What's In The Name?

Si Botak ini mempertanyakan kenapa mempermasalahkan nama "Muḥammad".


Mungkin ia terinspirasi dari idiom apalah artinya sebuah nama, dari bait ciptaan William Shakespeare dalam drama Romeo & Juliet: "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet."

❓ Apakah nama "Muḥammad" itu adalah nama biasa saja yang biasa dipakai oleh siapapun juga?

Begini ya, Botak…

Let me be clear ya, nama "Muḥammad" itu bukan sembarangan nama. Memang iya nama "Muḥammad" itu banyak dipakai oleh kaum Muslimīn di seluruh penjuru Dunia. Bahkan suku Hui di negara asal nenek moyang elo di RRC sana memakai nama "Mǎ" yang maksudnya adalah "Muḥammad".

Kalau elo pernah baca terjemahan al-Qur-ān dengan baik, elo pasti menemukan bahwa disebutkan dalam al-Qur-ān bahwa nama Nabī Muḥammad ﷺ‎ itu tertulis di dalam Taurōt dan Injīl (tentunya dalam bahasanya orang Yahūdi, bukan bahasa ‘Arab). Itu saja sudah menunjukkan nama itu bukanlah nama sembarangan.

Kemudian para ‘ulamā’ menyebutkan sebelum kelahiran Nabī Muḥammad ﷺ‎, tidak ada orang ‘Arab yang diberikan nama "Muḥammad" (محمد) tersebut. Sehingga ketika Baginda Nabī ﷺ‎ lahir sebagai anak yatim, maka adalah kakeknya Syaibah ibn Hāsyim (‘Abdul-Muthollib) yang memberikan nama tersebut pertama kali bagi orang ‘Arab.

Kemudian seiring dengan berkembangnya Islām yang dibawa oleh Baginda Nabī ﷺ‎, maka banyak anak-anak kaum Muslimīn dinamai dengan nama "Muḥammad".

Kenapa?

Karena itu adalah itu sebagai bentuk tabarruk (kalau bahasa guru elo si Miftah, "ngalap berkah") sekaligus ekspresi kecintaan terhadap Nabi Muhammad ﷺ…!

Iya kaum Muslimīn memberi nama anaknya "Muḥammad" itu karena ingin mendapatkan keberkahan, sekaligus menunjukkan cintanya kepada junjungan kami Baginda Nabī Muḥammad ﷺ‎.

Jadi pertanyaan elo itu sama sekali TIDAK TEPAT bahkan terasa sangat KURANG AJAR, tahu…?!?

Oya Botak, berhentilah bersikap sok-sok ‘adil, sok-sok bijak terhadap kaum penista Islām. Karena Islām itu TIDAK BUTUH elo, Botak.

Terakhir, kalau elo mau menyebut nama "Muḥammad", maka lafazhkan dengan benar: "mim dhommah" lalu "ḥa fat-ḥah" (ini huruf h kecil yang keluar dengan menyempitkan tengah leher, bukan ha besar yang tanpa hambatan), lalu "mim fat-ḥah"nya itu bertasydid, dan "dal sukun" (ini tak perlu qolqolah karena elo tak sedang baca al-Qur-ān).

Paham elo, Botak?

وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله و صحبه أجمعين

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk