Tanggung-jawab Pemimpin
Pemimpin yang penuh tanggung-jawab dan kasih terhadap rakyatnya itu langka… sangat langka bahkan.
Mungkin terlalu jauh kita bermimpi mengharapkan semisal Ùmar ibn al-Ḳottōb رضي الله تعالى عنه, karena takkan ada lagi rahim perempuan yang akan mengandung Ùmar, dan takkan ada lagi guru yang teramat mulia, nabī suci yang mendidik dan menempa Ùmar.
Kita hanya bisa mendapati kisah Ùmar yang berjalan tanpa pengawal, tidur di bawah pohon di halaman, dan bergantian menunggangi hewan dengan ajudannya saat menempuh perjalanan jauh ke al-Quds.
Kita hanya bisa mendapati kisah Ùmar yang menyusuri jalanan kota di waktu malam untuk melihat keadaan masyarakat. Ùmar yang mengadili sengketa di antara mereka. Ùmar yang teliti mengurusi dan memeriksa keadaan keluarga yang ditinggalkan oleh para tentara yang sedang tugas di medan perang.
Kita hanya bisa mendapati kisah Ùmar yang menjadikan kegelisahan rakyat sebagai kegelisahannya. Ùmar yang menjadikan kesedihan rakyat sebagai kesedihannya.
Kita hanya bisa mendapati kisah Ùmar yang kuat dan tegas, namun berhati lembut dan penuh kasih-sayang.
Kita hanya bisa mendapati kisah Ùmar yang sangat menyadari bahwa jabatan Ḳolīfah adalah amanah, bukan sebagai kemuliaan, dan merupakan beban tanggung-jawab, bukan sebagai keberuntungan.
Begitu masyhur perkataan Ùmar:
لَوْ مَاتَ جَدْيٌ بَطَرْفِ الْفُرَاتِ لَخَشَيتُ أَنْ يُحَاسِبَ ٱللهُ بِهِ عُمَرَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
(arti) _“Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrōt, aku benar-benar takut Allōh akan menghisab Ùmar tentang hal itu pada Hari Qiyāmat.”_
Sungguh benar kata Muàwiyyah رضي الله تعالى عنه bahwa Ùmar adalah pemimpin yang sangat diinginkan oleh Dunia, namun Ùmar sama sekali tidak menghendaki Dunia…
Adapun kita-kita ini, menempel perut kita ini ke tanah karena saking cintanya kepada Dunia.
Namun, pemimpin yang bertanggung-jawab itu bukannya sudah tidak ada. Masih ada, hanya saja langka.
Alkisah 60 tahun lalu menjelang tahun ajaran baru, dua orang anak muda keturunan etnis Afrika di Amrik bernama Vivian Malone & James Hood, ingin mendaftar di Universitas Alabama di Tuscaloosa. Vivian & James berusaha untuk melakukan desegregasi ras Universitas Alabama, namun gubernur baru Alabama, George Wallace, didampingi oleh Polisi Negara Bagian, berusaha mencegah Vivian & James dengan memblokir pintu ke kantoor pendaftaran universitas.
Padahal, Mahkamah Agung Amrik telah menyatakan segregasi ras sebagai inkonstitusional (kasus Brown vs Board of Education pada tahun 1954), dan Pemerintah Federal berusaha keras untuk menegakkan keputusan tersebut.
Pada tanggal 10 Juni 1963, Presiden John F Kennedy melakukan federalisasi pasukan Garda Nasional Alabama dan mengerahkan mereka ke Universitas Alabama untuk memaksa desegregasi ras. Keesokan harinya tanggal 11 Juni 1963, Gubernur Wallace menyerah pada tekanan Pemerintah Federal —setelah pasukan Garda Nasional Alabama yang telah difederalisasi memaksa Gubernur Alabama untuk menghentikan blokadenya dan tunduk pada perintah hakim untuk mengakhiri segregasi ras di universitas— akhirnya Vivian & James dapat menyelesaikan pendaftaran mereka.
George Wallace yang adalah salah satu politisi paling kontroversial dalam sejarah Amrik, terpilih sebagai Gubernur Alabama di tahun 1962 dengan platform ideologi ultra-segregasi. Di dalam pidato pelantikannya pada tahun 1963, ia berjanji kepada para pengikutnya: "Segregasi sekarang! Segregasi besok! Segregasi selamanya!".
Setelah gagal mengukuhkan segregasi ras di Universitas Alabama, di bulan September tahun yang sama, Gubernur George Wallace kembali berupaya memblokir desegregasi sekolah negeri Alabama —kali ini di SMA Tuskegee— akan tetapi Presiden John F Kennedy sekali lagi menggunakan otoritas eksekutifnya dan melakukan federalisasi pasukan Garda Nasional Alabama. Akibatnya Gubernur George Wallace pun lagi-lagi tak punya pilihan selain dari menyerah.
Sebenarnya kasus ini relative "kecil", hanya melibatkan 2 orang calon mahasiswa. Urusannya juga cuma pendaftaran masuk sekolah saja. Pun kalau kita lihat, Amrik itu sistemnya adalah "federal" di mana Negara Bagian mempunyai otoritas yang sangat besar. Adalah jauh lebih besar otoritas seorang gubernur suatu Negara Bagian (state) dibandingkan otoritas dari gubernur suatu Provinsi di "Negara Kesatuan" yang punya "otonomi daerah".
Tetapi…
Presiden JFK tidak ada memalingkan mukanya lalu berkata, "Bukan urusan saya…".
Presiden JFK malah memerintahkan tentara untuk membuka blokade!
Tak ada Presiden JFK mengatakan, "Masa urusan begitu harus sampai presiden?".
Ya begitulah negarawan sejati, walaupun hal yang tampak "kecil" semisal urusan pendaftaran sekolah 2 orang mahasiswa berkulit hitam, tapi JFK peduli dan ia bertindak besar.
Sementara… di sebuah negara, 7.500 orang penduduk digusur dengan ẓōlim, puluhan anak-anak SD cedera akibat terkena gas air mata aparat. Namun presiden negara itu bisa-bisanya berkata, "Masa urusan begitu harus sampai ke saya?".
Subḥanallōh…
Takutlah akan peringatan Baginda Nabī ﷺ ini:
مَنْ وَلَّاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ
(arti) _“Siapa saja yang Allōh jadikan sebagai penguasa urusan kaum Muslimīn, lalu ia menutup dirinya dari mereka, tak memenuhi kebutuhan mereka, tak mendengarkan pengaduan mereka, dan tak meringankan kemiskinan mereka, maka Allōh akan menjauhi orang itu, tak akan memenuhi kebutuhannya, tak akan mendengarkan do'anya, dan tak akan menghilangkan kemiskinannya.”_ [HR Abū Dāwūd no 2948; at-Tirmiżiyy no 1332; Aḥmad no 18062].
Komentar
Posting Komentar