Sokoguru Rezim Fir‘aun

L’histoire se repete – sejarah itu berulang – kata orang Prancis, sedangkan orang Inggris mengatakan: "nothing new under the Sun". Saya tidak tahu idiom dalam bahasa lain, namun saya yakin setiap bangsa di Dunia ini juga meyakini hal yang sama, sebab itu adalah Sunnatullōh (ketetapan Allōh ﷻ), Robb Semesta Alam.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

(arti) _“Sungguh-sungguh telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allōh, karena itu berjalanlah kamu di muka Bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Allōh dan risalah yang dibawa oleh Rosūl-Nya -pent).”_ [QS Āli ‘Imrōn (3) ayat 137].

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

(arti) _“Dan semua kisah para Rosūl yang Kami ceritakan kepadamu adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hati kamu, dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang berīmān.”_ [QS Hūd (11) ayat 120].

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

(arti) _“Sungguh-sungguh pada kisah-kisah mereka (para Nabī dan ummat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.”_ [QS Yūsuf (12) ayat 111].

Kesemua ayat suci di atas menunjukkan betapa pentingnya bagi kita, ummat Islām, untuk mempelajari dan memahami pelajaran sejarah yang diajarkan oleh Allōh ﷻ di dalam al-Qur-ān sebagai bekal kita di dalam mengarungi kehidupan yang pasti penuh dengan cobaan ini.

Adapun salah satu dari cobaan hidup yang paling sering dihadapi oleh manusia adalah interaksi dengan penguasa yang zhōlim. Tentang ini Allōh ﷻ mengajarkan kepada kita melalui begitu banyak ayat tentang perjalanan da‘wah Nabiyullōh Mūsā عليه الصلاة و السلام dan Hārūn عليه السلام ketika menda‘wahi Fir‘aun dan kaumnya. Dalam ayat-ayat yang tersebut, Allōh ﷻ memaparkan dengan sangat deskriptif bagaimana interaksi antara Nabī Mūsā dan Nabī Hārūn yang berjalan di atas kebenaran ketika berhadapan dengan rezim Fir‘aun yang zhōlim dan para pendukungnya yang berjalan di atas kebāthilan. Betapa Fir‘aun dan antek-anteknya itu selalu memakai cara-cara kasar lagi keji dengan tuduh, fitnah, tangkap, siksa, dan membunuh orang seenaknya di luar batas perikemanusiaan walau hanya berdasarkan atas mimpi dan waham saja. 

Dari kisah Nabī Mūsā tersebut, kita dapatkan bahwa ada 4 kelompok manusia yang selalu menjadi pendukung utama (sokoguru) dari rezim yang zhōlim, yaitu:
⑴. Hāmān – yang merupakan representasi dari menteri (teknokrat) atau panglima pasukan, yaitu orang pintar / kuat yang jadi pendamping (backing) rezim dengan kecerdasan, ‘ilmu, dan kekuatan otot.
⑵. Tukang sihir – yang merupakan representasi preman bayaran rezim yang melancarkan tipu daya untuk menterror manusia.
⑶. Qōrūn – yang merupakan representasi para orang kaya yang jahat (Black Taipan) yang menjadi penyandang dana kegiatan jahat rezim.
⑷. Bal‘am ibn Bā‘urō’ – yang merupakan representasi dari ‘ulamā’ sū’ (‘ulamā’ yang jahat yang mengkhianati agama).

Keempat jenis manusia itu akan terus ada di sisi penguasa yang zhōlim menjadi pendukung (sokoguru /backing) dari "Rezim Fir‘aun", oleh karenanya adalah penting bagi kita untuk mengelai shifat-shifatnya, bukan namanya, karena shifat itu tetap, sedangkan nama, tempat, dan waktu berbeda-beda.

Ada sebuah perkataan yang dinisbatkan kepada Kholīfah ‘Aliy ibn Abī Thōlib رضي الله تعالى عنه sebagaimana yang dinukil oleh Imām Abū Hāmid al-Ghozaliy رحمه الله تعالى di dalam kitabnya, Ihyā’ ‘Ulūmuddīn:

لَا تَعْرِف الْحَقَّ بِالرِّجَالِ ، اعْرِفْ الْحَقَّ ، تَعْرِفْ أَهْلَهُ

(arti) _“Janganlah mengenali kebenaran berdasarkan nama individu-individu, akan tetapi kenalilah kebenaran itu sendiri, otomatis anda akan mengenali siapa yang ada di pihak yang benar.”_

Semoga dengan mengenali shifat-shifat para pendukung kebāthilan ini kita diberi hidayah oleh Allōh ﷻ untuk menjauhi dan memerangi kebāthilan tersebut sehingga kita termasuk dari orang yang beruntung.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

(arti) _“Dan siapa saja yang menta'ati Allōh dan Rosūl-Nya, maka mereka itu akan (dikumpulkan) bersama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allōh, yaitu: para Nabī, para Shiddīqīn, para Syuhadā’, dan orang-orang shōlih, dan mereka itulah sebaik-baiknya teman.”_ [QS an-Nisā’ (4) ayat 69].

Mari kita telaah satu per satu sokoguru dari "Rezim Fir‘aun" tersebut.

🔵 Sokoguru Pertama | Hāmān


Nama Hāmān ini disebutkan sebanyak 6x di dalam al-Qur-ān, maka tentunya Hāmān ini adalah penting dipelajari apa perannya.

❔ Siapakah Hāmān?

Hāmān adalah seorang arsitek dari Fir‘aun, ia sekaligus juga jendral dari pasukannya élite Fir‘aun, serta juga merangkap sebagai pendeta tinggi dalam agamanya Fir‘aun. Singkatnya, Hāmān adalah "tangan kanan" dari Fir‘aun, bahkan ia adalah "Menteri Segala Urusan". Kalau di zaman now, Hāmān ini adalah para teknokrat (orang pintar) dan orang kuat di sisi Sang Diktator yang jadi menteri atau team staff ahli / penasihat, atau para petinggi dari pasukan centengnya. Intinya, mereka adalah "yes can do man" dari para diktator yang bengis.

Hāmān ini -sebagaimana juga Fir‘aun- bukanlah nama orang, akan tetapi ia adalah ‘Arabisasi dari gelar, yaitu: "ham nata tapiy amana" (arti: pendeta tinggi dari Amun). 

❔ Kenapa disebut "yes can do man"?

Perhatikan…

Ketika Fir‘aun dida‘wahkan agama Islām dan Allōh ﷻ sebagai satu-satunya Tuhan Semesat Alam, ia kāfir terhadapya dan malah menyombongkan diri bahwa ia adalah tuhan bagi rakyat negerinya. Fir‘aun penasaran dengan siapa Robb-nya Mūsā dan Hārūn yang dida‘wahkan oleh Nabī Mūsā sebagai "Maha Tinggi yang ada di Langit", maka Fir‘aun bukannya datang kepada Mūsā untuk mempelajari keterangan tersebut, ia malah menyombongkan dirinya bahwa ia adalah tuhan, lalu memerintahkan Hāmān agar membangunkan baginya sebuah menara yang tinggi agar ia bisa melihat sendiri Robb-nya Mūsā tersebut, dan tak cukup sampai di situ, Fir‘aun menuduh Mūsā sebagai pendusta.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحًا لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ

(arti) _“Dan Fir‘aun berkata:  "Wahai pembesar kaumku, aku tak mengetahui adanya tuhan bagi kalian selain dari diriku. Maka dari itu wahai Hāmān, bakarlah untukku tanah liat, kemudian bangunkanlah untukku menara yang tinggi agar aku dapat naik ke atasnya untuk melihat langusng tuhannya Mūsā! Dan sungguh aku benar-benar yakin bahwa ia (Mūsā -pent) adalah termasuk dari para pendusta!"”_ [QS al-Qoshosh (28) ayat 38].

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَّعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ ۝ أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا ۚ وَكَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ ۚ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ

(arti) _“Dan Fir‘aun berkata: "Wahai Hāmān! Buatkan untukku sebuah menara yang tinggi sehingga aku bisa sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu Langit, hingga aku dapat melihat tuhan yang disembah oleh Mūsā, dan sungguh aku memandangnya sebagai seorang pendusta!". Demikianlah dijadikan Fir‘aun memandang baik perbuatannya yang buruk itu, dan ia dihalangi dari jalan (yang benar), sedangkan tipu-daya Fir‘aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian!”_ [QS Ghofir / al-Mu’min (40) ayat 36-37].

Fir‘aun itu karena kebodohannya berpikir bahwa ia akan mampu melihat Robbul ‘Ālamīn yang Maha Tinggi di Langit apabila ia melakukannya dari puncak menara yang tinggi. Maka ia memerintahkan Hāmān untuk membangunkan megaproyek menara yang tinggi baginya. Namun ternyata kepiawaian Haman dalam ‘ilmu engineering atau ‘ilmu-‘ilmu duniawi lainnya tidak digunakan pada tempat yang benar, Hāmān malahan memperturutkan hawa nafsu Fir‘aun dengan membangunkan mega proyek menara tinggi yang sebenarnya adalah suatu kesia-siaan yang nyata (pemborosan harta) yang sangat merugikan keuangan negara…!

ℹ️ Dari ayat suci di atas kita ketahui bahwa ternyata bangunan-bangunan di Mesir kuno di zaman Fir‘aun-nya Nabī Mūsā itu bukanlah terbuat dari batu-batu yang dipotong dari gunung seperti yang dipersangkakan oleh orang-orang Barat, tidak. Akan tetapi ia adalah dari tanah liat yang dibakar (sejenis bata).

Adapun pada zaman now, kita melihat para diktator zhōlim megalomaniac-juga sangat mirip dengan Fir‘aun di zamannya Nabiyullōh Mūsā عليه الصلاة و السلام, yang mana kesamaannya adalah:
⒜. Sama-sama ingkar terhadap Kitābullōh (al-haq),
⒝. Sama-sama zhōlim (suka menuduh dan memfitnah, lalu menyiksa dan membunuhi manusia atas dasar itu), dan menyombongkan diri serta merasa berada di atas segalanya.
⒞. Sama-sama memiliki para pembantu yang terdiri dari orang-orang pintar dan menguasai ‘ilmu, tetapi sayangnya malah memperturutkan saja keinginan bodoh dari junjungannya tersebut.

Di zaman now, para teknokrat itu cuma iya-iya saja terhadap apapun pernyataan / keinginan dari penguasa diktator yang zhōlim, sekalipun pernyataan / keinginan junjungannya itu adalah sangat absurd dan tak masuk akal, akan tetapi tetap saja mereka iya-iya saja membenarkannya.

⇛ Itulah penjelasan kenapa sering terlihat ada orang-orang yang seharusnya "pintar" karena mereka punya gelar "PhD" / "duktuur", bahkan "professor" sekalipun, ternyata malahan menjadi ikut-ikutan jadi bodoh saat telah berada di sisi rezim diktator yang zhōlim.

❔ Lalu bagaimanakah akhiran kisah dari Hāmān?

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُم مُّوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ

(arti) _“Dan juga Qōrūn, Fir‘aun, dan Hāmān. Dan sungguh-sungguh telah datang kepada mereka Mūsā dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata (mu‘jizat -pent). Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) Bumi, dan tidaklah mereka orang-orang yang terluput (dari kehancuran itu)!”_ [QS al-‘Ankabūt (29) ayat 39].

Hāmān dibinasakan oleh Allōh ﷻ dengan ditenggelamkan bersama dengan Fir‘aun, dijepit oleh dinding air laut setinggi puluhan meter yang sangat keras…!

Demikian, semoga dapat dipahami.

❤ Kita berdo'a:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
{robbanā lā tuzigh qulūbanā ba‘da idz hadaitanā wa hab lanā mil-ladunka rohmatan innaka antal-wahhāb}

(arti) "Wahai Robb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sungguh hanya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."

🔵 Sokoguru ke-2 | Para Tukang Sihir


❔ Siapa para tukang sihir itu?

Tukang sihir pada zaman Fir‘aun memang adalah tukang sihir / dukun yang memakai black magic (‘ilmu sihir yang diajarkan oleh) Syaithōn dari kalangan jinn, sekaligus juga menggunakan berbagai trik teknis-mekanis tipuan silap mata. Jadi kira-kira mirip dengan sebagian oknum ilusionis pada zaman now.

❔ Kenapa dikatakan sebagai sokoguru dari Rezim Fir‘aun?

Yaitu karena pada prinsipnya, para tukang sihir itu adalah:

⒜. Preman bayaran
Ketika Nabī Mūsā عليه الصلاة و السلام mulai menda‘wahi Fir‘aun, maka para menteri-menteri Fir‘aun malah mendakwa dan memfitnah menuduh Nabī Mūsā dan Nabī Hārūn itu bermaksud hendak mendongkel kekuasaan Fir‘aun. Mereka lalu menyarankan agar Fir‘aun mengumpulkan para tukang sihir.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

قَالَ الْمَلَأُ مِن قَوْمِ فِرْعَوْنَ إِنَّ هَٰذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ ۝ يُرِيدُ أَن يُخْرِجَكُم مِّنْ أَرْضِكُمْ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ ۝ قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَأَرْسِلْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ ۝ يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ ۝ وَجَاءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوا إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِن كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ ۝ قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

(arti) _“Pemuka-pemuka kaum Fir‘aun berkata: "Sungguh Mūsā itu adalah ahli sihir yang sangat pandai, ia bermaksud hendak mengusir kamu dari negerimu!". (Fir‘aun) Berkata: "Lalu apa yang hendak kalian sarankan?". Jawab (mereka): "Tunda dulu berurusan dengan dia dan saudaranya itu, sementara kirimlah ke kota-kota beberapa orang agar mereka mengumpulkan dan membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai.". Kemudian para ahli sihir itu didatangkan kepada Fir‘aun, mereka bertanya: "Tentunya kami akan mendapatkan upah apabila kami yang menang (melawan Mūsā -pent)?". Jawab (Fir‘aun): "Tentunya, dan sungguh kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (denganku)!".”_ [QS al-A‘rōf (7) ayat 109-114].

Nah, perhatikan perkataan para tukang sihir itu bahwa mereka meminta bayaran: "inna lanā la ajron" – "tentunya untuk ini kami akan dibayar dong?". Jadi jelas para tukang sihir itu adalah preman bayaran.

❔ Pertanyaannya: dibayar untuk apa?

⒝. Menciptakan pencitraan dan menterror manusia
Lalu apa kaitannya para tukang sihir / dukun yang menggunakan black magic di zamannya Fir‘aun dengan tukang sihir di Abad XXI, abad yang dikenal dengan nama "The Information Age" ini?

Begini, selamanya yang namanya sihir (magic) dengan menggunakan ‘ilmu hitam ajaran Syaithōn dari kalangan jinn (black magic) yang dipraktekkan oleh para dukun itu akan ada dan digunakan oleh para penguasa diktator yang zhōlim di seluruh penjuru Dunia sampai dengan hari Qiyāmat. Namun pada zaman now ini, yang lebih dominan adalah sihir yang bukan dalam artian "black magic" yang dipraktekkan oleh para dukun melalui jampi-jampi dengan bantuan Syaithōn maupun teknis-mekanis silap mata, akan tetapi suatu yang dikatakan oleh Baginda Nabī ﷺ termasuk bagian dari sihir juga.

❔ Apakah itu…?

Perhatikan…

Suatu ketika, ada dua orang laki-laki dari Timur yang datang ke Madīnah dan mereka pun berpidato di tengah masyarakat, hingga karena kefasihan mereka dalam berpidato membuat orang-orang terpesona.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ menanggapi hal itu:

إِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْرًا‏‏ أَوْ ‏إِنَّ بَعْضَ الْبَيَانِ سِحْرٌ

(arti) _“Sungguh di antara bayan (penjelasan) itu adalah sihir.” atau “Sungguh sebagian dari bayan (penjelasan) itu adalah sihir.”_ [HR al-Bukhōriy no 5767; Abū Dāwūd no 5007; at-Tirmidziy no 2028; Ahmad no 4422, 4981, 5039; Mālik no 1901].

⚠ Jadi kalau digabungkan antara kedua nash di atas, pertama tentang kisah tentang para tukang sihir dan kedua hadīts bahwa sebagian dari perkataan yang mempesona adalah sihir, dapat kita aplikasikan ke dalam kehidupan zaman now bahwa pada dasarnya tukang sihir itu bukan cuma dukun yang menghembus asap di dupa, tidak… tetapi  para "media spinster", yaitu para "spin doctors" yang memelintir dan memanipulasi berita demi keuntungan rezim yang membayarnya – atau istilah kekiniannya adalah "InfluenceRp" dan "BuzzeRp".

❔ Di mana letak persamaannya?

Perhatikan…

Nabī Mūsā عليه الصلاة و السلام menantang Fir‘aun untuk adu hujjah di depan publik dalam rangka membuktikan siapa yang hujjahnya paling benar dan paling kuat. Acara adu hujjah itu diadakan pada "hari raya" dan pada jam "prime time" (sekitar waktu Dhuha) dengan maksud agar seluruh manusia bisa berkumpul menyaksikan peristiwa tersebut.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَن يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى

(arti) _“(Mūsā) Berkata: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu adalah pada hari raya, dan hendaklah manusia dikumpulkan pada waktu Matahari telah naik sampai sepenggalan.".”_ [QS Thō-Hā (20) ayat 59].

⚠ Ayat suci ini menjadi dalīl bahwa menasihati penguasa secara terbuka di depan khalayak ramai, bahkan di waktu prime time pada hari raya itu adalah sunnah dari para Nabiyullōh  – sama sekali bukan su‘ūl adab apalagi bughōt.

Kemudian ketika tiba waktu hari pertemuan tersebut kita dapatkan kejadian yang makin menjelaskan bahwa BuzzeRp dan InfluenceRp itu adalah "Tukang Sihir Zaman Now", perhatikan…

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:
 
قَالُوا۟ يَٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلْقِىَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ نَحْنُ ٱلْمُلْقِينَ ۝ قَالَ أَلْقُوا۟ فَلَمَّآ أَلْقَوْا۟ سَحَرُوٓا۟ أَعْيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَآءُو بِسِحْرٍ عَظِيمٍ ۝ وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِىَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ ۝ فَوَقَعَ ٱلْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ۝ فَغُلِبُوا۟ هُنَالِكَ وَٱنقَلَبُوا۟ صَٰغِرِينَ ۝ وَأُلْقِىَ ٱلسَّحَرَةُ سَٰجِدِينَ ۝ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ ۝ رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ

(arti) _“(Para tukang sihir itu) Bertanya: "Wahai Mūsā, kamukah yang akan melemparkan lebih dulu ataukah kami yang akan melemparkan dulu?". Jawab (Mūsā): "Lemparkanlah (lebih dulu)!". Maka tatkala mereka melemparkan (tali-temali itu), mereka membayangkan di mata manusia dan menterror semua manusia (yang menyaksikannya -pent), mereka mendatangkan sihir yang menakjubkan. Maka Kami wahyukan kepada Mūsā: "Lemparkanlah tongkatmu!", dan sekonyong-konyongnya tongkat itu (berubah menjadi ular sangat besar yang) menelan apa yang mereka sihirkan itu. Karena itu, nyatalah yang (siapa) benar dan sia-sialah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah dan jadilah mereka orang-orang yang terhina. Dan para tukang sihir itu serta merta tersungkur bersujud, mereka pun berkata: "Kami berīmān kepada Robb Semesta Alam, (yaitu) Robb-nya Mūsā dan Hārūn!".”_ [QS al-A‘rōf (7) ayat 115-122].

❔ Apa faidah dari kisah pada ayat suci di atas?

Pada saat hari raya, di mana manusia telah berkumpul menyaksikan adu hujjah antara Nabī Mūsā dan para tukang sihir, maka Nabī Mūsā kemudian mempersilakan para tukang sihir itu untuk lebih dulu melancarkan sihir mereka dengan melempar tali-temali yang mereka persiapkan.

Menariknya, Allōh ﷻ mengatakan: "سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ" (arti: mereka menyihir mata manusia) ⇒ artinya: manusia terpukau penglihatannya saat melihat tali-temali tersebut di mata mereka benar berubah menjadi ular-ular yang merayap sangat cepat, padahal sungguh itu semua hanyalah ilusi / bayangan silap mata belaka. Akan tetapi ilusi itu bukan hanya menakutkan manusia yang melihatnya, bahkan lebih dari sekadar menakutkan sebab pada ayat suci di atas Allōh ﷻ mengatakan "وَاسْتَرْهَبُوهُم" (arti: dan menterror manusia yang melihatnya) ⇒ sihir para tukang sihir itu bukan hanya menimbulkan ketakutan, tapi sudah bershifat terror!

❗ Bahkan, bukan hanya manusia terterror karena melihat ribuan tali temali itu berubah menjadi ular-ular yang bergerak-gerak menuju Nabī Mūsā, bahkan Nabī Mūsā عليه الصلاة و السلام sendiri pun melihatnya seperti itu juga, sehingga Allōh ﷻ sampai perlu menenangkan hati Nabī Mūsā.

📌 Kata Allōh ﷻ dalam firman-Nya mengisahkan:

فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُّوسَىٰ

(arti) _“Maka Mūsā merasakan ketakutan di dalam hatinya.”_ [QS Thō-Hā (20) ayat 68].

❗ Ini bukti bahwa seorang Nabiyullōh, seorang Rosūl Uwlūl-Azmi, adalah juga manusia biasa yang mempunyai rasa takut seperti manusia pada umumnya.

Namun yang membedakannya adalah Allōh ﷻ pasti membela Rosūl-Nya.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ الْأَعْلَىٰ ۝ وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ ۖ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ

(arti) _“Kami (Allōh ﷻ) berfirman: "Janganlah kamu takut, sungguh kamulah yang paling unggul! Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan (menjadi ular besar yang) menelan apa yang mereka perbuat. Sungguh-sungguh apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya dari para tukang sihir (belaka), dan tidak akan menang tukang sihir itu dari manapun ia datang!".”_ [QS Thō-Hā (20) ayat 69-70].

Ketika Nabī Mūsā melemparkan tongkatnya, ternyata tongkatnya itu benar-benar berubah menjadi ular yang sangat besar dan berkaki kuat yang kemudian bergerak cepat memakan tali-temali yang dibayangkan sebagai ular oleh para tukang sihir tersebut. Hal itu serta merta membuat para tukang sihir itu terperanjat kaget, karena walaupun tali-temali itu berhasil mereka bayangkan di mata manusia sebagai ular-ular yang bergerak cepat dengan ganas hingga menimbulkan terror di hati manusia, akan tetapi para tukang sihir itu tetap melihat tali-temali itu sebagaimana aslinya, yaitu "tali" yang bergerak-gerak.

Adapun tongkat yang Nabī Mūsā lemparkan, maka ia benar-benar berubah menjadi ular yang besar yang sangat kuat. Para tukang sihir itu kaget karena yang mereka lihat betul-betul nyata, bukan sihir silap mata belaka sebagaimana tipuan mereka. Ular dari tongkat Nabī Mūsā itu dengan cepat memakan seluruh tali-temali mereka itu sampai habis…!

It was something they didn’t expect, beyond all of their knowledge, beyond all their wildest dream or their magic… maka tersungkurlah para tukang sihir itu bersujud ketakutan, dan mereka langsung yakin mengakui kebenaran agama yang dibawa oleh Nabī Mūsā عليه الصلاة و السلام.

⚠ Secara garis besar, para tukang sihir, baik dari zaman old yang menggunakan black magic maupun tukang sihir zaman now yang merupakan media spinster, kerjaannya sama saja, yaitu: menipu manusia menciptakan quasi-truth, semua demi pencitraan rezim yang membayarnya. Mereka tak segan menterror manusia agar takut terhadap rezim diktator yang zhōlim dengan narasi-narasi yang bershifat pertakut, ancaman, fitnah, agitasi bahkan manipulasi kasus.

❕ Perhatikan saja bagaimana para InfluenceRp dan BuzzeRp di zaman now yang dari kaum Zindiq mengatakan bahwa ummat Islām itu "anti kebhinnekaan", "suka berbuat SARA", "tidak toleran", "memecah-belah", "ekstrimis radikal". Sementara dari kalangan InfluenceRp dan BuzzeRp dari kalangan Neo Murji-ah suka menuduh "khowarij kilābunnār", "bughōt", "manhaj bermasalah", dan "ahlu bid‘ah" kepada orang-orang yang mereka anggap menentang kezholiman dari penguasa yang mereka waliyul-amr-kan.

⚠ Maka untuk melawan para "tukang sihir" di zaman now, harus dilawan dengan hujjah kebenaran, yaitu al-Qur-ān dan as-Sunnah yang dipahami secara benar. Tidak ada cara yang lain.

Kembali kepada kisah Nabī Mūsā, maka setelah para tukang sihir itu menyadari kekeliruan mereka, dan mereka beriman kepada Nabī Mūsā dan risalah yang dibawanya, Fir‘aun sama sekali tidak bisa menerima hal itu. Fir‘aun sangat marah.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنتُم بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَمَكْرٌ مَّكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ ۝ لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ

(arti) _“Fir‘aun berkata: "Apakah kalian berīmān kepadanya (Musa) sebelum aku mengizinkan kalian? Sungguh ini adalah muslihat yang telah kalian rencanakan sebelumnya di dalam kota ini untuk mengeluarkan penduduknya darinya. Maka segera kalian ketahui (akibat perbuatan kalian ini -pent)! Sungguh aku akan memotong tangan dan kaki kalian secara bersilangan, kemudian akun akan menyalib kalian semuanya!".”_ [QS al-A‘rōf (7) ayat 123-124].

Di dalam ayat suci yang lain, Allōh ﷻ mengisahkan:

قَالَ آمَنتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ ۖ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَىٰ

(arti) _“(Fir‘aun) Berkata: "Apakah kalian berīmān kepadanya (Mūsā) sebelum aku mengizinkan kalian (untuk itu)? Sungguh ia adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. Maka sungguh aku akan memotong tangan dan kaki kalian semua secara bersilang, dan sungguh aku akan menyalib kalian semua pada batang pohon qurma, dan sungguh kalian akan ketahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya!".”_ [QS Thō-Hā (20) ayat 71].

Ternyata Fir‘aun tidak terima dan merasa sangat marah karena para tukang sihir bayarannya itu malahan berīmān kepada Nabī Mūsā setelah menyaksikan mu‘jizat dari Allōh ﷻ yang diberikan kepada Nabī Mūsā. Dalam amarahnya, Fir‘aun malah medakwa para tukang sihir itu bersekongkol secara rahasia dan bekerja sama dengan Nabī Mūsā untuk mendongkel kekuasaannya dan menyingkirkannya dari negerinya. Bahkan Fir‘aun mendakwa Nabī Mūsā adalah gurunya para tukang sihir tersebut.

Tak cukup sampai di situ, Fir‘aun memerintahkan agar para tukang sihir itu dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, kemudian disalib sampai mati di pohon kurma!

ℹ️ Penyaliban pada masa Fir‘aun dan Nabī Mūsā عليهم السلام itu bukanlah seperti penyaliban di zaman Romawi dan Nabī ‘Īsā عليهم السلام pada palang kayu, tidak. Akan tetapi dengan menyula (menusuk tubuh manusia dengan pancang yang ditegakkan).

Sadis sekali…!!!

❕ Perilaku Fir‘aun tersebut sampai sekarang pun ditiru oleh para diktator zhōlim di Zaman Now, yaitu suka mendakwa orang dengan dakwaan tidak-tidak berdasarkan tuduhan palsu atau bahkan waham, kemudian menghukum dengan cara yang sangat berlebihan dan di luar batas perikemanusiaan…!

❔ Mendapatkan reaksi keras dari Fir‘aun, bagaimana kah tanggapan para tukang sihir tersebut?

Ternyata mereka sama sekali tak takut, walau hanya menyaksikan satu mu‘jizat saja, namun Allōh ﷻ memasukkan keīmānan ke dalam hati sanubari mereka dan iya menancap dengan sangat kuat. Perhatikan apa jawaban para tukang sihir tersebut…

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

قَالُوا إِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا مُنقَلِبُونَ ۝ وَمَا تَنقِمُ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا ۚ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

(arti) _“(Para tukang sihir itu) Menjawab: "Sungguh-sungguh kepada Robb kami lah kami kembali. Sedangkan anda tidaklah membalas dendam kepada kami melainkan hanya karena kami telah berīmān kepada ayat-ayat Robb kami ketika ayat-ayat itu (mu‘jizat) datang kepada kami!". (Para tukang sihir itu berdo'a) "Wahai Robb kami, karuniakanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan Muslim.".”_ [QS al-A‘rōf (7) ayat 125-126].

Di dalam ayat suci yang lain, Allōh ﷻ mengisahkan:

قَالُوا لَن نُّؤْثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا ۖ فَاقْضِ مَا أَنتَ قَاضٍ ۖ إِنَّمَا تَقْضِي هَٰذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

(arti) _“Mereka (para tukang sihir) berkata: "Sekali-kali kami tidak akan mengutamakan anda daripada bukti-bukti yang nyata (mu‘jizat) yang telah datang kepada kami dari (Robb) yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah apapun yang hendak anda putuskan. Sungguh anda hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di Dunia ini semata.".”_ [QS Thō-Hā (20) ayat 72].

Ternyata para tukang sihir itu setelah melihat kebenaran dan mu‘jizat, merka diberi hidayah īmān oleh Allōh ﷻ sehingga maka mereka berīmān dan sama sekali tidak takut akan ancaman hukuman brutal dari sang diktator lalim Fir‘aun. Bahkan mereka yakin dengan bahwa dosa-dosa mereka selama ini melakukan sihir akan Allōh ﷻ ampuni begitu mereka disiksa dan dibunuh oleh Fir‘aun.

❕ Dari sini kita mendapat pelajaran bahwa hendaknya para "tukang sihir" itu terus dida‘wahi dengan hujjah (menunjukkan kepada) al-Qur-ān dan al-Hadīts dengan pemahaman yang benar, serta tentunya dengan fakta dan kerja nyata. Jangan dilawan dengan informasi palsu.

Demikian, semoga dapat dipahami.

❤️ Kita berdo'a:

اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَااجْتِنَابَهُ
{allōhumma arināl-haqqo haqqōn wārzuqnāt-tibā‘ah wa arināl-bāthila bātilān wārzuqnāj-tinābah}

(arti) "Wahai Allōh, tunjukkanlah kami kebenaran itu sebagai kebenaran dan berikan kami kemampuan untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kami kebāthilan itu sebagai kebāthilan dan berikan kami kemampuan untuk menjauhinya."

🔵 Sokoguru Rezim Fir‘aun ke-3 | ‘Ulamā’ Sū’


⚠ ‘Ulamā’ Sū’ adalah para ‘ulamā’ jahat yang mereka mengetahui tentang kebenaran, akan tetapi memilih untuk berpihak dan membela kebāthilan, karena memperturutkan hawa nafsu rendahannya.

Kata Imām al-Ghozāliy di dalam kitāb Bidāyatul-Hidāyah tentang ‘ulamā’ sū’ ini:

 ورجل ثالث استحوذ عليه الشيطان ؛ فاتخذ علمه ذريعة إلى التكاثر بالمال ، والتفاخر بالجاه ، والتعزز بكثرة الأتباع ، يدخل بعلمه كل مدخل رجاء أن يقضى من الدنيا وطره ، وهو مع ذلك يضمر في نفسه أنه عند الله بمكانة ، لاتسامه بسيمة العلماء ، وترسمه برسومهم في الزىّ والمنطق ، مع تكالبه على الدنيا ظاهرا وباطنا . فهذا من الهالكين ، ومن الحمقَى المغرورين ؛ إذ الرجاء منقطع عن توبته لظنه أنه من المحسنين ، وهو غافل عن قوله تعالى (يَأيُها الَّذين آمنوا لِمَ تَقولونَ مالا تَفعَلون) . وهو ممن قال فيهم رسول الله : (أنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال) فقيل : وما هو يارسول الله ؟ فقال : (علماء السوء) . وهذا لأن الدجال غايته الإضلال ، ومثل هذا العالم وإن صرف الناس عن الدنيا بلسانه ومقاله فهو داع لهم إليها بأعماله وأحواله ، ولسان الحال أفصح من لسان المقال ، وطباع الناس إلى المساعدة في الأعمال أميل منها إلى المتابعة في الأقوال ؛ فما أفسده هذا المغرور بأعماله أكثر مما أصلحه بأقواله ، إذ لا يستجرىء الجاهل على الرغبة في الدنيا إلا باستجراء العلماء ، فقد صار علمه سببا لجرأة عباد الله على معاصيه ، ونفسه الجاهلة مدلة مع ذلك تمنيه وترجيه ، وتدعوه إلى أن يمن على الله بعلمه ، وتخيل إليه نفسه أنه خير من كثير من عباد الله 

(arti) _“Penuntut ‘ilmu ketiga adalah orang yang kesetanan. Ia menjadikan ‘ilmunya sebagai jalan untuk memperkaya diri, menyombongkan diri dengan kedudukan, dan membanggakan diri dengan banyaknya pengikut. Ia masuk terperosok ke lubang-lubang tipu daya karena ‘ilmunya itu dengan pengharapan agar hajat duniawinya terpenuhi. Ia di tengah kehinaan itu merasa dalam bāthinnya memiliki tempat yang mulia di sisi Allōh karena ia bergaya dengan gaya ‘ulamā’ dan berpenampilan soal pakaian dan ucapan sebagaimana penampilan ‘ulamā’ di saat ia secara lahir dan bāthin menerkam dunia semata. Oknum ini termasuk mereka yang celaka dan mereka yang dungu lagi terpedaya. Tiada harapan untuk pertaubatannya karena ia sendiri merasa sebagai orang baik (muhsinīn). Ia lalai atas firman Allōh: "Wahai orang-orang mu’min, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan?". Ia termasuk orang yang dikatakan oleh Rosūlullōh ﷺ dalam sabdanya: "Ada sesuatu yang aku khawatirkan pada kalian daripada selain ad-Dajjāl", para Shohābat bertanya: "Apakah itu, Rosūlullōh?", Beliau ﷺ menjawab: "‘Ulamā’ yang jahat.". Kenapa demikian? Karena tujuan ad-Dajjāl hanya menyesatkan orang lain, sedangkan ‘ulamā’ seperti ini sekaligus memalingkan orang lain daripada Dunia melalui ucapan dan perkataannya, ia juga mengajak orang mencintai Dunia melalui perbuatan dan perilaku kesehariannya. Sementara bahasa tubuh lebih efektif daripada bahasa verbal. Tabiat manusia menurut tabiatnya lebih cenderung membantu pada perbuatan dibanding mengikuti perkataan. Mafsadat yang ditimbulkan oleh perilaku ‘ulamā’ jahat yang terpedaya ini lebih banyak dibanding kemaslahatan yang ditimbulkan oleh perkataannya. Pasalnya, orang awam takkan nekat mencintai Dunia tanpa sebab kenekadan dari ‘ulamā’nya sehingga ‘ilmunya menjadi sebab atas kenekadan hamba Allōh yang lain dalam bermaksiyat. Sementara nafsunya saat demikian mempermainkan dirinya, menghadirkan impian, memberi harapan, mendorongnya untuk mengungkit-ungkit atas ‘ilmunya di sisi Allōh, dan memberinya ilusi bahwa ia lebih baik daripada sekian banyaknya hamba Allōh yang lain.”_ [lihat: Muhammad ibn Muhammad ath-Thusiy al-Ghozāliy, Bidāyatul-Hidāyah].

❕ Contoh paling hebat dari ‘ulamā’ sū’ itu adalah kisah tentang Bal‘am ibn Bauro’ yang didapat dari penjelasan para ‘ulamā’ tentang tafsīr QS al-A‘rōf (7) ayat 175-177.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ ۝ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ ۝ سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ

(arti) _“Dan bacakanlah kepada mereka kisah orang yang telah Kami berikan kepadanya (pengetahuan tentang) ayat-ayat Kami, kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu ia diikuti oleh Syaithōn (hingga ia tergoda), maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sungguh-sungguh akan Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi ia cenderung kepada keduniawian dan memperturutkan hawa nafsu rendahannya, maka perumpamaannya adalah seperti anjing yang jika kamu menghalaunya maka dijulurkannya lidahnya, sedangkan jika kamu membiarkannya ia pun tetap menjulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zhōlim.”_ [QS al-A‘rōf (7) ayat 175-177].

Menurut sebagian ‘ulamā’ ahli tafsīr, Bal‘am ibn Bauro’ adalah seorang laki-laki gagah ahli ‘ibādah dan ‘ulamā’ yang mengetahui ‘ilmu tentang Ismul-A‘zhom (yaitu do'a yang apabila dibaca maka semua permintaannya dikabulkan seketika oleh Allōh ﷻ). Bal‘am hidup di negeri Kan‘an yang penduduknya kala itu adalah orang-orang yang kāfir, di mana karena Bal‘am dikenal dengan do'anya yang sangat mustajab (bahkan tidak ada sekalipun ia memohon sesuatu kepada Allōh melainkan Allōh ﷻ akan memberikan kepadanya apa yang ia minta sebelum tangannya turun). Karena hal yang demikian itu maka penduduk negeri Kan‘an apabila kesulitan, mereka pun datang kepada Bal‘am.

Ketika Nabī Mūsā عليه الصلاة و السلام dan orang-orang mu’min dari Bani Isrō-īl yang membersamainya dalam perjalanan mereka ke Baytul-Maqdis, mereka menyinggahi untuk beristirahat negeri tempat tinggal Bal‘am tinggal. Maka orang-orang di negeri Kan‘an pun mendatangi Bal‘am, dan mereka berkata: "Sungguh Mūsā ibn ‘Imrōn telah datang bersama dengan BanīI srō-īl. Mūsā adalah seorang lelaki yang sangat perkasa dan mempunyai bala tentara yang banyak untuk mengusir kita dari negeri kita ini bahkan membunuhi kita, lalu tanah ini akan dikuasai oleh Banī Isrō-īl! Kami ini adalah kaummu yang dalam waktu yang dekat takkan punya lagi tempat untuk tinggal, sedangkan kamu adalah seorang lelaki yang do'anya diperkenankan Tuhan. Maka keluarlah kamu dan berdo'alah untuk kehancuran mereka? Semoga Dia mengusir Mūsā dan kaumnya dari kita!"

Bal‘am pada awalnya menolak dengan menjawab: "Celakalah kalian! Mūsā itu adalah seorang Nabiyullōh yang ditemani oleh para Malā-ikat dan orang-orang mu’min! Mana mungkin saya mendo'akan kehancuran atas mereka, sedangkan saya mengetahui Allōh pasti tidak akan menyukai hal itu? Sungguh jika saya berdo'a kepada Allōh memohon agar Mūsā dan orang-orang yang bersamanya dibinasakan, niscaya akan lenyaplah Dunia dan Ākhirotku!"

Namun karena kaumnya terus saja mendesak dan membujuknya, akhirnya Bal‘am pun luluh dan mau mendo'akan keburukan atas Nabī Mūsā dan Banī Isrō-īl. Bal‘am termakan bujukan rayu dan iming-iming kenikmatan duniawi yang ditawarkan oleh kaumnya. Syaithōn pun menguasai diri dan urusannya, sehingga jika Syaithōn menganjurkan sesuatu kepadanya, maka Bal‘am pun langsung mengerjakan dan mena'atinya. Karena itulah dalam firman-Nya Allōh menyebutkan: “…maka jadilah ia termasuk dari orang-orang yang sesat…”, sebab Bal‘am lebih cenderung kepada perhiasan kehidupan duniawi dan kegemerlapannya. Bal‘am menyukai kelezatan, kenikmatan, dan bujuk rayunya.

❗ Maka Allōh ﷻ pun melucuti apa yang ada pada dirinya sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: “…kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu ia diikuti oleh Syaithōn (sampai ia tergoda)…”.

Akibatnya, ketika Bal‘am nekad mendo'akan kehancuran atas Nabī Mūsā dan Banī Isrō-īl, sementara ia tahu betul yang dihadapinya itu adalah seorang Rosūlullōh yang diiringi oleh Malā-ikat dan dibersamai oleh orang-orang mu’min, namun Bal‘am tetap nekad mendo'akan kehancuran atas Nabī Mūsā dan Banī Isrō-īl. Maka Allōh ﷻ buat justru yang terucapkan oleh lisannya adalah mendo'akan kehancuran atas kaumnya. Sebaliknya, saat Bal‘am bermaksud mendo'akan kemenangan atas kaumnya, justru lisannya malah mendo'akan kemenangan atas Nabī Mūsā dan Banī Isrō-īl, seperti apa yang dikehendaki oleh Allōh ﷻ. Tiada sekalipun Bal‘am mendo'akan keburukan atas Nabī Mūsā dan Banī Isrō-īl melainkan Allōh ﷻ pasti memalingkan lisannya hingga berbalik mendo'akan keburukan atas kaumnya, dan sebaliknya tiada sekalipun Bal‘am mendo'akan kebaikan atas kaumnya melainkan Allōh ﷻ memalingkan lisannya sehingga malah mendo'akan kebaikan atas Nabī Mūsā dan Banī Isrō-īl.

Melihat keanehan itu, kaum Bal‘am pun berkata kepadanya: "Wahai Bal‘am, sadarkah akan apa yang telah kamu lakukan? Sungguh yang kamu do'akan hanyalah kemenangan atas mereka dan kekalahan atas kami! Kami sama sekali tidak melihatmu berdo'a melainkan hanya untuk kehancuran kami!". Bal‘am menjawab: "Tidak ada yang terucapkan oleh lisanku melainkan hanya itu. Sekiranya aku tetap mendo'akan kehancuran atas mereka, niscaya aku tidak akan diperkenankan oleh Allōh. Ini adalah suatu hal yang tidak aku kuasai, hal ini merupakan sesuatu yang telah ditaqdirkan oleh Allōh."

Bal‘am melanjutkan lagi: "Kini telah lenyaplah dariku Duniaku dan Ākhirotku, dan sekarang tiada jalan lain bagiku melainkan hanya melancarkan tipu muslihat dan kilah yang jahat. Maka aku akan melancarkan tipu muslihat untuk kepentingan kalian. Aku akan menunjukkan kepada kalian suatu perkara yang mudah-mudahan dapat menghancurkan mereka. Sungguh Allōh sangat murka terhadap perbuatan zina, dan jika mereka terjerumus ke dalam perbuatan zina, niscaya mereka akan binasa, dan aku berharap semoga Allōh membinasakan mereka melalui jalan zina itu. Karena itu, keluarkanlah kaum perempuan kalian, percantik dan berikanlah perhiasan terbaik kepada mereka untuk menyambut Mūsā dan Banī Isrō-īl. Biarkan kaum peremuan kalian itu pergi menuju tempat perkemahan Banī Isrō-īl untuk melakukan jual-beli di tempat mereka, dan perintahkanlah kepada kaum perempuan kalian itu agar jangan sekali-kali ada seorang pun dari mereka yang menolak apabila dirinya diajak untuk berbuat mesum oleh laki-laki dari kalangan Banī Isrō-īl. Sungguh apabila ada seseorang dari mereka yang berbuat zina, maka kalian akan dapat mengalahkan mereka. Banī Isrō-īl adalah kaum yang sedang melakukan safar (perjalanan jauh dan berat), mudah-mudahan saja mereka mau berzina sehingga binasalah mereka."

Maka kaum Bal‘am pun menuruti siasat keji tipu muslihat yang disarankan Bal‘am itu, mereka mengeluarkan kaum perempuannya yang telah didandani secantik dan diperhias seindah mungkin untuk menyambut rombongan Nabī Mūsā dan Banī Isrō-īl. Akhirnya sebagian dari Banī Isrō-īl memang benar-benar terjerumus ke dalam perbuatan zina, dan Allōh ﷻ pun menimpakan penyakit Thō‘ūn yang mengakibatkan sangat banyak yang dari kalangan Banī Isrō-īl yang tewas.

Dikisahkan pula bahwa ada salah seorang pemimpin kabilah kaum Kan‘an yang mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik, di mana ayahnya -sang pemimpin kabilah- berpesan kepadanya: "Janganlah kamu serahkan dirimu melainkan hanya kepada Mūsā". Maka datang kepada perempuan itu seorang pemimpin dari salah satu kabilah Banī Isrō-īl yang menginginkan dirinya. Maka perempuan itu berkata: "Saya takkan menyerahkan diri saya selain kepada Mūsā!", yang dijawab oleh si pemimpin salah satu kabilah Banī Isrō-īl itu: "Sungguh kedudukanmu adalah begini dan begitu, sedangkan keadaanku adalah begini dan begitu…". Akhirnya si perempuan itu mengirim utusan kepada ayahnya untuk meminta saran darinya. Maka ayahnya berkata menjawab: "Serahkanlah dirimu kepadanya!", sehingga pemimpin salah satu kabilah Banī Isrō-īl itu pun menzinainya. Ketika mereka berdua sedang berzina, datanglah seorang laki-laki dari Banī Hārūn yang membawa tombak besi, lalu ia pun menusuk keduanya. Allōh ﷻ memberikan kekuatan yang dahsyat sehingga keduanya tersula menjadi satu oleh tombaknya, kemudian laki-laki itu pun mengangkat keduanya dengan tombaknya itu, sehingga semua orang melihatnya. Laki-laki itu berkata: "Wahai Allōh, demikianlah pembalasan yang kami lakukan terhadap orang yang berbuat durhaka kepada Engkau!"

Maka seketika itu juga penyakit Thō‘ūn lenyap. Lalu dihitunglah orang-orang Banī Isrō-īl yang mati karena penyakit Thō‘ūn sejak awal terjadi perbuat zina hingga dibunuhnya salah satu pemimpin kabilah Banī Isrō-īl yang sedang berzina itu, ternyata seluruhnya berjumlah sekitar 70.000 orang (catatan: jumlah ini adalah berdasarkan kisah Isrō-īliyat).

ℹ️ Adapun para ‘ulamā’ ahli tafsīr berpendapat bahwa makna yang dimaksud Bal‘am menjadi seperti anjing adalah dalam hal kesesatannya dan keberlangsungannya di dalam kesesatan serta tidak adanya kemauan dirinya untuk memanfaatkan do'anya untuk keīmānan. Hal itu persis anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua keadaan tersebut, saat dihardik si anjing akan menjulurkan lidahnya, sedangkan jika dibiarkan tetap saja si anjing akan menjulurkan lidahnya tanpa ada perubahan. Demikianlah keadaan Bal‘am, ia tidak memanfaatkan pelajaran dan do'anya untuk keīmānan, sama saja dengan orang-orang yang tak memiliki pengetahuan apapun. Menurut pendapat lainnya, makna yang dimaksud adalah bahwa qolbū (hati nurani) orang-orang yang sesat, kāfir, dan orang munāfiq itu kosong dari hidayah, penuh dengan penyakit yang sangat susah untuk diobati bahkan tak terobatkan.

Saking buruknya ‘ulamā’ sū’ ini, maka Allōh ﷻ memerintahkan untuk menceritakan kisahnya Bal‘am yakni agar ummat manusia mengetahui apa yang telah menimpanyanya, yaitu disesatkan oleh Allōh ﷻ dan dijauhkan dari rahmat-Nya, karena Bal‘am telah menyalahgunakan nikmat Allōh ﷻ yang dikaruniakan kepadanya (yaitu: Ismul-A‘zhom). Sebagaimana telah disebutkan di atas, Ismul-A‘zhom adalah suatu do'a yang apabila dipanjatkan untuk memohon sesuatu, niscaya Allōh ﷻ akan mengabulkannya dengan seketika, namun Bal‘am malah menyalahgunakan do'a mustajab itu untuk selain dari keta'atan kepada Allōh ﷻ, bahkan ia nekad menggunakannya untuk memohon kehancuran bagi para hamba-Nya yang utama, seorang Rosūlullōh, yaitu Nabī Mūsā عليه الصلاة و السلام yang dijuluki Kalimullōh (arti: orang yang diajak berbicara secara langsung oleh Allōh), beserta para pengikut orang-orang berīmān dari, yakni Nabi Hārūn عليه السلام dan mu’min. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “…agar mereka berpikir”, yaitu agar orang-orang mu’min selalu bersikap waspada supaya jangan terjerumus ke dalam perbuatan yang semisal.

⚠ Allōh ﷻ memperumpamakan para ‘ulamā’ sū’ dengan hewan anjing, karena anjing itu tiada yang dikejarnya melainkan mencari makanan serta menyalurkan nafsu syahwatnya saja. Siapa saja yang menyimpang dari jalan ‘ilmu dan jalan petunjuk demi mengejar hawa nafsu rendahannya, maka keadaannya itu mirip dengan anjing, dan seburuk-buruk perumpamaan adalah yang diserupakan dengan anjing.

Sekali lagi, ‘ulamā’ sū’ ini sangat-sangat berbahaya.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:

وَيْلٌ لأُمَّتِيْ مِنْ عُلَمَاءِ السُّوْءِ يَتَّخِذُوْنَ هَذَا الْعِلْمَ تِجَارَةً يَبِيْعُوْنَهَا مِنْ أُمَرَاءِ زَمَانِهِمْ رِبْحاً لأَنْفُسِهِمْ لاَ أَرْبَحَ اللهُ تِجَارَتَهُمْ

(arti) _“Kebinasaan bagi ummatku (datang) dari ulama sū’, mereka menjadikan ‘ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para penguasa di masa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Allōh tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu.”_ [HR ad-Daylami ~ hadīts ini didho‘ifkan oleh sebagian ‘ulamā’ ahli hadīts].

☠️ Berhati-hatilah dengan ‘ulamā’ sū’ ini karena mereka justru mereka mengajak manusia mendekat ke pintu Neraka Jahannam. Mereka menggunakan segala cara demi memuaskan hasrat nafsunya, termasuk juga menggunakan tipu-daya dan cara-cara rendah lainnya.

Adapun ‘ulamā’ sū’ ini memang pada dasarnya hanya dapat melancarkan tipu daya saja, semacam perkataan: "makin panjang jenggotnya makin goblok", "Malā-ikat Munkar & Nakīr takkan datang apabila disebutkan pengikut dari Fulān", dan "tidak ingin populisme Islām berkembang", atau selalu mengangkat isu-isu seputar "radikalisme" dan "takfiri". Mereka pun lebih banyak mengajak kepada maksiyat semisal acara saweran dangdut koplo, menjaga parkiran rumah ‘ibādah kaum kuffār pada hari raya mereka, mengatakan bahwa jilbab itu tak lebih dari hanya budaya, atau menyanyi-nyanyi ketika melakukan thowaf dan sa‘i di Makkah.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ ketika menjawab pertanyaan dari Hudzayfah ibn al-Yamān رضي الله تعالى عنه tentang fitnah akhir zaman:

نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا … هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا

(arti) _“Iya, ada para da‘i yang mengajak di depan pintu Neraka Jahanam. Siapa saja yang mengikutinya, maka ia akan dijerumuskannya ke dalam Neraka … mereka memiliki warna kulit seperti kita dan berbicara dengan bahasa kita.”_ [HR al-Bukhōrī no 3606; Muslim no 1847].

❤ Kita berdo'a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْدُعَاةُ عَلَى أَبْوَابُ جَهَنَّم
{allōhumma innīa-‘ūdzubika minad-du‘ātu ‘alā abwābu jahannam}

(arti) "Wahai Allōh, saya berlindung kepada Engkau dari da‘i-da‘i yang memanggil-manggil di depan pintu Jahannam."

🔵 Sokoguru Rezim Fir‘aun ke-4 | Black Taipan


Suatu rezim otoritarian yang bengis itu selalu dikelilingi oleh orang-orang kaya yang mendapatkan keuntungan dari si penguasa yang bengis (melalui previlege dan proyek-proyek atau KKN) serta juga menjadi sumber dana gelap (cash cow)nya.

Orang-orang kaya yang jahat ini karena mereka umumnya diberikan harta yang sangat banyak, mereka hidup bermewah-mewahan, dan akhirnya tak peduli lagi dengan perintah dan larangan Allōh ﷻ dan menjadi sangat rakus melakukan segala hal demi terus mendapatkan harta sehingga terus melakukan pelanggaran, kemaksiyatan, dan bahkan kedurhakaan demi mempertahankan gaya hidupnya. Bahkan lebih buruknya, para Black Taipan ini suka menyebarkan kedustaan, mempengaruhi manusia agar percaya akan kedustaan, bahkan membiayai penyebaran kedustaan itu. Mereka inilah yang menjadi salah satu sebab suatu negeri itu ditimpakan adzab oleh Allōh ﷻ.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

(arti) _“Dan apabila Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan (supaya menta'ati Allōh) kepada orang-orang yang hidup bermewah-mewah di negeri itu, akan tetapi mereka malahan melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya!”_ [QS al-Isrō’ (17) ayat 16].

Adapun contoh yang paling besar dari orang kaya yang jahat (Black Taipan) adalah Qōrūn.

❓ Siapa Qōrūn?

Nama Qōrūn disebutkan setidaknya 3x di dalam al-Qur-ān, di mana kisah tentang Qōrūn itu secara jelas digambarkan pada ayat suci pada surah al-Qoshosh.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ ۝ وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ ۝ قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ ۝ فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ ۖ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ ۝ وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ ۝ فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنتَصِرِينَ۝ وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ ۖ لَوْلَا أَن مَّنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۖ وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ ۝ تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

(arti) _“Sungguh Qōrūn adalah termasuk dari kaumnya Mūsā, ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat. (Ingatlah) Ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu berbangga diri, sungguh-sungguh Allōh tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri, dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allōh kepadamu dari (kebahagiaan) negeri Ākhirot, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allōh telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) Bumi. Sungguh-sungguh Allōh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan!". (Qōrūn) Menjawab: "Sungguh aku hanya diberi harta itu karena ‘ilmu yang ada padaku!". Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allōh sungguh-sungguh telah membinasakan ummat-ummat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanyakan kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qōrūn kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan Dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qōrūn, sungguh ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ‘ilmu: "Sangat celaka kamu! Pahala Allōh adalah lebih baik bagi orang-orang yang berīmān dan ber‘amal shōlih, dan tak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang bersabar.". Maka Kami benamkanlah Qōrūn beserta rumahnya ke dalam Bumi. Maka tiada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab Allōh, dan tidaklah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan seperti Qōrūn lalu berkata: "Aduhai (celaka sekali aku), sungguh benarlah Allōh melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan menyempitkannya (pula bagi siapa yang dikehendaki-Nya). Kalaulah Allōh tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah tidak akan pernah beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allōh)!". Negeri Ākhirot itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) Bumi, dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.”_ [QS al-Qoshosh (28) ayat 76-83].

Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa Qōrūn adalah sepupu dari Nabī Mūsā عليه الصلاة و السلام dan Nabī Hārūn عليه السلام, namun ia hasad terhadap Nabī Mūsā dan Nabī Hārūn. Adapun jenis kezhōliman Qōrūn menurut beberapa ‘ulamā’ yang merujuk dari kisah para Shohābat adalah:
✗ Qōrūn menyombongkan diri dan meremehkan manusia, merasa apa yang ia miliki hanyalah berkat kepandaiannya di dalam berusaha saja, ia menafikan bahwa harta yang dimilikinya adalah karunia Allōh ﷻ.
✗ Qōrūn memfitnah Nabī Mūsā berzina dengan seorang perempuan, padahal dirinyalah yang berzina dengan perempuan itu.

