Pengkhianat Bisa Datang Dari Arah Mana Saja
Apakah anda kecewa dengan seseoknum yang dianggap ustādz, yang bergaul erat dengan para ‘ulamā’, akan tetapi ternyata malah menyalahkan Muslimīn Filisthin?
Ternyata track record-nya sejak 2017 sudah mengatakan bahwa apa yang terjadi di Filisthin adalah "perkara politik, bukan perkara agama"… padahal pendapat yang demikian sudah sejak lama dibantah oleh Buya Muhammad Natsir رحمه الله تعالى. Juga ternyata seseoknum itu mengaku "bersahabat" dengan si 🐷 Penista al-Qur-ān…
Subhānallōh…
Rasanya bukan hanya hati yang kecewa, namun sekaligus mungkin merasa bodoh, pedih…
✋ Namun jangan larut merasa begitu…!
Iya jangan…!
Sebab, yang namanya pengkhianat itu bisa datang dari arah mana saja…
❕ Perhatikan…
📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:
ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱمْرَأَتَ نُوحٍ وَٱمْرَأَتَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَٰلِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا وَقِيلَ ٱدْخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّٰخِلِينَ
(arti) _“Allōh menjadikan istri Nūh dan istri Lūth sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang kāfir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shōlih di antara hamba-hamba Kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu sama sekali tidak dapat membantu mereka walau sedikitpun dari (adzab) Allōh. Dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Neraka Jahannam bersama orang-orang yang masuk (ke Neraka Jahannam)!".”_ [QS at-Tahrīm (66) ayat 10].
ℹ️ Pengkhianatan yang dimaksud pada ayat suci itu bukan selingkuh ya, tidak. Sebab yang namanya ranjang para Nabiyullōh عليهم السلام itu ma’shum. Akan tetapi pengkhianatan mereka adalah dalam perkara keīmānan.
Istri Nabī Nūh dan istri Nabī Lūth itu berkhianat kepada suaminya masing-masing pada perkara keīmānan. Pengkhianatan istri Nabī Lūth (dalam kisah Isrō-īliyat, disebukan namanya Ado atau Edith) bahkan ditambahkan dengan melaporkan kedatangan tamu Nabī Lūth عليه السلام, yaitu para Malā-ikat (disebutkan dalam atsar adalah malak Jibrīl, Miykā-īl, dan Isrōfīl) yang berwujud manusia yang sangat tampan dan bertubuh indah, sehingga itu membuat kaum Lūth yang para pelaku liwath jadi menggila.
🔥 Sekelas istri, teman hidup para Nabiyullōh pun ternyata bisa jadi pengkhianat…
dan…
⚠ Kalaulah tidak diberitahukan oleh Allōh ﷻ melalui perantaraan wahyu, maka para Nabiyullōh itu tidak mengetahui pengkhianatan dari istri mereka itu.
❗ Kita tahu dari kisah atsar Shohābat ‘Abdullōh ibn al-‘Abbās رضي الله تعالى عنهما bahwa Nabī ‘Īsā عليهم السلام pun dikhianati 12x oleh salah seorang dari hawāriyyūn-nya.
❌ Tidak, pengkhianatnya bukan yang diserupakan dengan Nabī ‘Īsā lalu syahīd disalib itu ya, karena justru yang disalib itu adalah yang paling shōlih.
Adapun pemuda shōlih yang sampai 3x menawarkan dirinya untuk menggantikan posisi Nabī ‘Īsā عليهم السلام sehingga ia pun tewas disalib, maka kelak ia akan mendampingi Nabī ‘Īsā di Syurga.
Baginda Nabī Muhammad ﷺ pun pernah seperti dikhianati oleh salah seorang Shohābat. Bahkan dari kelas Shohābat yang ikut pada perang Badr al-Kubrō. Peristiwanya terjadi menjelang Fat-hul-Makkah, ketika Hāthib ibn Abī Balta‘ah رضي الله تعالى عنه mengirimkan surat kepada keluarganya di Makkah dengan maksud untuk memberitahukan rencana penyerbuan Makkah. Namun Allōh ﷻ mewahyukan kepada Baginda Nabī ﷺ sehingga Beliau mengutus ‘Āliy رضي الله تعالى عنه dan al-Miqdad رضي الله تعالى عنه ke Rawdhoh Khokh untuk mencegat perempuan yang dititipi surat oleh Hāthib tersebut.
❕ Ketika Hāthib ditanyai oleh Baginda Nabī ﷺ tentang tujuannya mengirim surat tersebut, ternyata Hāthib رضي الله تعالى عنه bukanlah bermaksud untuk khianat dengan niyat jahat, akan tetapi karena ia khawatir keluarganya terluka atau terbunuh saat pasukan kaum Mu’minīn memasuki ke kota Makkah. Inilah yang menjadi penyebab turunnya QS al-Mumtahinah (60) ayat 1.
❕ Sedangkan saat ‘Umar ibn al-Khoththōb رضي الله تعالى عنه mendakwa bahwa Hāthib telah berkhianat dan bermaksud hendak memenggalnya, maka Baginda Nabī ﷺ pun tidak membantah bahwa apa yang dilakukan oleh Hāthib tersebut dapat digolongkan sebagai pengkhianatan, namun Baginda Nabī ﷺ melarang ‘Umar untuk menghukum Hāthib dengan mengatakan bahwa Allōh ﷻ telah mengampuni semua peserta perang Badr al-Kubrō [lihat: hadīts-hadīts yang berkenaan dengan kisah Fat-hul-Makkah di Kutubbu Tis‘ah].
🔥 Sekelas murid langsung, pendamping para Nabiyullōh pun bisa berkhianat…
dan…
⚠ Kalaulah tidak diberitahukan oleh Allōh ﷻ melalui wahyu, maka para Nabiyullōh itu tak mengetahui pengkhianatan dari hawariyyūn / shohābat mereka itu.
⁉ Jika sekelas istri dari Nabiyullōh, sekelas hawariyyūn / shohābat yang murid langsung dan pendamping perjuangan dari para Nabiyullōh, ternyata bisa melakukan pengkhianatan, maka apalah arti seseorang yang cuma sekelas diustādzkan, sementara background pendidikannya saja dari institusi di Isra-Hell?
❓ Pertanyaan lanjutannya adalah apakah kita lantas harus jadi saling curiga, paranoid terhadap sesama Muslim?
✋ Oh tidak juga…!
⚠ Karena pada dasarnya Muslim itu hukum asalnya adalah dipercaya sampai terbukti tidak.
⇨ Kita menghukumi manusia itu adalah berdasarkan perbuatan yang ditunjukkannya di muka umum.
📍 Kata Kholīfah ‘Umar ibn al-Khoththōb رضي الله تعالى عنه:
إِنَّ أُنَاسًا كَانُوا يُؤْخَذُونَ بِالْوَحْىِ فِي عَهْدِ رَسُولِ ﷺ ، وَإِنَّ الْوَحْىَ قَدِ انْقَطَعَ ، وَإِنَّمَا نَأْخُذُكُمُ الآنَ بِمَا ظَهَرَ لَنَا مِنْ أَعْمَالِكُمْ ، فَمَنْ أَظْهَرَ لَنَا خَيْرًا أَمِنَّاهُ وَقَرَّبْنَاهُ ، وَلَيْسَ إِلَيْنَا مِنْ سَرِيرَتِهِ شَىْءٌ ، اللَّهُ يُحَاسِبُهُ فِي سَرِيرَتِهِ ، وَمَنْ أَظْهَرَ لَنَا سُوءًا لَمْ نَأْمَنْهُ وَلَمْ نُصَدِّقْهُ ، وَإِنْ قَالَ إِنَّ سَرِيرَتَهُ حَسَنَةٌ
(arti) _“Manusia (kadangkala) dinilai keadaannya dengan diturunkannya wahyu pada zamannya Rosūlullōh ﷺ, namun sekarang sudah tidak ada lagi (wahyu yang turun setelah wafatnya Baginda Nabī ﷺ -pen). Sekarang kami menilai anda berdasarkan perbuatan yang anda lakukan di muka umum, dan kami akan percaya dan berpihak kepada orang yang menunjukkan kelakuan baik di depan kami, dan kami takkan meminta pertanggungjawabannya atas apa yang dilakukannya secara rahasia, biarlah Allōh ﷻ yang menghakiminya atas itu. Namun kami takkan percaya dan berpihak kepada orang yang menunjukkan perbuatan jahat di depan kami, sekalipun ia mengklaim bahwa maksud dari perbuatannya itu adalah baik.”_ [Atsar Riwayat al-Bukhōriy no 2641].
❗ Jadi kita tidak boleh paranoid tak jelas sama orang, namun sebaliknya juga tak boleh naïve percaya begitu saja dengan apapun perkataan orang.
❤️ Kita berdo'a:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ ، عَيْنَاهُ تَرَيَانِي وَقَلْبُهُ يَرْعَانِي ، إِنْ رَأى حَسَنَةً دَفَنَهَا ، وَإِنْ رَأى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
{allōhumma innī a-ūdzubika min kholīlin mākirīn, aynāhu taroyānīwa qolbuhu yar ‘ānī, in ro-ā hasanatan dafanahā, wa in ro-ā sayyi-atan adzā-‘ahā}
(arti) "Wahai Allōh, saya berlindung kepada-Mu dari teman yang suka makar, matanya melihatku tetapi hatinya mencurigaiku. Jika ia melihat kebaikanku, namun ia sembunyikan, tetapi jika ia melihat kejelekanku maka ia sebarkan."
#IsraelBinasa
Komentar
Posting Komentar