Islâm Itu Mulia & Tinggi
Kenapa ya fatwa-fatwa ‘ulamâ’ yang semacam ini (lihat screenshots) sampai perlu-perlunya banget dibikinkan poster oleh GPK Kokohiyyun itu…???
Apa urgensinya?
Apa iya semua ‘ilmu itu harus diumbar seperti begitu di muka umum dengan tanpa memperhatikan adab?
Apa iya itu hal yang penting dibicarakan saat ini?
Jangan mengatakan bahwa itu adalah da‘wah, karena da‘wah itu ada cara-caranya yang harus dipelajari, karena ada sasaran yang harus dituju – makanya ada fakultas dan jurusan da‘wah dengan jenjang S1 s/d S3.
Sungguh ke mana lah rasa malu mereka itu?
Apa iya para Salafush-Shôlih dulu kalau bertanya soal hal-hal yang private lantas begitu dapat jawaban lantas mereka keliling kota teriak-teriak untuk kasih tahu semua orang?
❗ Ingat, malu itu adalah bagian dari îmân…!
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
(arti) _“Îmân memiliki lebih dari 70 atau 60 cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan 'lâ ilâha illallôh', dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang îmân.”_ [HR al-Bukhôrî, al-Adâbul Mufrod no 598; Muslim no 35, Abû Dâwud no 4676; an-Nasâ-î no 5005; Ahmad no 8993].
Bahkan malu itu bagian dari keîmânan yang paling mendasar.
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّة ِ، إِذَا لَمْ تَسْتَحِي فَافْعَلْ مَا شِئْتَ
(arti) _“Sungguh salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabîan yang terdahulu adalah: 'Jika kamu tidak punya malu, berbuatlah sesukamu!'.”_ [HR al-Bukhôrî no 3483, 3484, 6120; Abû Dâwud no 4797; Ibnu Mâjah no 4183; Ahmad no 16470, 16478, 16485, 21314, 22170].
Intinya…
⚠ Tak punya malu, maka sekurangnya akan rusak îmânnya, atau maka malahan bisa hilang îmânnya…! - اَللهُ الْمُسْتعَانُ
❓ Pastinya akan bertanya: kenapa itu GPK Kokohiyyun kok hobby banget mengurusi perkara-perkara yang model begituan?
Itu disebabkan karena tak ada yang perkara penting yang harus dibela oleh mereka, makanya jadinya mengurusi perkara-perkara tak penting begitu.
Iya, bukankah bagi GPK Kokohiyyun itu:
✓ ngomongin hal politik adalah perbuatan yang sia-sia?
✓ ngomongin berita ancaman Rôfidhoh, Ahmadiyah, Komunis adalah berita Syaithôn?
✓ semua urusan diserahkan saja sama hukkâm, dan lebih baik kembali ke majlis ‘ilmu karena berapa ribu kitâb 'ulamâ' yang belum dibaca?
✓ jihâd syar‘i tak ada lagi di zaman now?
✓ kritik akan kengacoan hukkâm adalah bughôt?
Padahal yang namanya laki-laki itu shifatnya adalah aggressive, jiwanya adalah jiwa fighter (petarung), di mana itu harus disalurkan dengan cara dan adab yang benar yang sesuai dengan syari‘at, yaitu untuk amar ma‘rûf nahyi munkar menegakkan al-haq.
Jadi kalau tak ada penyaluran, maka ya keluarnya hanya akan seperti macam begituan lah…!
Itulah sebabnya mengapa jauh-jauh hari, 1.400 tahun lalu, Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم telah mewanti-wanti agar jangan pernah berani untuk meninggalkan "jihâd fî sabilillâh"…!
📌 Pesan Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
(arti) _“Apabila kalian telah berjual beli dengan sistem ‘înah, mengikuti ekor-ekor sapi, rela dengan kehidupan bertani, serta meninggalkan jihâd fî sabilillâh, niscaya Allôh akan menjadikan kehinaan menguasai kalian. Allôh takkan mencabutnya atas kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian.”_ [HR Abû Dâwud no 3462].
Sementara…
☠ GPK Kokohiyyun malah mencekoki ummat dengan ‘aqidah rusak mutant hybrid abominasi murji-ah ma‘al hukkâm khowârij ma‘ad du‘ât, malah menjauhkan ummat dari jihâd, malah menjauhkan ummat dari ghîroh beragama yang benar.
Coba perhatikan baik-baik siroh Nabawiyah…
Dahulu, Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم itu setelah hijroh ke Madînah, maka Beliau berperang sampai puluhan kali! Bahkan sampai gigi Beliau yang suci patah saat pipi Beliau yang suci terkena anak panah.
Sedangkan Kholîfah Rosûlullôh Abû Bakar ash-Shiddîq رضي الله عنه, maka beliau itu orang adalah yang pertama berdarah-darah dikeroyok sampai pingsan berhari-hari karena berani menyatakan keislâmannya.
Adapun Amirul Mu’minîn ‘Umar ibn al-Khoththôb رضي الله عنه, tak usah ditanyakan lagi bagaimana keberaniannya di medan tempur atau di kesehariannya.
Kholîfah ‘Utsmân ibn ‘Affân رضي الله عنه itu bahkan menjemput kesyahidannya saat membaca al-Qur-ân, mati dikeroyok oleh Khowârij pengecut yang mengepung rumahnya. Beliau menolak dijaga oleh al-Hasan dan al-Husain رضي الله عنهما.
Kholîfah ‘Alî ibn Abî Thôlib رضي الله عنه itu sudah turun ke medan tempur saat masih berusia 15 tahun dengan pedang yang masih diseret di atas tanah (karena tubuh beliau yang masih remaja).
Bukan itu saja, dari kalangan Shohâbiyah itu juga sangat pemberani, karena bukankah syahid pertama dari Ummat Nabî Muhammad صلى الله عليه و سلم itu adalah seorang perempuan? Namanya Sumayah bintu Khoyyat رضي الله عنها yang tewas ditusuk kemaluannya karena tak mau melepaskan kalimat agung "lâ ilaha ilallôh" di dalam dadanya.
⚠ Ummat ini harus disibukkan dengan menegakkan agama الله, membela al-haq, melakukan amar ma‘rûf nahyi munkar…!
🔥 Bukan malah sibuk dengan urusan minyak lintah, van nilli, lingerie, lubricant, panties, senam kegel… itu memuakkan sangat lah!
نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ
Komentar
Posting Komentar