Kesalahan & Pertaubatan

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ di dalam sabdanya:

كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

(arti) _“Setiap anak keturunan Ādam itu adalah tukang berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.”_ [HR at-Tirmidziy no 2499; Ibnu Mājah no 4251; Ahmad no 12576, ad-Dārimiy no 2769].

⚠ Hadīts agung ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa manusia itu TIDAK ADA yang terluput dari berbuat kesalahan sepanjang hidupnya. Adalah Sunnatullōh bahwa manusia selalu berbuat kesalahan dari waktu ke waktu, namun yang TERPENTING adalah ia harus selalu bertaubat dari kesalahan yang diperbuatnya.

❓ Bagaimana cara bertaubat?

Bagaimana cara bertaubat itu pelajarannya adalah dari hadīts mulia tentang orang yang membunuh 100 orang.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ mengisahkan:

كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وتِسْعينَ نَفْساً ، فَسَأَلَ عَنْ أعْلَمِ أَهْلِ الأرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ ، فَأَتَاهُ ، فقال : إنَّهُ قَتَلَ تِسعَةً وتِسْعِينَ نَفْساً فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوبَةٍ ؟ فقالَ : لا ، فَقَتَلهُ فَكَمَّلَ بهِ مئَةً ، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ ، فقَالَ : إِنَّهُ قَتَلَ مِئَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ ؟ فقالَ : نَعَمْ ، ومَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وبَيْنَ التَّوْبَةِ ؟ انْطَلِقْ إِلى أرضِ كَذَا وكَذَا فإِنَّ بِهَا أُناساً يَعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ الله مَعَهُمْ ، ولاَ تَرْجِعْ إِلى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أرضُ سُوءٍ ، فانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ ، فاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ ومَلائِكَةُ العَذَابِ ، فَقَالتْ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ : جَاءَ تَائِباً ، مُقْبِلاً بِقَلبِهِ إِلى اللهِ تَعَالَى ، وقالتْ مَلائِكَةُ العَذَابِ : إنَّهُ لمْ يَعْمَلْ خَيراً قَطُّ ، فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ في صورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ – أيْ حَكَماً – ، فقالَ : قِيسُوا ما بينَ الأرضَينِ فَإلَى أيّتهما كَانَ أدنَى فَهُوَ لَهُ . فَقَاسُوا فَوَجَدُوهُ أدْنى إِلى الأرْضِ التي أرَادَ ، فَقَبَضَتْهُ مَلائِكَةُ الرَّحمةِ

(arti) _“Dulu pada masa sebelum kalian ada seseorang laki-laki yang telah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling ‘alim di muka Bumi. Lalu ia ditunjukkan untuk menghadap pada seorang rōhib. Lantas ia pun mendatangi rōhib dan berkata: "Apabila seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya akan diterima?". Rōhib pun menjawabnya: "Orang seperti itu tidak mungkin diterima taubatnya." Lalu laki-laki itupun tersebut membunuh rōhib itu sehingga genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya. Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling ‘alim di muka Bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut: "Apabila seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?". Orang ‘alim itu pun menjawab: "Iya masih diterima. Siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan pertaubatan? Beranjaklah dari tempat ini dan pergilah ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allōh ﷻ, maka sembahlah Allōh bersama dengan mereka. Janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang teramat jelek!". Maka laki-laki itu pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang ‘alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun datang menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara Malak Rohmat dan Malak Adzab. Malak Rohmat berkata: "Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allōh!", namun Malak Adzab berkata: "Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun!". Lalu datanglah Malak lain dalam bentuk manusia (yang diutus oleh Allōh ﷻ -pent), kedua Malā-ikat itu pun bersepakat untuk menjadikan Malak (ketiga) itu sebagai pemutus perselisihan di antara mereka. Malak (ketiga) itu lalu berkata: "Ukurlah jarak antara kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang ia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pent). Apabila jaraknya dekat (ke tempat yang ditujunya -pent), maka ia (Malak Rohmat -pent) yang berhak atas orang ini.". Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang itu lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya, ruhnya pun dibawa oleh Malak Rohmat.”_ [HR al-Bukhōriy no 3470; Muslim no 2766; Ahmad no 11262].

⚠ Dari hadīts mulia ini kita mendapat 3 faidah bagaimana agar bisa bertaubat, yaitu:
⑴. Mengetahui kesalahan yang telah dilakukannya – know the mistake.
Seseorang harus tahu apa kesalahan yang telah diperbuatnya. Bagaimana seseorang bisa bertaubat apabila ia tidak tahu apa kesalahannya?
⑵. Menyesali kesalahan yang dilakukannya – own the mistake.
Setelah seseorang mengetahui apa kesalahannya, maka ia harus menyesalinya. Sebab apabila ia tidak menyesalinya, maka ia bisa terjatuh ke dalam dua hal ekstrim, yaitu:
⒜. Fatalistik, ia seperti mengakui kesalahannya, tetapi pada dasarnya ia hanya membuat orang lain menerima dan mentolerir kesalahannya saja. Padahal, jangankan bertaubat, mau dirinya berubah saja tidak dan terus berbuat kesalahan yang sama.
⒝. Ekstrim menolak, ia tidak mau mengakui kesalahannya, bahkan ia menyalahkan orang lain, menuduh orang lain yang tidak-tidak seperti: mencari-cari kesalahannya, atau bahkan memfitnahnya dengan tuduhan yang tidak-tidak.
Setelah seseorang itu menyesali kesalahannya, maka baru ia bisa masuk ke langkah selanjutnya.
⑶. Berusaha memperbaiki diri – action.
Orang yang sudah tahu, lalu menyesali kesalahannya, maka ia wajib mempunyai usaha untuk:
(i). berusaha dengan sungguh-sungguh untuk berhenti, menjauhi, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama,
(ii). menjauhi sebab-sebab yang membuat ia melakukan kesalahan yang sama, dan
(iii). jika itu kesalahannya itu ada hubungannya dengan orang lain, maka ia harus meminta ma'af dari orang yang telah dizhōliminya.

Jadi seberapa besar pun kesalahan, maka ampunan Allōh ﷻ itu jauh lebih besar daripada kesalahan yang telah diperbuat.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ لِّلنَّاسِ عَلَىٰ ظُلْمِهِمْ وَإِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

(arti) _“Dan sungguh-sungguh Robb-mu benar-benar memiliki ampunan (yang teramat sangat luas) bagi manusia sekalipun mereka zhōlim, dan sungguh-sungguh Robb-mu benar-benar sangat keras adzab-Nya.”_ [QS ar-Ro‘d (13) ayat 6].

‼️ Jadi bertaubatlah segera dari kesalahan-kesalahan kita, sebelum pintu pertaubatan itu tertutup yaitu pada saat ajal menjemput, ketika ruh sedang ditarik oleh Malā-ikat Mawt…!

❤ Kita berdo'a:

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
{robbanāghfirlanā wal-ikhwāninālladzīna sabaqūnā bil-īmāni walā taj‘al fīqulūbinā ghillā lildzīna amanū robbanā innaka ro-’ūfun rohīm}

(arti) "Wahai Robb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah berīmān lebih dahulu daripada kami, dan janganlah Engkau membiarkan tumbuh kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang berīmān. Wahai Robb kami, sungguh-sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh