Pemimpin Bukan Cerminan Rakyat, Justru Rakyat Cerminan Pemimpin
Narasi Pergedel bahwa "Kalau pemimpin rusak, itu karena rakyatnya rusak sebab pemimpin itu hanya cerminan rakyatnya" adalah narasi rusak yang sudah basi namun terus diulang-ulang.
Kalimat itu sekilas terdengar bijak, tapi sejatinya adalah logika terbalik yang sengaja dimainkan untuk menutupi kejahatan para élite.
⚠ Padahal faktanya, rakyat justru meniru para pemimpin & élite, bukan sebaliknya.
Pemimpin adalah yang memberi contoh, sebab rakyat tidak memiliki kuasa membuat aturan, menegakkan hukum, atau membagikan teladan. Yang mereka lihat setiap hari adalah bagaimana pemimpin hidup, bagaimana bejatbad mengelola amanah, bagaimana ùlamā’ bicara di hadapan penguasa.
Kalau pemimpin amanah, jujur, transparan, dan àdil, maka rakyat pun akan belajar untuk jujur. Sebaliknya kalau pemimpin rakus, culas, dan memperlakukan jabatan sebagai ladang merampok, jangan salahkan rakyat bila ikut meniru.
Kerusakan itu turunnya adalah dari atas.
📌 Kata Baginda Nabiyy ﷺ di dalam sabdanya:
صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي إِذَا صَلَحَا صَلَحَ ٱلنَّاسُ ، وَإِذَا فَسَدَا فَسَدَ ٱلنَّاسُ : ٱلأُمَرَاءُ وَٱلْعُلَمَاءُ
(arti) _“Dua golongan dari ummatku apabila keduanya baik maka manusia akan baik, jika keduanya rusak maka manusia akan rusak: para pemimpin dan para ùlamā’.”_ [HR al-Baihaqiyy, Ṡuàbul-Īmān ~ dinilai ḥasan oleh Muḥammad Nāṣiruddīn al-Albāniyy, Ṣoḥīḥ al-Jāmi` no 3730].
Narasi ḥadīṫ ini sangat jelas, bahwa rusaknya ummat tidak dimulai dari rakyat kecil, akan tetapi justru dari élite politik dan ùlamā’ sū’ yang menyesatkan.
Di dalam al-Qur-ān, Allōh ﷻ mengisahkan bahwa rakyat itu hanyalah pengekor dari para pemimpin mereka, dan kelak mereka menyesali pengekoran mereka itu.
📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:
وَقَالُواْ رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِيلَا۠ رَبَّنَآ ءَاتِهِمۡ ضِعۡفَيۡنِ مِنَ ٱلۡعَذَابِ وَٱلۡعَنۡهُمۡ لَعۡنًا كَبِيرًا
(arti) _“Dan mereka berkata: "Wahai Robb kami, sungguh-sungguh kami telah menaati para sādah dan para kubarō’ kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Wahai Robb kami, timpakanlah kepada mereka àzāb dua kali lipat dan la`natlah mereka dengan la`nat yang besar.”_ [QS al-Aḥzāb (33) ayat 67-68].
Sādah itu adalah élite politik, sedangkan kubarō’ itu adalah élite spiritual. Jadi jelas ayat ini menegaskan: rakyat hanyalah pengekor, sementara para élite politik dan élite spiritual merekalah yang menyeret rakyat kepada jalan kesesatan. Maka tak heran rakyat justru berdoa agar pemimpin-pemimpin ẓōlim yang telah menyesatkan mereka mendapatkan àzāb 2x lipat.
Para ùlamā’ pun menegaskan bahwa adalah pemimpin yang merusakkan rakyat.
📍 Kata al-Imām Muḥammad ibn Muḥammad aṭ-Ṭūsiyy al-Ġozzāliyy رحمه اللـه تعالى:
ففساد الرعية بفساد الملوك ، وفساد الملوك بفساد العلماء
(arti) _“Kerusakan rakyat itu karena kerusakan para pemimpin, dan kerusakan para pemimpin itu karena kerusakan para ùlamā’.”_ [lihat: Iḥyā’ Ùlūmuddīn I/11)
📍 Kata Ṡaiḳul-Islām Aḥmad ibn Àbdul-Ḥalīm ibn Taimiyyah al-Ḥarrōniyy رحمه اللـه تعالى:
إن في صلاح الولاة صلاح العباد والبلاد ، وفي فسادهم فسادهم
(arti) _“Sungguh-sungguh dalam kebaikan para pemimpin terdapat kebaikan hamba-hamba dan negeri, dan dalam kerusakan mereka terdapat pula kerusakan bagi hamba-hamba dan negeri.”_ [lihat: Majmū` al-Fatāwā XXVIII/170].
📍 Kata al-Imām Muḥammad bin Abī Bakr bin Ayyūb Ibn al-Qoyyim al-Jauziyyah رحمه اللـه تعالى:
وإنما يفسد الرعية ويصلحها الولاة
(arti) _“Sungguh-sungguh yang merusak rakyat atau memperbaikinya adalah para penguasa.”_ [lihat: I`lām al-Muwaqqiȉn IV/171].
Jadi ketika al-Qur-ān, al-Ḥadīṫ, dan para ùlamā’ sepakat jikalau pemimpin rusak, maka rakyat akan ikut rusak, maka dari mana asal àqīdah rusak "rakyat rusak menghasilkan pemimpin rusak" itu…?
Bahkan ikan busuk itu awalnya dari kepalanya dulu yang busuk…
☠ Adapun menyalahkan rakyat hanyalah propaganda murahan yang disebarkan oleh para penjilat sesat untuk menutupi kejahatan sesembahannya mereka, yaitu para penguasa yang lalim.
Demikian, semoga dapat dipahami.
Komentar
Posting Komentar