Kedurhakaan Banī Isrōīl
Kalau membaca kisah-kisah Banī Isrōīl di dalam al-Qur-ān, dan kisah tentang mereka ini sangat banyak tersebar di berbagai surah di dalam al-Qur-ān, maka kita akan dapati betapa Banī Isrōīl ini amat sangat durhaka kepada Allōh ﷻ dan bengal kepada para Nabiyullōh عليهم السلام
Banī Isrōīl itu adalah anak keturunannya Nabī Ya‘qūb عليه السلام (Nabī Ya‘qūb digelari Isrōīl karena suka melakukan perjalanan di waktu malam) yang lalu pindah ke Mesir (dari Ṡām) karena mereka mengalami paceklik di masa Nabī Yūsuf عليه السلام. Mereka lalu beranak-pinak di Mesir, yang lalu mengalami penindasan oleh Firàun. Kemudian Allōh ﷻ mengutus Nabī Mūsā عليه السلام untuk membebaskan mereka dari penindasan Firàun.
Adalah Banī Isrōīl di masa Firàun inilah yang memulai pembangkangan dan kedurhakaan kepada Allōh ﷻ. Kedurhakaan Banī Isrōīl itu juga tak main-main, baik secara individual maupun secara komunal.
Lihat saja, ketika Nabī Mūsā membela Banī Isrōīl yang berkelahi dan tak sengaja membunuh orang Mesir lawannya di kota Memphis…
Tetapi malah orang itu yang justru mengadukan Nabī Mūsā sehingga dikejar-kejar oleh aparat Firàun karena Nabī Mūsā tak mau menolongnya saat ia berkelahi lagi dengan orang Mesir.
Lalu ketika Allōh ﷻ telah selamatkan mereka dari kejaran Firàun dan pasukannya di Laut Merah (saya memilih pendapat yang mengatakan bahwa jumlah mereka saat itu tak banyak, hanya sekitar ratusan saja), sedangkan Firàun dan pasukannya berjumlah besar, mereka saksikan sendiri mu‘jizah Nabī Mūsā yaitu terbelahnya lautan. Menurut sebagian riwayat, lautan itu terbelah bukan 1 belahan saja, akan tetapi 12 belahan sesuai dengan jumlah suku Banī Isrōīl (dari 12 anak Nabī Ya‘qūb).
Namun, apa yang mereka lakukan setelah diselamatkan oleh Allōh…?
Justru mereka malah menyembah patung sapi emas buatan Sāmiri saat ditinggal oleh Nabī Mūsā yang sedang mengambil kitāb Taurōt di bukit Ṭur.
Ketika Nabī Mūsā memerintahkan mereka untuk mendengarkan dan ta'at kepada perintah Allōh yang ada di dalam Taurōt, mereka malah menjawab: "سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا" (arti: kami dengar namun kami membangkang).
Ketika mereka berjalan menuju Ṡām, Allōh memayungi mereka dengan awan agar tak kepanasan.
Saat mereka kesusahan makanan, maka Nabī Mūsā berdo'a kepada Allōh, dan Allōh turunkan Manna & Salwa dari Langit sehingga mereka tak perlu bersusah payah lagi bekerja. Manna itu menurut sebagian riwayat adalah pasta kental yang manis seperti madu (menurut ùlamā, manna itu sekarang adalah jamur trufle atau "الكمأة"), sedangkan Salwa adalah burung jinak yang dagingnya sangat gurih, keduanya Allōh turunkan setiap hari di waktu Ṣubuh sampai waktu Fajar.
Tetapi Banī Isrōīl malahan merasa bosan dan meminta Nabī Mūsā berdoa kepada Allōh agar diturunkan makanan remehan, yaitu sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.
Bukan itu saja, mereka menyembelih Salwa dan menyimpannya, padahal Salwa itu diperintahkan hanya disembelih sesuai kebutuhan, tak boleh disimpan. Akibatnya, semenjak itu Allōh ﷻ tetapkan daging jadi cepat membusuk.
Kemudian ketika mereka sampai di al-Quds, ternyata kota itu sedang dikuasai oleh bangsa Kanȁn lalu Allōh perintahkan mereka untuk berjihād tempur merebut al-Quds…
Tetapi mereka karena kepengecutan mereka (dan ini memang terbukti karena mereka hanya berani berperang kalau mereka di dalam benteng, atau ketika kekuatan persenjataan mereka di atas kertas jauh di atas lawannya), malah menjawab perintah itu dengan:
يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا أَبَدًا مَّا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
(arti) _“Wahai Mūsā, kami sekali-kali takkan memasukinya selama-lamanya selagi mereka masih ada di dalamnya. Karena itu pergilah kamu bersama Robb-mu, dan berperanglah kamu berdua. Sungguh kami hanya duduk menanti di sini saja.”_
Itulah puncak pembangkangan mereka kepada Nabī Mūsā عليه السلام sehingga Nabī Mūsā pun langsung meminta keputusan kepada Allōh ﷻ agar dipisahkan dari orang-orang yang fāsiq itu. Tak lama setelah itu, Nabī Mūsā pun Allōh ﷻ wafatkan.
Sebagai hukumannya, Banī Isrōīl itu Allōh jadikan seperti orang-orang yang linglung kapiran di sekitar al-Quds selama 40 tahun, sampai akhirnya Allōh ﷻ utus Nabī Yusya’ ibn Nun عليه السلام untuk memimpin mereka berperang merebut al-Quds. Akhirnya mereka berhasil mengalahkan bangsa Kanȁn dan merebut al-Quds. Allōh ﷻ memerintahkan mereka memasuki al-Quds dalam keadaan merendahkan diri kepada Allōh ﷻ dan beristiġfar…
Tetapi mereka malahan mengolok-olok perintah itu dengan masuk dalam keadaan pantat mereka mengesot dengan tanah, dan mengucapkan perkataan "حَبَّةٌ فِي شَعْرَةٍ" (arti: butiran gandum di rambut).
Demikian kisah kedurhakaan Banī Isrōīl yang dimulai pada Nabī Mūsā عليه السلام. Sebenarnya ada banyak sekali kisah kedurhakaan dan kebengalan mereka, namun yang saya tuliskan hanya sebagian dari semasa Nabī Mūsā saja.
Pelajarannya bagi kaum Muslimīn adalah jangan pernah bermimpi untuk Banī Isrōīl itu akan berlaku baik dan fair, karena entah berapa banyak Nabīyullōh yang mereka bunuh tanpa haqq (dan memangnya ada alasan yang haqq untuk membunuh seorang Nabiyullōh???). Jangan jadi blo-on seperti sebagian oknum yang mengaku Naṣrōnī yang malah menjadi pembela Isra-Hell, padahal jelas-jelas Yahūdi Banī Isrōīl itu bangga merasa bisa membunuh Nabī Ȉsā ibn Maryam عليه السلام.
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar