Antara Lonte, Andjing, & Shodaqōh

❓ Kata "lonte" itu kasar, tak pantas disebutkan dalam kajian! Benarkah?

▶️ Walau kata "lonte" itu terdapat di dalam KBBI, namun masih saja ada oknum yang sok iye meributkannya. Maka kepada oknum tersebut, katakan: "Lu gak usah banyak cincong ngeributin kata "lonte" deh!!!"

Wait until they have read what Khōlifah Abū Bakr ash-Shiddīq رضي الله تعالى عنه –yang terkenal akan kehalusan adab dan ketinggian akhlāqnya– katakan saat beliau memaki al-Mughīroh ibn Mas‘ūd (yang ketika itu masih kāfir), mungkin akan langsung pada pingsan…!

Iya, bagaimana tidak?

Perhatikan apa makian Abū Bakr رضي الله تعالى عنه itu:

امصص ببظر اللات

(artinya) -mohon ma'af- "Lu isep tuh kemaluan si Lātta!"

Kisah itu bisa ditemukan di dalam kitāb Zādul-Ma‘ad karya Imām Ibnul-Qoyyim رحمه الله تعالى pada bab tentang Perjanjian Hudaybiyah.

Ketika itu Baginda Nabī ﷺ‎ mendiamkan saja Abū Bakr yang memaki al-Mughīroh dengan makian tersebut.

Lātta itu adalah salah satu dari 3 tuhan perempuan dari 4 tuhan-tuhan besar kaum Kāfir Quraisy, yaitu: Lātta, ‘Uzzā, Manāt, dan Hubal.

Ada kisah menarik tentang tuhan perempuan yang satu lagi dari kaum Kāfir Quraisy, yaitu ‘Uzzā. ‘Uzza ini ada patung besarnya di Nakhlah yang dijaga oleh Banī Syaybān. Ketika Fath-hul Makkah, Khōlid ibn al-Walīd رضي الله تعالى عنه diperintahkan oleh Baginda Nabī ﷺ untuk menghancurkan patung besar ‘Uzzā. Ketika Khōlid akan memasuki kuil ‘Uzzā, muncul sesosok jinn betina berupa perempuan Abisinia telanjang yang mencegat Khōlid. Tanpa ba-bi-bu, Khōlid langsung saja menebas kepala si jinn betina itu.

… … …

❓ Lonte yang bertaubat lebih mulia dari ahli ‘ibādah yang ujub! Benarkah?

▶️ Hadīts perempuan lonte yang memberi minum andjing kehausan itu shohīh, ada di dalam 2 kitāb Shohīhain (kitāb hadīts karangan Imām al-Bukhōrī dan kitāb hadīts karangan Imām Muslim).

Allōh ﷻ memberikan hidayah kepada seorang perempuan lonte karena saat ia sedang bersendirian, ia melihat seekor andjing yang kehausan, lalu ia bersusah-payah untuk turun ke dalam sumur demi menciduk air, kemudian memberikan air tersebut kepada andjing yang kehausan itu…

Karena ketulusan hatinya itu, Allōh ﷻ memberikan hidayah kepada si perempuan lonte itu sehingga ia bertaubat dan kembali ke jalan yang benar…

Mungkin benar ketika ada yang mengatakan bahwa lonte yang memberi minum andjing dan bertaubat dan memberi minum anjing bisa lebih mulia di sisi Allōh ﷻ dibanding ahli ‘ibādah yang ujub…

Namun…

Tentunya ahli ‘ibādah yang membela kehormatan dirinya, berjuang untuk kaum Muslimīn, jelas track record-nya dalam menegakkan amar ma‘rūf nahyi munkar, adalah SANGAT JAUH LEBIH MULIA daripada lonte hina yang:
× masih terus secara terang-terangan menampakkan kemaksiyatannya,
× belum pernah sama sekali menyatakan pertaubatannya, dan
× tak pernah pula bersusah-payah turun ke sumur demi memberi minum andjing kehausan tanpa mengharapkan apapun dari manusia.

… … …

❓ Si Lonte itu rutin menyumbang pesantren / panti asuhan setiap bulannya.

▶️ Sekitar 5 tahun sebelum Muhammad ﷺ‎ diangkat oleh Allōh ﷻ‎ menjadi nabī, orang-orang Kāfir Quraisy yang ketika itu masih musyrik jāhiliyyah, mereka ingin merenovasi Ka’bah yang rusak akibat terkena banjir.

Maka mereka pun mengumpulkan dana untuk pembiayaan renovasi Ka’bah dengan mempersyaratkan bagi siapa saja yang ingin menyumbang agar memperhatikan betul dari mana dananya berasal, wajib dari sumber yang halāl. TIDAK BOLEH sampai masuk uang kotor dari hasil pekerjaan yang harōm. Termasuk yang tidak boleh sama sekali dimasukkan ke dalam pembiayaan renovasi Ka’bah adalah uang hasil melonte (bigho’).

Padahal, di zaman jāhiliyyah itu pelacuran adalah hal biasa yang tersebar luas di kalangan kaum Kāfir Quraisy.

Kenapa?

Karena rumah Allōh harus dibangun dari uang yang halāl, harta yang bersih dari harta harōm. Karena Allōh yang Maha Baik hanya menerima yang baik-baik saja.

Kaum Kāfir Quraisy itu walaupun musyrik jāhiliyyah, mereka tetap paham akan hal itu (sebab itu merupakan ajaran dari agama nenek moyang mereka, Nabī Ismā‘īl عليه السلام).

Demikian, semoga dapat dipahami.

نسأل الله السلامة والعافية

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh