Da‘i, Musuh Da‘wah, & Penyesalan Awam

❗ Para da‘i itu perintahnya adalah berjalan-jalan di tengah manusia.

Perhatikan nukilan beberapa ayat suci al-Qur-ān ketika Allōh ﷻ‎ menceritakan ciri para Nabiyullōh.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا

(arti) _“Dan Kami tidaklah mengutus para rosūl sebelum kamu (Muhammad), melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Robb-mu Maha Melihat.”_ [QS al-Furqōn (25) ayat 20].

Pada beberapa berikutnya, kembali Allōh ﷻ‎ tegaskan:

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

(arti) _“Dan hamba-hamba dari (Tuhan) yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan-jalan di atas Bumi dengan kerendahan hati dan apabila orang-orang jāhil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”_ [QS al-Furqōn (25) ayat 63].

👉 Kalimat "يَمْشُونَ" maknanya berjalan-jalan atau berkeliaran.

❔ Kenapa begitu…?

⚠️ Karena tugas para Nabiyullōh itu adalah memperbaiki manusia.

❔ Jadi bagaimana bisa memperbaiki manusia kalau hanya diam di rumah? Bagaimana bisa memperbaiki manusia jika hanya mengajar di majlis di Masjid dekat rumahnya saja?

❔ Lantas apakah akan aman-aman saja perjalanan da‘wahnya…?

Oh jelas tidak…!

👉 Di 2 ayat suci yang dinukil di atas jelas disebutkan ada sebagian manusia yang dijadikan cobaan bagi mereka, dan ada orang-orang jāhil yang mengganggu mereka.

☠️ Tak hanya sampai di situ, bahkan Allōh ﷻ‎ khusus menciptakan Syaithōn sebagai musuh para Nabiyullōh itu.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

(arti) _“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabī itu musuh, yaitu Syaithōn-Syaithōn (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jinn, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang (tampak) indah untuk menipu (manusia). Jikalau Robb-mu menghendaki, niscaya mereka tak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”_ [QS al-An‘ām (6) ayat 112].

👉 Jadi ada musuh Syaithōn dari jenis manusia dan jinn bagi setiap Nabiyullōh (dan tentunya para da‘i yang mewarisi jalan da‘wah para Nabiyullōh).

❔ Pertanyaannya siapa para Syaithōn dari kalangan manusia itu…?

👉 Ternyata ia adalah so-called "pemimpin".

Perhatikan ketika Allōh ﷻ‎ mengisahkan bagaimana tentangan terhadap da‘wah Nabī Nūh عليه الصلاة والسلام, yaitu ketika ada yang menyeru manusia, melarang mereka meninggalkan sesembahan-sesembahan mereka yang bāthil itu.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ dalam firman-Nya:

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

(arti) _“Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu, dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan terhadap) Wadd, dan jangan (pula terhadap) Suwwā‘, dan jangan (pula terhadap) Yaghūts, dan Ya‘ūq, dan Nasr!"”_ [QS Nūh (71) ayat 23].

❔ Kalau kita telaah, memangnya siapa yang bisa menyeru manusia seperti begitu…?

👉 Tentunya orang yang disegani dan berpengaruh, ya siapa lagi kalau bukan "Pemimpin Politik" dan atau "Pemimpin Spiritual"?

Itulah sebagaimana yang Allōh ﷻ‎ kisahkan hal yang menjadi penyesalan bagi manusia yang hanya ikut-ikutan saja terhadap seruan para pemimpin politik atau pemimpin spiritual mereka tanpa menelaah apalagi mengindahkan kebenaran yang sebenarnya ada di mana.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا ۝ وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ۝ رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا ۝

(arti) _“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan di dalam Neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya andaikata kami ta'at kepada Allōh dan taat (pula) kepada Rosūl-Nya". Dan mereka berkata: "Wahai Robb kami, sungguh kami dulu telah mena'ati sādatanā (pemimpin politik) dan kubarō-anā (pemimpin spiritual) kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (kebenaran). Wahai Robb kami, timpakanlah kepada mereka adzāb 2x lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar!".”_ [QS al-Ahzāb (33) ayat 66-68].

Jadi:
⑴. Para da‘i itu harus berkeliaran di tengah manusia karena tugasnya memperbaiki manusia.
⑵. Memang sudah Sunnatullōh para da‘i itu akan diganggu oleh Syaithōn dari jenis manusia dan jinn.
⑶. Syaithōn dari jenis manusia itu adalah so-called "pemimpin politik" dan atau "pemimpin spiritual".
⑷. Para awam pengikut hanya bisa menyesali kebodohan mereka yang ikut-ikutan saja.

Demikian, semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh