Lebih Baik Dari Laylatul-Qodr
Ganjaran Pahala dan dosa itu adalah perkara ghoyb, sehingga berbicara tentangnya WAJIB berdasarkan dalīl yang shohīh.
Kenapa?
☠ Karena berbicara tentang perkara ghoyb tanpa dalīl itu salah satu bentuk kekufuran!
Perhatikan…
📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
(arti) _“Katakanlah (wahai Muhammad): "Tiada seseorang pun di Langit dan di Bumi yang mengetahui perkara yang ghoyb kecuali hanya Allōh", dan mereka tidaklah mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.”_ [QS an-Naml (27) ayat 65].
Bahkan Baginda Nabī ﷺ pun diperintahkan oleh Allōh ﷻ untuk menyatakan bahwa Beliau ﷺ pun tidak mengetahui hal yang ghoyb.
📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ
(arti) _“Katakanlah (wahai Muhammad): "Aku tidaklah mengatakan kepada kamu bahwa perbendaharaan Allōh ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghoyb dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang Malak. Aku tidaklah mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.".”_ [QS al-An‘ām (6) ayat 50].
☠ Maka sungguh ketika ada yang menetapkan bahwa tidak mudik mendapatkan Laylatul-Qodr karena telah "korban perasaan" itu sama saja telah BERDUSTA atas nama Allōh ﷻ…!
📌 Takutlah akan peringatan Allōh ﷻ:
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(arti) _“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halāl dan ini harōm" untuk mengada-adakan kedustaan terhadap Allōh. Sungguh-sungguh orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allōh tidak akan pernah beruntung. (Itu adalah suatu) Kesenangan yang amat sedikit, sedangkan bagi mereka adzab yang pedih.”_ [QS an-Nahl (16) ayat 116-117].
⚠ Namun demikian, ada hal-hal yang memang dinyatakan di dalam dalīl memiliki keutamaan yang lebih besar dibanding Laylatul-Qodr.
❔ Apa itu?
Perhatikan…
📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:
أَلاَأُنَبِّئُكُمْ لَيْلَةً أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ؟ حَارِسٌ حَرَسَ فِي أَضِ خَوْفٍ لَعَلَّهُ أَنْ لاَيَرْ جِعَ إِلَى أَهْلِهِ
(arti) _“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang suatu malam yang lebih utama dibandingkan Laylatul-Qodr? Yaitu penjaga yang berjaga-jaga di daerah (perbatasan dengan musuh -pent) yang ia mengkhawatirkan dirinya tidak bisa kembali lagi kepada keluarganya.”_ [HR al-Hakim II/80 ~ dinilai shohīh oleh Muhammad Nāshiruddīn al-Albāniy, Shohīh at-Targhīb wat-Tarhīb no 1232].
Māsyā’Allōh…!
Bayangkan betapa mulianya para Mujahiddīn di tanah Syām, di Ghaza, di Afghan, di Yaman, di Rohingya… ketika mereka melakukan penjagaan di perbatasan, di dalam fox holes-nya… beralaskan tanah dingin dan batu yang keras, sementara udara dingin menusuk ke tulang… mereka memangku AK47 tua dan sambil memegang mus-haf yang sudah usang melantunkan tilawah dengan lirih…
Mereka mengisi malam-malam 10 hari terakhir Romadhōn mereka dengan ribāth (berjaga-jaga di perbatasan medan tempur) dengan membaca al-Qur-ān secara lirih… hati mereka cemas karena sewaktu-waktu entah kapan saja proyektil mortir atau meriam bisa menghujam Bumi di sekitar mereka…
Kemuliaan yang sungguh tiada banding…!
📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:
رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا
(arti) _“Ribāth sehari itu lebih baik daripada Dunia dan seisinya.”_ [HR al-Bukhōriy no 2892; at-Tirmidziy no 1664; Ahmad no 21802].
Jadi jangan pernah merendahkan para Mujahiddīn fī Sabilillāh di mana pun mereka mereka berada, walau mereka mungkin masih isbal, masih merokok, atau bacaan al-Qur-ān mereka tak sempurna… Jangan!
Bahkan debu di hidung mereka yang terhirup di malam-malam ribāth itu adalah lebih mulia dari seumur hidup kita, orang-orang yang hidup santai tanpa pernah terpikirkan untuk berjihād…
Hadīts mulia di atas memberikan pelajaran penting bagi kita bahwa menjaga keamanan kaum Muslimīn dari kaum Kāfir Harbiy adalah begitu besar pahalanya. Itu menunjukkan betapa Islām adalah agama sosial, mengutamakan kemaslahatan masyarakat dibanding individu.
Makanya Baginda Nabī ﷺ pun jelas-jelas mengatakan bahwa keluar membantu saudara Muslimīn untuk suatu urusan adalah lebih Beliau ﷺ cintai daripada i‘tikaf sebulan penuh di Masjidil-Nabawi.
📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:
وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
(arti) _“Dan sungguh aku lebih menyukai berjalan bersama saudara muslimku seharian untuk membantu sebuah keperluannya daripada aku beri‘tikaf di Masjidku ini (Masjid an-Nabawi -pent) selama sebulan penuh.”_ [HR ath-Thobarōniy, al-Mu‘jam al-Kabīr no 13646, al-Mu‘jam al-Awsath no 6026, al-Mu‘jam ash-Shoghīr no 861; Ibnu Abī ad-Dunya, Qodho-u Hawaij no 36 ~ dinilai shohīh oleh Muhammad Nāshiruddīn al-Albāniy, as-Silsilah ash-Shohīhah II/575-576].
❗ Jadi kalau memang tidak bisa mudik, jangan cuma berdiam diri di rumah atau sibuk-sibuk sendiri dengan ‘amal shōlih pribadi. Jangan…! Tetapi isilah dengan membantu saudara-saudari Muslim kita yang sedang kesusahan dengan membagikan infaq dan shodaqoh. Penuhi dan kenyangkan mereka, karena seutama-utama shodaqoh itu adalah makanan. Berikan segurat kegembiraan pada wajah mereka…
نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ
Komentar
Posting Komentar