapan imbal hasil (laba) yang lebih tinggi (dibanding dengan berutang dalam mata uang yang sama dengan instrumen yang dibeli).



🔸 Kenapa para pedagang menghentikan carry trade yang mereka lakukan?

Faktor utama di balik carry trade adalah perbedaan tingkat suku bunga. Selama beberapa tahun belakangan ini Bank Sentral Jepang (BoJ) telah mempertahankan tingkat suku bunga pada level yang mendekati 0%, yang tujuannya untuk mendorong lebih banyak pengeluaran serta memacu pertumbuhan ekonomi. Namun pada hari Ahad lalu BoJ menaikkan suku tingkat bunga acuan sebesar 0,25% dari rentang 0% menjadi sekitar 0,1%.

Nah, tingkat suku bunga yang lebih tinggi secara teoritis cenderung meningkatkan kurs mata uang suatu negara, dan kurs JPY pun memang melonjak terhadap USD. Akibatnya, para trader pun berebut untuk menjual asset dalam denominasi USD yang mereka anggap beresiko tinggi untuk menutupi biaya utang yang tiba-tiba menjadi lebih tinggi, ditambah lagi dengan kerugian dari perubahan nilai tukar mata uang asing, serta kerugian dalam nilai asset akibat anjloknya harga saham (akibat para trader menjual saham).


Selain itu, para hedgefund yang melakukan carry trade menggunakan model komputer (untuk membantu memaksimalkan keuntungan versus risiko mereka) perlu menjual saham untuk mempertahankan profil risiko yang wajar pada portofolio mereka.


🔸 Kenapa carry trade memiliki dampak yang sangat besar terhadap pasar?

Carry trade sebenarnya paling masuk akal dilakukan ketika kurs mata uang yang mereka berutang di dalamnya relatif stabil, sehingga investor dapat memanfaatkan peluang pasar dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Contohnya seperti kenaikan harga saham baru-baru ini di Amerika Serikat.

Namun, gejolak pasar baru-baru ini mengharuskan para trader untuk menutupi utang mereka dengan membeli JPY dan mata uang carry trade lain (yang mereka berutang di dalamnya) dengan menjual lebih banyak asset berisiko tinggi yang mereka beli pada saat dalam kondisi yang lebih menguntungkan.

Selain itu, carry trade sangat menguntungkan saat saham atau investasi lain sedang naik, namun sebaliknya kerugian dapat menjadi sangat besar pada saat ribuan trader ditekan untuk menjual saham atau asset lainnya sekaligus.

Berbalik tiba-tibanya carry trade global secara besar-besaran adalah "percikan" yang menyalakan sumbu kehancuran pasar ini. Salah satu karakteristik yang menentukan dari kemerosotan pasar yang terus berlanjut ini layaknya sebuah lingkaran setan (dimana aksi penjualan akan meningkatkan volatilitas).


🔸 Bagaimana risiko di masa depan dari carry trade?

Kesenjangan antara tingkat suku bunga acuan BoJ di Jepang (yang sekarang sebesar 0,25%) dengan tingkat suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) (yang sebesar 5%-5,25%)itu masih cukup lebar. Akan tetapi kemungkinan akan menyempit karena The Fed sepertinya akan memangkas lagi tingkat suku bunga acuannya, sedangkan BoJ sepertinya akan menaikkan lagi tingkat suku bunganya.

Pasar Finansial memang tampak telah tenang pada hari Selasa-nya dengan Index Nikkei 225 naik lagi sebesar 10,2%. Begitu juga dengan pasar-pasar yang lainnya, sebagian besar juga mengalami kenaikan. Namun, para analis finansial terbagi dalam pendapat mereka mengenai apakah gelombang volatilitas pasar ini telah berlalu atau masihkah akan terjadi lagi?

Terlepas dari itu, carry trade telah digunakan selama beberapa dekade, dan ia berkontribusi terhadap kehancuran sektor keuangan Islandia pada tahun 2007-2008 di mana investor meminjam dalam JPY atau Swiss Franc (CHF) untuk memanfaatkan tingkat suku bunga Islandia yang ketika itu sangat tinggi. Selama kekacauan pasar kemarin ini, Meksiko, yang menjadi fokus lain dari carry trade JPY, telah ikut menjadi korban karena nilai Peso (MXN)nya jatuh lebih dari 6%.


Carry trade memang strategi perdagangan yang populer, akan tetapi ia berpotensi secara mendasar menjadi rumit dan akan tetap menjadi "wild card" bagi para investor, terutama pada saat volatilitas pasar tinggi.


🔸 Pelajarannya bagi kaum Muslimīn?

Well… sudah sangat jelas, yaitu: JANGAN bermain-main dengan ribā. Terlihat kan tetiba tak ada angin tak ada hujan pasar finansial menggila dan banyak yang bangkrut?

Ingatlah peringatan Allōh ﷻ:

ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِى يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَالُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡبَيۡعُ مِثۡلُ ٱلرِّبَوٰا۟ۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا۟ۚ فَمَن جَآءَهُۥ مَوۡعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمۡرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِۖ وَمَنۡ عَادَ فَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ

(arti) _“Orang-orang yang memakan ribā tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena kesurupan. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual -beli sama dengan ribā. Padahal Allōh telah menghalalkan jual-beli dan mengḥarōmkan ribā. Siapa saja yang mendapati peringatan dari Robb-nya, lalu ia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allōh. Siapa saja yang mengulangi, maka mereka itu penghuni Neraka, mereka kekal di dalamnya.”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 275].

Demikian, semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk