Kasar Kepada Penuntut ‘Ilmu itu OK???

Perhatikan screenshots di bawah ini, beginilah ngustad-ngustad GPK Kokohiyyun berfatwa membenarkan kekasaran lisan dan buruknya adab mereka dalam menyampaikan ‘ilmu.

☠ Mereka mengangkat perkataan Sufyân ibn ‘Uyainah رحمه الله ketika dikatakan: "Banyak orang yang datang kepada anda dari berbagai penjuru Dunia, namun anda malah menyakiti mereka sehingga hampir-hampir saja mereka pergi meninggalkan (majelis) anda?", lalu dijawab: "Kalau begitu, mereka bodoh seperti anda karena meninggalkan sesuatu yang memberikan manfaat untuk mereka (‘ilmu agama) hanya karena tidak baiknya perangai saya!"

Begini…

❗ Adalah jelas-jelas perkataan manusia itu tidak muthlaq, karena perkataan siapapun juga, itu bisa ditolak dan bisa diterima, tergantung apakah ia mencocoki kebenaran (yaitu al-Qur-ân dan as-Sunnah) atau tidak?

📍 Kata al-Imâm Mâlik ibn Anas رحمه الله:

كل يُؤخذ من كلامه ويُرد إلا صاحب هذا القبر

(arti) "Semua orang itu bisa diterima dan ditolak ucapannya kecuali yang ada di dalam kubur ini (maksudnya Rosûlullôh ﷺ -pent)."

Maka kita bandingkan perkataan Sufyân ibn ‘Uyaynah رحمه الله itu dengan dalîl.

Perhatikan…

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ

(arti) _“Maka disebabkan rahmat dari Allôh-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”_ [QS Âli ‘Imrôn (3) ayat 159].

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

يَا عَائِشَةُ ، إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ

(arti) _“Wahai ‘Â-isyah, sungguh Allôh itu Maha Lembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan.”_ [HR al-Bukhori no 6927; Muslim no 2165; at-Tirmidzî no 2701; Ibnu Mâjah no 3689].

Maka apalagi dalam berda‘wah, menyeru manusia kepada الله Subhânahu wa Ta‘âlâ dan Rosûl-Nya صلى الله عليه و سلم, tentunya harus betul-betul mengikuti apa petunjuk wahyu.

Adalah petunjuk dari Robb Semesta Alam untuk berlaku lemah-lembut kepada sesama orang berîmân.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

(arti) _“Serulah (manusia) kepada jalan Robb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Sungguh-sungguh Robb-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”_ [QS an-Nahl (16) ayat 125].

⇛ Berda‘wah itu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan membantah pun harus dengan cara yang baik pula.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا ، وَبَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا

(arti) _“Permudahlah, jangan dipersulit, dan berilah kabar gembira, jangan membuat orang lari.”_ [HR al-Bukhôrî no 69, 6125; Muslim no 1734; Abû Dâwud no 4835].

⇛ Adalah perintah Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم bahwa berda‘wah itu harus dengan cara yang mudah dan banyak memberi kabar gembira, bukan mempersulit dan membuat orang lari dari Islâm..

Sungguh الله itu Maha Lembut… dan Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم pun juga berlemah-lembut kepada sesama orang-orang berîmân…

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

(arti) _“Sikap kelembutan yang ada pada sesuatu pasti akan menghiasinya, dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu kecuali akan memperburuknya.”_ [HR al-Bukhôrî, al-Adab al-Mufrod no 469, 475; Muslim no 2594].

Bahkan…

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ

(arti) _“Siapa saja yang dijauhkan dari shifat kelemah-lembutan, maka ia telah dijauhkan dari kebaikan.”_ [HR Muslim no 2592; Abû Dâwud no 4809; Ibnu Mâjah no 3687; Ahmad no 18411, 18455].

❗ Perhatikan, lemah-lembut dalam da‘wah itu adalah modal dasar. Mengajar agama pun juga begitu. Tidak ada ceritanya kasar dan rendah adab dibenarkan khusus kepada penuntut ‘ilmu.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

(arti) _“Muhammad itu adalah pembawa risalah dari Allôh. Orang-orang yang selalu bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kâfir, tetapi berkasih-sayang terhadap sesama mereka.”_ [QS al-Fath (48) ayat 29].

Kalau pun seorang guru itu "keras", maka harus dilihat apa dulu bentuk dari "keras"nya itu?

✓ Kalau keras dalam memegang prinsip, tegas dalam menegakkan kebenaran, maka itu tak mengapa. Namun perlu diingat bahwa keras dan tegas itu bukanlah berarti menghilangkan adab dan kesantunan.

✗ Sebaliknya, jikalau keras tanpa adab, keras tak lihat situasi dan kondisi, keras tanpa pertimbangan, maka itu bukanlah baik, tapi justru malah buruk!

☠ Jadi tidak ada ceritanya kepada orang awam lemah-lembut, sebaliknya kepada penuntut ‘ilmu boleh kasar – itu ngaco berat namanya…!!!

Ngustad-ngustad GPK Kokohiyyun itu terbukti menggunakan perkataan ‘ulamâ’ tidak pada tempatnya untuk melakukan pembenaran atas buruknya adab dan rendahnya akhlâq mereka.

❓ Adapun pertanyaannya bagi kita, Ummat Islâm, adalah: apakah masih mau merujuk perkara agama kepada ngustad-ngustad GPK Kokohiyyun itu?

▪ IQ itu given, stupid itu pilihan.

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh