Bergembira Atas Terhinanya Musuh Islām
Berlalu di timeline saya postingan sok-sok bijak yang menyesalkan bergembiranya ummat atas terhinanya si Andjing Armandjing karena digeboeki massa.
❓ Maka pertanyaannya, bagaimana sikap para ‘ulamā’ terdahulu jika ada musuh Islām yang terhina?
⇨ Sederhana saja, mereka BERGEMBIRA atas terhinanya musuh Islām…!
Bukankah Ibrōhīm an-Nakho‘ī رحمه الله تعالى yang merupakan ‘ulamā’ di kalangan Salafush-Shōlih malah BERSUJUD SYUKUR saat beliau mendengar kabar kematian al-Hajjāj ibn Yūsuf ats-Tsaqofī (yang merupakan wakil penguasa yang sangat kejam dan banyak membunuhi kaum Muslimīn)…? [lihat: al-Khotīb al-Baghdādī, Tārīkh Baghdād juz IV hal 155].
Bukankah Imām Ahmad ibn Hanbal رحمه الله تعالى BERGEMBIRA ketika beliau mendengar kabar kematian gembong Mu‘tazhilah yang telah banyak menjahati beliau, yaitu: Ibnu Abī ad-Du‘ād…? [lihat: Abū Bakr Khollāl, as-Sunnah juz V hal 121].
Bukankah ‘Ubaidullōh ibn ‘Abdillāh ibn al-Husain رحمه الله تعالى (Ibnu al-Naqib) mengucapkan KEGEMBIRAAN saat beliau mendengar matinya pentolan Rōfidhoh Ibnu al-Mu‘allim…? [lihat: al-Khotīb al-Baghdādī, Tārīkh Baghdād juz X hal 382].
❌ Jadi TIDAK USAH sok-sok bijak dan sok-sok manusiawi, sok-sok pakai "empathy" segala ketika mendengar kabar terhinanya musuh Islām.
✔️ Karena JUSTRU bersyukur atas musuh Islām yang terhina itu ada pahalanya!
Iya…
📌 Bukankah Allōh ﷻ mengatakan di dalam firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَآءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا
(arti) _“Wahai orang-orang mu’min, ingatlah akan nikmat Allōh (yang telah dikaruniakan-Nya) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka (musuh) angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya? Dan adalah Allōh Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.”_ [QS al-Ahzāb (33) ayat 9].
Suatu ketika Baginda Nabī ﷺ pernah dilewati iring-iringan orang yang mengantarkan jenazah.
📌 Beliau ﷺ lalu bersabda:
مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ
(arti) _“Ada orang yang nyaman bisa beristirahat, dan ada pula yang orang lain menjadi nyaman dan beristirahat karena ketiadaannya.”_
Para Shohābat pun bertanya, "Wahai Rosūlullōh, siapa itu orang yang nyaman bisa beristirahat dan orang yang orang lain menjadi bisa beristirahat karena ketiadaannya?"
Baginda Nabī ﷺ menjawab:
الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ ، وَالْبِلَادُ ، وَالشَّجَر ُ ، وَالدَّوَابُّ
(arti) _“Seorang hamba yang mu’min adalah orang yang beristirahat dari keletihan Dunia dan kesulitannya (setelah ia mati -pent). Sedangkan seorang hamba yang fājir (jahat dan gemar bermaksiyat -pent), maka hamba Allōh yang lain, negeri, dan pepohonan serta hewan-hewan bisa beristirahat dari gangguannya (setelah ia mati -pent).”_ [HR al-Bukhōrī no 6512-3; Muslim no 950; an-Nasā-ī no 1930; Ahmad no 21497, 21531, 21546].
Bahkan jika benar-benar tulus bersyukur kepada Allōh ﷻ atas terhinanya oknum penista Islām itu, maka insyā’Allōh dengan bersyukurnya kita itu semoga Allōh ﷻ tambah lagi dengan terhinanya para penista lain semisal Abū Jamban, DenSir ar-Rōfidhī, Gukguk Rombeng, Ekor Kunted, dlsb.
Iya, bukankah…
📌 Allōh ﷻ berkata di dalam firman-Nya:
لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ
(arti) _“Sungguh-sungguh apabila kamu bersyukur, niscaya akan Aku tambahkan (nikmat-Ku) kepada kamu.”_ [QS Ibrōhīm (14) ayat 7].
Demikian, semoga dapat dipahami.
Komentar
Posting Komentar