Catatan Kecil Tentang Banī Isrōīl & Yahūdi

"Banī Isrōīl" itu adalah nama "puak" (bangsa), yaitu anak keturunan dari Nabī Ya`qūb ibn Isḥāq عليهما السلام. Banī Isrōīl itu ada yang Muslim, seperti para pengikut setia para Nabiyullōh yang Allōh utus kepada Banī Isrōīl. Contohnya adalah pengikut Nabī Ȉsā ibn Maryam sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qur-ān sebagai "al-Ḥawāriyyūn". Pada masa Baginda Nabī ﷺ di Madīnah, Bani Isrō-īl juga ada yang berīmān kepada Baginda Nabī ﷺ yaitu Ṣoḥābat mulia Àbdullōh ibn Salām رضي الله تعالى عنه. Bahkan dua dari Ummul-Mu’minīn, yaitu: Ibunda Royḥānah bint Zaid رضي الله تعالى عنها dari Banī Naḍīr dan Ibunda Ṣofiyyah bint Ḥuyay رضي الله تعالى عنه dari Banī Quroiẓoh, keduanya adalah dari Banī Isrōīl asli.

Adapun "Yahūdi" itu adalah nama "agama", yaitu agama yang katanya mereka warisi dari Nabī Mūsā ibn Ìmrōn عليه السلام berdasarkan kitāb Taurōt. Padahal kitāb Taurōt itu sendiri telah mereka rusak & ubah-ubah isinya, dan bahkan orang Yahūdi itu kenyataannya lebih mengikuti Talmūd (yaitu kitāb kumpulan fatwa para rabbi) dan Qobāllāh (kitāb mistik Yahūdi).


"Zionisme" itu adalah ideologi nasionalisme Yahūdi Askhenazi (Yahūdi kulit putih keturunan Khazar dan Eropa) yang menginginkan tanah air khusus bagi orang Yahūdi Banī Isrōīl. Sebenarnya Zionisme ini dilahirkan oleh orang-orang Yahūdi Askhenazi yang mereka itu atheist atau "Yahūdi KTP" saja.

Tak ada ide "keagamaan", hanya soal "keturunan" pada ideologi Zionisme ketika ia dicetuskan oleh Theodor Herzl.


Kaum Yahūdi itu membuat kebidàhan dengan prinsip rasis yang aneh, yaitu:

⑴. Seseorang itu otomatis beragama Yahūdi hanya kalau ibu kandungnya beragama Yahūdi (matrilineal), di mana kalau tak beribu kandung Yahūdi maka ia tidak beragama Yahūdi.

⑵. Setelah Raja Nebuchadnezzar II dari Babylon menaklukkan kerajaan Judah-nya Banī Isrōīl pada tahun 586 BCE (dan menghancurkan "Kanīsah Sulaiman"), lalu memperbudak mereka, maka kebanyakan orang Yahūdi yang ada di Tanah Ṡām itu adalah keturunan dari Yahūda (salah satu dari anaknya Nabī Ya`qūb). Mereka lalu membuat kebidàhan dengan mengatakan bahwa Yahūdi itu harus secara garis ayah (patrilineal) berasal dari keturunan Yahūda ibn Ya`qūb.

Karena bidàh patrilineal garis keturunan Yahūda itulah mengapa orang-orang Yahūdi menolak Nabī Ìsā ibn Maryam عليه السلام, sebab Nabī Ìsā itu menurut mereka bukanlah keturunan dari Yahūda ibn Ya`qūb, akan tetapi keturunan dari Bunyāmīn ibn Ya`qūb.

Menurut sebagian ùlamā, inilah kenapa Allōh ﷻ‎ menyebutkan di dalam al-Qur-ān surah aṣ-Ṣoff ayat 5 bahwa:
⇒ Nabī Mūsā عليه السلام memanggil ummatnya: "يَٰقَومِ" (arti: wahai kaumku), sedangkan pada ayat 6-nya:
⇒ Nabi Ìsā عليه السلام memanggil ummatnya: "يَٰبنِى إسْرَائيل" (arti: wahai Banī Isrōīl).

Tentunya kebidàhan yang mereka buat itu tak benar sebab Nabī Ìsā diutus untuk seluruh Banī Isrōīl, mau dari keturunan manapun juga dari keduabelas anak-anak Nabī Ya`qūb.

Saking jahatnya Yahūdi itu, para pembesar & rabbi-rabbi mereka malah bersekutu dengan penjajah Romawi yang beragama Pagan untuk membunuh Nabī Ìsā.

Makanya mengherankan sangat ada sebagian dari kaum Naṣrōnī yang membela-bela koloni pemukim illegal Yahūdi Zionist Isra-Hell itu.


Kaum Yahūdi selalu meminta kepada Allōh diturunkan Nabī untuk memimpin mereka melawan orang kāfir musuh mereka.

Dulu, ketika diperbudak oleh Firàun, mereka memohon kepada Allōh, dan Allōh utus Nabī Mūsā yang akhirnya membawa mereka ke al-Quds. Akan tetapi ketika Allōh menyuruh mereka berjihād merebut al-Quds, mereka karena kepengecutannya malah menolak berjihād.

Begitu juga ketika mereka dijajah oleh bangsa Romawi, kaum Yahūdi itu lagi-lagi memohon kepada Allōh agar diutus "Nabī Berpedang" yang akan memimpin mereka melawan bangsa Romawi. Akan tetapi ketika Allōh utus Nabī Ìsā ibn Maryam kepada mereka, mereka malah menolak & kāfir kepada Nabī Ìsā.

Kenapa mereka kāfir kepada Nabī Ìsā?

Sebab ternyata ajaran Nabī Ìsā tak sesuai dengan hawa nafsu (bukan "Nabī Berpedang" menurut) mereka, maka mereka pun cari-cari alasan dan membuat fitnahan sehingga orang Romawi pun ikut-ikutan memusuhi Nabī Ìsā. Puncaknya, Yahūdi itu "nabok nyilih tangan" kepada Nabī Ìsā dengan memakai tangan Gubernur Judaea Romawi, Pontius Pilates, untuk membunuh Nabī Ìsā. Maka Allōh selamatkan Nabī Ìsā ke Langit (di mana menurut riwayat dalam Tafsīr Ibnu Kaṫīr adalah Ḥawāriyyūn yang paling muda di antara mereka yang menawarkan diri untuk diserupakan wajahnya dengan Nabī Ȉsā dan menggantikannya disalib).

Karena kelakuan kaum Yahūdi itu memang selalu jahat dan busuk, Kaisar Romawi Tiberius pada tahun 19 mengusir mereka dari Yerusalem. Kemudian Kaisar Claudius mengusir mereka lagi dari Yerusalem (antara tahun 41 s/d 53).

Lalu Romawi kembali mengusir kaum Yahūdi adalah pada tahun 70-73 ketika Yahūdi Zealots melakukan pemberontakan sehingga Kaisar Vespasian mengutus Legiun Romawi sebanyak 70.000 orang yang dipimpin oleh Jendral Titus. Titus berhasil mengalahkan kaum Yahūdi Zealots (yang dipimpin Shimon ben Giora, Johannes Giscala, dan Elazar ben Shimon). Titus lalu menghancurkan secara total "Kanīsah Sulaimān"-nya Yahūdi untuk kedua kalinya, dan mengusir seluruh Yahūdi dari Yerusalem. Lalu Yerusalem diratakan dan dibangunnya kota baru yang diberi nama "Aelia Capitolina".

Pada tahun 132, lagi-lagi Yahūdi berontak (Bar Kokhba Revolution) kerena mereka tersinggung sebab Romawi mendirikan kuil Jupiter di lokasi puing al-Aqṣō. Akibatnya Kaisar Hadrian menumpas habis Yahūdi dari Filasṭīn, melarang mereka sama sekali untuk masuk ke Yerusalem, dan bahkan merubah nama provinsi dari "Judaea" menjadi "Syria Palaestinia".

Akibat dari pengusiran oleh Kaisar Hadrian itu, maka sebagian kaum Yahūdi itu beremigrasi ke Yaṫrib di wilayah Ḥijāz.

Kenapa?

Karena mereka tahu dari ḥadīṫ-ḥadīṫ para Nabiyullōh yang pernah Allōh utus kepada mereka bahwa Nabī Akhir Zaman, penutup dari para Nabiyullōh, akan Allōh bangkitkan di Yaṫrib.

Makanya ada riwayat tentang Yahūdi itu ketika mereka telah menetap di Yaṫrib, kalau mereka berselisih dengan kaum Àrab penduduk asli Yaṫrib maka mereka suka mengancam, "Awas ya kalian, kalau Allōh utus nabī kepada kami, nanti ia akan memimpin kami menghabisi kalian!"

Namun ketika Allōh benar-benar utus Baginda Nabī Muḥammad ﷺ‎ dan telah Beliau hijroh ke Yaṫrib, maka apakah kaum Yahūdi itu menerima? Tidak, bahkan mereka kāfir kepada Baginda Nabī ﷺ‎.

📌 Simaklah apa yang Allōh kisahkan di dalam firman-Nya:

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِّنْ عِندِ اللهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُم مَّا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْكَافِرِينَ

(arti) _“Dan setelah datang kepada mereka al-Qur-ān dari Allōh yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabī) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang yang kāfir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la`nat Allōh-lah atas orang-orang yang ingkar itu.”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 89].

☠️ Lagi-lagi mereka kāfir kepada Nabiyullōh karena mereka mengikuti hawa nafsu mereka, karena kesombongan & ḥasad. Sombong karena mereka menganggap keturunan mereka lebih baik dari bangsa Àrab, dan ketika Allōh memberi keutamaan kepada bangsa Àrab (dengan mengutus Nabī Muḥammad ﷺ‎ dari bangsa Àrab) maka mereka pun ḥasad. Persis seperti Iblīs dulu ketika sombong lalu ḥasad kepada Nabī Ādam عليه السلام.

Maka kaum Yahūdi itupun masih terus menanti "Messiah" mereka, sampai kelak saat Allōh bebaskan al-Masīḥ ad-Dajjāl dari kurungannya, maka kaum Yahūdi itu pun akhirnya mendapatkan Messiah yang mereka telah nanti-nanti selama ribuan tahun… dan jelas dari riwayat yang ṣoḥīḥ bahwa 70.000 Yahūdi Iṣfahān pun mengikuti ad-Dajjāl ketika ia keluar pertama kali.

Demikian, semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh