Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2024

Fatherless Penyebab LaGiBeTaIQ?

Gambar
Ada yang mengatakan bahwa kondisi "fatherless" sebagai "salah satu penyebab" dari anak tumbuh menjadi tukang berma`ṣiyah LaGiBeTaIQ (karena tak memiliki sosok / figur ayah). ❌ Saya MENENTANG pendapat SUNGSANG begitu…! Iya, karena "fatherless" dalam bahasa Inggris maknanya adalah "yatim", baru kemudian belakangan ditambahkan lagi maknanya dengan "tak memiliki sosok ayah yang bertanggung-jawab". ❌ Maka pendapat itu jelas-jelas TIDAK BENAR, sebab sejarah justru menunjukkan begitu banyak anak yatim yang tumbuh tanpa sosok ayah yang menjadi "orang besar". Contohnya adalah Nabī Ȉsā ibn Maryam عليه الصلاة والسلام dan junjungan kita Baginda Nabī Muḥammad ibn Àbdullōh ﷺ. Sejarah juga mencatat para imām besar seperti: Sufyān ibn Saȉd aṫ-Ṫauriyy, Muḥammad ibn Idrīs aṡ-Ṡāfiìyy, Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal aż-Żuhliyy, Muḥammad ibn Ismāȉl al-Buḳōriyy, Ismāȉl ibn Ùmar ibn Kaṫīr, Aḥmad bin Àlī ibn Ḥajar al-Àsqōlāniyy, dan Àbdur-Roḥmān ibn A

Àsyurō’, Thanksgiving-nya Muslim

Hari Ȁṡūrō’ (10 Muḥarrom) ini seharusnya bagi kaum Muslimīn adalah "hari kebersyukuran" kepada Allōh ﷻ‎ (Thanksgiving). Iya, thanksgiving-nya Muslim karena pada tanggal 10 Muḥarrom ini menurut riwayat-riwayat yang maṡhūr adalah hari di mana: - Nabī Ādam عليه السلام taubatnya diterima oleh Allōh ﷻ‎. - Nabī Nūh عليه الصلاة والسلام kapalnya didaratkan oleh Allōh ﷻ‎ di gunung al-Jūdiyy setelah puluhan hari berlayar. - Nabī Yūnus عليه السلام dikeluarkan dari perut ikan paus oleh Allōh ﷻ‎ setelah berhari-hari di dalamnya. - Nabī Ibrōhīm ﷺ‎ dikeluarkan dari api unggun raksasa oleh Allōh ﷻ‎ setelah berhari-hari di dalamnya. - Nabī Yūsuf عليه الصلاة والسلام diselamatkan dari sumur oleh Allōh ﷻ‎. - Nabī Ya`qūb عليه الصلاة والسلام dikembalikan penglihatannya oleh Allōh ﷻ‎ setelah Beliau buta bertahun-tahun. - Nabī Dāwūd عليه السلام diterima taubatnya oleh Allōh ﷻ‎. - Nabī Mūsā عليه الصلاة والسلام diselamatkan oleh Allōh ﷻ‎ dari kejaran Firàun dengan ditenggelamkannya Firàun. - Nabī Ayyū

Aplikasi AI al-Qur-ān

🧕 : Bang, lagi ramai di media sosial aplikasi AI al-Qur-ān. Bagaimana menurut Abang? 🧔 : First of all, ini hal yang sebenarnya positive, karena menandakan para developer Muslim tanggap dengan AI wave yang sedang hip. Memang tak bisa dipungkiri bahwa AI akan menjadi bagian kehidupan masa kini dengan kemunculan ChatGPT, Bing, CoPilot, Google Bard, dlsb. Bahkan mungkin sudah banyak juga yang punya sarana komputasinya kalau punya komputer dengan processor Apple M series, atau hape-hape yang ada NPU di SoCnya. Akan tetapi, setelah saya saksikan videonya, saya menilai aplikasi ini belum bisa (bahkan takkan mungkin bisa!) untuk menggantikan belajar al-Qur-ān secara talaqqī. Kenapa? Karena dulu sekali saya termasuk yang berpikir bahwa belajar al-Qur-ān cukup dasar-dasar tajwīdnya saja, lantas setelahnya cukup mendengarkan rekaman tilāwah dari maṡaiḳ semisal Ṡaiḳ Dr Aḥmad Ȉsā al-Maȁṣrōwiyy atau Ṡaiḳ Dr Aimān Ruṡdi Suwaid, lalu diemulasi. Tetapi ternyata saya salah, sebab belajar membaca al-Qu

Hidāyah Paling Penting, BUKAN "Support System"

Ketika beredar video calon pengantin Mr Ḥajji Bayi 2 Bulan mengaji salah-salah, maka Netijah pun mengomentari dengan nada "mengasihani". Diksinya semisal: "Kasihan waktu kecil anak yatim tak ada yang membimbing, ibu kandung pecandu narkoba, lalu ibu sambung muàllaf yang tak lama dipenjara pula untuk waktu lama…" Ada stigma bahwa anak yang besar tanpa "support system" yang baik (ortu, lingkungan, teman) yang baik akan membuat anak tersebut ikut jadi buruk. Sehingga lalu dianggap "support system" adalah segalanya. ❓ Pertanyaannya, benarkah pendapat demikian…? Ini ada dua hal, yaitu: 🔴 Pertama salah dalam memaknai "anak yatim" Anak yatim itu ya sampai saat baliġnya, sedangkan kalau sudah baliġ ya tak disebut sebagai "anak yatim" lagi statusnya. Masa iya orang yang sudah berusia dewasa, lalu orangtuanya wafat masih digelari anak yatim juga? 🔴 Kedua, pengaruh ṡubhāt "Law of Attraction" Kenapa ṡubhāt LoA? Begini, ketiada