Kekayaan Qōrūn itu sungguh luar biasa, sebagaimana disebutkan pada ayat suci di atas, kunci-kunci gudang harta Qōrūn itu terlalu berat untuk dipikul oleh beberapa orang yang kuat (ada satu riwayat yang menyebutkan 10 orang, riwayat yang lain menyebutkan 15 orang, dan riwayat yang lain lagi menyebutkan 40 orang). Bahkan di dalam riwayat lain, kunci-kunci gudang harta Qōrūn itu disimpan dalam kantong kulit yang dibawa dibawa oleh 40 ekor keledai. Intinya, gudang harta Qōrūn itu banyak sekali…!

Susah membayangkannya? Ya coba saja bayangkan ada orang yang punya begitu banyak kartu ATM atau buku tabungan sehingga harus diangkut oleh banyak kartu-kartu ATMnya.

Menurut riwayat yang shohīh dari Shohābat ‘Abdullōh ibn al-‘Abbās رضي الله تعالى عنهما sebagaimana diriwayatkan oleh Imām Ibnu Abī Hatim رحمه الله تعالى, ketika Nabī Mūsā عليه الصلاة و السلام memerintahkan Banī Isrō-īl untuk menunaikan zakat / mengeluarkan shodaqoh, maka Qōrūn merasa keberatan dengan perintah itu. Maka ia pun mengadakan makar dengan menyebarkan fitnah menuduh Nabī Mūsā telah berzinah dengan seorang perempuan pelacur. Qōrūn pun memprovokasi orang-orang kaya dan jahat dari Bani Isrō-īl untuk menghukum Nabī Mūsā berdasarkan fitnahannya itu. Kita ketahui bahwa sesuai hukum yang Allōh ﷻ turunkan, pezina yang telah menikah itu harus dihukum rajam sampai mati. Orang-orang jahat dari Banī Isrō-īl pun melakukan kesepakatan jahat dengan Qōrūn untuk memfitnah Nabī Mūsā عليهم السلام dengan tuduhan keji telah melakukan zina, dan hoax tersebut menjadi desas desus yang tersebar di kalangan Bani Isrō-īl. 

Maka tatkala Nabī Mūsā sedang berkhutbah tentang hukum-hukum Allōh ﷻ, ketika sampai pada bab hukuman tentang zina, maka Qōrūn pun menyela khutbah tersebut dengan pura-pura bertanya bahwa apakah hukuman tersebut tetap akan dijatuhkan apabila Nabī Mūsā yang melakukannya. Maka tentu Nabī Mūsā menjawabnya dengan "iya", maka Qōrūn pun segera menyerang Nabī Mūsā dengan fitnahannya di muka umum. Nabī Mūsā عليهم السلام sangat terkejut dengan tuduhan itu, maka Beliau pun memerintahkan agar perempuan itu dihadirkan di hadapannya. Ketika perempuan itu telah hadir, maka Nabī Mūsā bertanya kepada perempuan itu dan memintanya bersumpah atas nama Allōh ﷻ, Tuhan yang telah membelahkan lautan bagi Bani Isrō-īl, agar berkata yang jujur…

Maka perempuan itu pun lalu berkata dengan jujur menceritakan kejadian yang sebenarnya, sehingga Nabī Mūsā عليه الصلاة و السلام pun segera bersujud bersyukur kepada Allōh ﷻ. Seketika itu juga Allōh ﷻ mewahyukan kepada Nabī Mūsā bahwa Allōh telah memerintahkan kepada Bumi agar tunduk kepada Nabī Mūsā, dan Nabī Mūsā berhak memerintahkan Bumi sesuai keinginannya. Maka Nabī Mūsā pun memerintahkan Bumi agar menenggelamkan Qōrūn dan para pengikutnya.

Begitulah akhiran Qōrūn dan orang-orang kaya jahat dari Bani Isrō-īl.

Maka apa pelajaran yang kita dapatkan?

☠ Ternyata kelakuan tukang fitnah berzina itu adalah kelakuannya para Black Taipan dari semenjak dahulu. Maka tak heran kalau sering terjadi ‘ulamā’ kaum Muslimīn yang berjuang menegakkan kebenaran itu salah satu cara menjatuhkannya, membunuh karakternya adalah dengan menuduhnya melakukan perzinahan. Entah itu dengan chat palsu, atau dengan rekaman CCTV sedang check-in di hotel dengan seorang perempuan yang ternyata perempuan itu adalah istrinya sendiri. Lalu para Black Taipan itu dengan kekuatan uangnya mencitrakan seolah-olah rezim yang zhōlim telah melakukan sesuatu yang benar dengan mengirimkan puluhan bahkan ratusan krans bunga ucapan selamat.

Na‘ūdzubillāhi min dzalik…!

Keji, keji sekali fitnahan mereka… padahal sungguh tidak beruntung dan sangat mengerikan hukuman bagi para tukang fitnah itu.

Perhatikan…

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ bertanya kepada para Shohābat bahwa apakah mereka bermimpi pada malamnya, dan para Shohābat tidak ada yang bermimpi, maka Baginda Nabī ﷺ pun mengisahkan mimpinya (mimpi para Nabiyullōh itu hanyalah wahyu semata):

لَكِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخَذَا بِيَدِي ، فَأَخْرَجَانِي إِلَى الأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ ، وَرَجُلٌ قَائِمٌ بِيَدِهِ كَلُّوبٌ مِنْ حَدِيدٍ ـ قَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا عَنْ مُوسَى إِنَّهُ ـ يُدْخِلُ ذَلِكَ الْكَلُّوبَ فِي شِدْقِهِ ، حَتَّى يَبْلُغَ قَفَاهُ ، ثُمَّ يَفْعَلُ بِشِدْقِهِ الآخَرِ مِثْلَ ذَلِكَ ، وَيَلْتَئِمُ شِدْقُهُ هَذَا ، فَيَعُودُ فَيَصْنَعُ مِثْلَهُ … أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ ، فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الآفَاقَ ، فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ‏

(arti) _“Akan tetapi aku semalam bermimpi 2 orang (Malā-ikat) datang kepadaku dan mangambil tanganku mengajakku ke Tanah Suci (al-Quds). Di sana aku melihat dua orang, yang satu rebahan sedangkan yang satu lagi menindih orang yang rebahan itu sambil tangannya memegang gancu besi yang ditusukkan ke mulut orang tersebut dan ditarik sampai merobek ke rahangnya. Lalu orang yang itu pindah ke sisi mulut yang sebelah lagi dan melakukan hal yang sama. Sementara dia melakukan itu pada sisi yang satu lagi, sisi yang pertama telah sembuh menjadi normal lagi, maka orang itu pun kembali melakukannya pada sisi yang pertama (dan terus saja berulang-ulang demikian) … (Malā-ikat menjelaskan tersebut) Adapun orang yang engkau lihat rahangnya dirobek adalah seorang pendusta yang suka menyebarkan kedustaan, dan orang-orang mempercayai kedustaannya itu sehingga kedustaannya itu mencapai ufuq (dengan sangat cepat menyebar ke seluruh penjuru Dunia -pent). Ia akan disiksa (kubur) dengan siksaan yang demikian sampai Hari Berbangkit.”_ [HR al-Bukhōriy no 1386, 6096; Ahmad 19306].

Perhatikan hadīts tersebut, Baginda Nabī ﷺ lebih 1.400 tahun lalu telah menggambarkan dengan sangat deskriptif para tukang sebar hoax yang kedustaannya dengan sangat cepat menyebar mencapai ufuq!

Subhānallōh…!

Demikian 4 Sokoguru Rezim Fir‘aun, alhamdulillāh dengan selesainya Bagian ke-4 ini, maka telah lengkap semuanya.

❤ Kita berdo'a:

اللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِينَ أَعْدَاءَ الدِّينِ الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِك وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَك وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَاءَك
{allōhumma ‘adzdzibil-kafarota wal-musyrikīn a‘dā’addīnilladzīna yashuddūna ‘an sabīlik, wa yukadzdzibūna rusulaka wa yuqōtilūna auliyā’-ak}

(arti) "Wahai Allōh, jatuhkanlah adzab-Mu kepada orang-orang kāfir dan musyrik, musuh-musuh agama yang berupaya menghalangi orang lain dari jalan-Mu, mereka yang mendustakan Rosūl-Mu, dan mereka yang memusuhi walī-walī-Mu."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh