Nasihat Sesat Dari Pengecut Neo Murji-ah Zionist Mengaji
Perhatikan SS terlampir ini, maka beginilah akibat dari àqīdah Neo Murji-ah yang merusak àqal, hati nurani, dan agama seseorang. Walau bertopeng kalimat yang kelihatannya logis & humanis, namun hakikatnya justru BERTENTANGAN dengan àqal sehat, hati nurani, dan pastinya Ṡariàh.
Mari kita bahas satu per satu.
.
☠ "Sabar dulu sampai kesempatan itu ada"…?
Neo Murji-ah yang kerjanya cuma ngaji-ngaji di Masjid ber-a/c memang gampang banget ngomong macam itu sambil menyeruput kopi hangat, perut kenyang gorengan, anaknya aman main di halaman, dan istrinya sibuk check-out barang di marketplace. Tapi coba rumahnya digusur begundal Yahūdiyy Zionist, anaknya lagi main ditembak, istrinya diperkosa begundal, sedang orangtuanya dibakar hidup-hidup, maka apa ia bisa sabar sampai berabad-abad juga?
Saran macam begitu sama sekali tidak bijak, akan tetapi justru sangat kejam walau dibungkus dengan kata-kata manis. Sedangkan orang yang mengucapkannya hanyalah para PENGECUT bertopeng humanis.
.
☠ "Ingat perang Salib"…?
Menyamakan situasi rakyat Palestina sekarang dengan perang Salib berabad-abad lalu adalah perbandingan yang tidak relevan.
Why?
Kondisi rakyat Palestina saat ini adalah penjajahan yang sedang berlangsung di mana tiap hari ada penganiayaan. Perampasan tanah yang dilakukan secara harian. Rakyat Palestina bukan menghadapi konflik beku seperti Yerusalem pasca-Perang Salib, akan tetapi penindasan yang terus-menerus tanpa jeda. Menyuruh mereka "sabar menunggu kesempatan" berarti membiarkan penjajahan semakin mengakar dan kejahatan semakin parah.
Pun Ṣolahuddīn itu dimenangkan oleh Allōh ﷻ bukanlah karena ia dan ummat duduk sambil ngaji-ngaji menunggu berabad-abad, akan tetapi karena perlawanan terus hidup. Kalau logika si Neo Murji-ah ini dipakai, maka Yerusalem tak bakal balik sampai Qiyāmat.
Dalam hukum internasional maupun prinsip Ṡariàt, membela diri dari penjajahan itu adalah hak langsung bahkan kewajiban yang tidak harus menunggu kekuatan seimbang atau kondisi sudah ideal. Apabila ada penjajahan, maka rakyat berhak melawan dengan kemampuan yang ada.
Menunggu berabad-abad bukanlah solusi, bahkan itu sama saja menyuruh rakyat Palestina untuk menerima penjajahan.
.
☠ "Cukuplah Fatah sebagai contoh"…?
Sudah puluhan tahun "sabar-diplomasi" à la Fataḥ itu hasilnya apa? Pemukiman illegal Yahūdiyy Zionist semakin meluas, rakyat Palestina makin terjepit dan dihinakan. Bahkan pengakuan Negara Palestina tak pernah terjadi.
Itu bukti jelas bahwa pasrah tanpa perlawanan = kalah permanen.
Ḥ4M4S justru lahir dan dipilih sama rakyat Palestina karena Fataḥ dipandang gagal.
Adapun di dalam Islām, sabar adalah istiqomah melawan keẓōliman, BUKAN menjadi penonton sambil duduk-duduk dengar penceramah yang ngomong: "Mari kita menunggu waktu yang tepat, ya…"
📌 Baginda Nabiyy ﷺ mengambil contoh kesabaran & ketawakkalan itu dengan burung:
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى ٱللَّـهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ ٱلطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
(arti) _“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allōh, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.”_ [HR at-Tirmiżiyy no 2344].
Burung itu keluar dari sarangnya hanya berbekal insting yang Allōh ﷻ berikan, tanpa tahu di mana makanan (rezeki) bakal didapatnya.
Maka begitu pula perjuangan. Apakah pasti akan merdeka sesuai yang diinginkan? Tentu tidak pasti. Ada banyak yang gugur sebelum melihat hasil perjuangan. Sedangkan pengorbanan jihād itu adalah dengan nyawa, darah, air mata, keringat, dan harta…
📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:
اِنْفِرُوا خِفَافًا وَّثِقَالًا وَّجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ ٱللّٰـهِ ۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
(arti) _“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan maupun berat, dan berjihādlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allōh. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”_ [QS at-Taubah (9) ayat 41].
Adapun tentang korban jiwa yang berjatuhan di jalan Allōh, maka Allōh ﷻ sudah menjawab ṡubhāt itu di dalam al-Qur-ān.
📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:
إِنَّ ٱللَّـهَ اشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّـهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي ٱلتَّوْرَاةِ وَٱلْإِنجِيلِ وَٱلْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ ٱللَّـهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ ٱلَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
(arti) _“Sungguh-sungguh Allōh telah membeli dari orang-orang mu’min jiwa dan harta mereka dengan memberikan Syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allōh, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) Janji yang benar dari Allōh di dalam Taurōt, Injīl, dan al-Qur-ān. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allōh? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”_ [QS at-Taubah (9) ayat 111].
Demikian sharing pagi ini, semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar