Ketika Pendaku Salafiy Menda‘wahkan ‘Aqidah Jabariyah & Qodariyah

Perhatikan screenshot di bawah ini…

Beginikah yang mengaku-ngaku pengikutnya Salafush-Shôlih?

Padahal Jabariyah itu adalah ‘aqidah rusak yang diperangi oleh para Salafush-Shôlih.

Rusaknya ‘aqidah Jabariyah itu di mana?

Begini…

Kita ambil saja contoh "istri", di mana yang namanya istri itu sudah tertulis di Lauhul-Mahfûzh siapa namanya, sukunya apa, cantik wajahnya bagaimana, seputih apa kulitnya, tinggi dan beratnya berapa, kapan tanggal nikahnya, bakal beranak berapa, dst…

Lalu apakah lantas ditinggal tidur saja, dan anda menunggu untuk dibangunkan oleh calon istri anda itu datang untuk mengajak menikahinya di KUA?

Gitu…?

Please deh…?!?

Hadeeeh…!

GPK Kokohiyyun itu benar-benar fatalistic à la Jabariyah kalau sudah masuk urusan dengan oknum penguasa → itulah bentuk kemurji-ahan mereka (murji-ah ma‘al hukkâm).

Tetapi lucunya Kokohiyyun itu kalau sudah urusan "lemah syahwat", maka mereka akan langsung jadi Qodariyah.

Iya, lihat saja kalau GPK Kokohiyyun itu lagi ngomongin masalah "Minyak Lintah" lah, atau "Therapy Van-Nili Strong" lah, atau "Hajar Jahannam", dlsb…

GPK Kokohiyyun itu juga menjadi Qodariyah ketika orang berusaha untuk mengganti kepemimpinan demi masa depan yang lebih baik, maka mereka hadang dengan pemikiran rusak bahwa usaha belum tentu berhasil. Apakah setiap melakukan usaha itu harus selalu berhasil?

Bahkan tak cukup sampai di situ, mereka menuduh orang yang mengajak kepada perubahan kepemimpinan sebagai Khowârij → itulah bentuk kekhowârijan mereka (khowârij ma‘ad du‘ât).

Sungguh benar-benar rusak lah ‘aqidah GPK Kokohiyyun itu, terbukti mereka ‘aqidahnya adalah mutant hybrid abominasi, menggabungkan 4 ‘aqidah rusak sekaligus, yaitu: Murji-ah, Khowârij, Jabariyah, dan Qodariyah!

Adapun kalau mau belajar tentang taqdir secara benar, maka insyâ’Allôh tidak aka jadi Jabariyah dan Qodariyah.

Iya, sebab الله Subhânahu wa Ta‘âlâ telah membantah kedua ‘aqidah rusak itu sekaligus.

❗ Perhatikan…

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ ۞ وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

(arti) _“(Yaitu) Bagi siapa saja di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kalian tidak dapat menghendaki (untuk menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allôh, Robb Semesta Alam.”_ [QS at-Takwîr (81) ayat 28-29].

Pada ayat suci tersebut, الله mengatakan: “لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ” yang artinya: (yaitu) bagi siapa saja di antara kalian yang menempuh jalan yang lurus.

Ayat suci tersebut adalah suatu bantahan untuk ‘aqidah rusak Jabariyah, karena ternyata الله menetapkan adanya kehendak bagi hamba-Nya. Jadi sama sekali tidak benar keyakinan Jabariyah itu yang mengatakan bahwa hamba dipaksa oleh الله, dan tanpa memiliki kehendak sama sekali.

Kemudian pada ayat berikutnya, الله mengatakan: “وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ” yang artinya: dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allôh, Robb Semesta Alam.

Ayat suci tersebut jelas menyatakan bahwa kehendak dari makhluk itu terjadi sesuai dengan kehendak الله. Jadi sama sekali tidak benar keyakinan Qodariyah yang mengatakan bahwa kehendak hamba itu berdiri sendiri dan diciptakan oleh si hamba tanpa adanya kehendak الله. Jelas الله mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya, kehendak hamba terjadi atas kehendak الله.

Kelihatan kan di mana letak sesatnya GPK Kokohiyyun itu?

❓ Pertanyaannya bagi kita, Ummat Islâm, adalah: apakah masih mau merujuk perkara-perkara agama kepada GPK Kokohiyyun itu?

▪ IQ itu given, stupid itu pilihan.

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh