Team Janâ-iz GPK Kokohiyyun

Beberapa waktu lalu saya mendapat broadcast tentang adanya "Team Janâ-iz" (penyelenggaraan jenazah) dari GPK Kokohiyyun.

Wah hebat juga ini saya pikir, karena menyelenggarakan jenazah (memandikan, mengkafani, dan menguburkan) itu suatu keutamaan, besar pahalanya… apalagi ada fasilitas ambulance jenazah gratis segala.

Hanya saja langsung terpikir, apa mereka bisa ya "berdamai" kalau ada keluarga mayyit yang "tidak semanhaj" dengan mereka?

Ternyata benar saja…

Seorang teman cerita beberapa waktu lalu, ada sebuah keluarga yang mengalami musibah kematian. Keluarga itu tanpa sengaja memanggil 2 team janâ-iz…

Team Janâ-iz pertama (TJ 1) datang dari Muhammadiyah, yang datang sudah senior-senior. Mereka pun lalu bekerja menyiapkan kafan, alat memandikan jenazah, dlsb.

Pas hendak memandikan mayyit, tetiba datang Team Janâ-iz kedua (TJ 2), dan ini dari GPK Kokohiyyun itu.

Begitu datang, langsung tak enak suasananya. Itu anggota TJ 2 langsung bilang kira-kira: "hormati kami yang sudah jauh-jauh datang, dong???" - bahkan mengindikasikan tidak suka kenapa ada Team Janâ-iz lain.

Akhirnya TJ 1 pun mengalah, dan membiarkan orang-orang TJ 2 (Kokohiyyun) ini menyelenggarakan jenazah.

Lucunya, sambil bekerja itu TJ 2 itu ngomel-ngomel sambil bilang ini nggak nyunnah, itu nggak nyunnah, dan marah-marah soal susunan kafan yang begini dan begono lah.

Innâlillâhi…

Kok begitu bener ya? Seakan yang mengerti sunnah hanya mereka sendiri saja, sedangkan yang lain tak paham sunnah.

Akhirnya TJ 1 pun mundur teratur saja.

Padahal, ada beberapa hal yang dilakukan oleh TJ 2 itu justru tak sesuai Sunnah juga (namun tak bisa diceritakan di sini).

Sampai kepada hal janâ-iz pun GPK Kokohiyyun itu masih terus berprinsip "anâ khoyrun-minhu", padahal ada begitu banyak keluasan dalam fiqih Ahkâmul-Janâ-iz ini.

Prinsip  "anâ khoyrun-minhu" yang akhirnya membuat adab dan kesantunan GPK Kokohiyyun itu justru tampak sangat buruk di mata Ummat Islâm.

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk