Kampungan

Sekira 35 tahun lalu waktu saya masuk SMA, pak Davitson (seorang guru yang sangat saya hormati) di dalam acara penerimaan siswa baru mengatakan, "Kita boleh tinggal di kampung, tapi jangan kampungan". Kalimat itu terus diulang oleh pak Davit setiap acara penerimaan siswa baru.

Waktu itu saya tak terlalu dalam memahaminya apa, sebatas hanya memahami makna kampungan itu adalah "tidak sophisticated" - alias tak paham adat perkotaan.

Namun seiring perjalanan usia, saya menyadari bahwa kampungan itu BUKAN tidak sophisticated, tidak, bukan itu… itu terlalu dangkal.

Lalu apa makna kampungan itu?

Kampungan itu maknanya adalah "adab yang buruk".

Adab yang buruk itu BUKAN tentang geografis (tinggal di desa atau perkotaan), tidak. Karena betapa banyak orang yang berasal dari desa tapi bersikap sopan dan beradab halus?

Adab yang buruk itu juga BUKAN tentang soal strata sosial, kedudukan, dan kekayaan, tidak. Karena betapa banyak orang yang berjabatan tinggi, berharta banyak, yang jalan ke luar negeri baginya hanya seperti main ke rumah tetangga saja, akan tetapi adabnya buruk dan kelakuannya hina?

Kampungan atau tidaknya seseorang itu adalah tentang adab, yaitu: tahu menempatkan diri pada tempatnya, lalu bersikap tepat dan memperlakukan orang lain sesuai tempatnya pula.

Makanya kita saksikan ada orang yang jabatannya sangat tinggi di Kerajaan Majapahit Kolonial Hindia Belanda dipanggil dengan sebutan mengejek "Pak Lurah" itu adalah akibat dari sikapnya yang sangat kampungan selama ini.

No, bukan status "lurah" yang kampungan ya, tidak begitu. Akan tetapi jabatannya yang tinggi itu tak tercermin pada adabnya dan caranya bersikap. Kelasnya sama sekali bukan kelas head of state, akan tetapi ya begitulah…

Iya KAMPUNGAN…

Apa kalau bukan kampungan namanya jika suka melempar-lempar hadiah dari mobil yang sedang berjalan?

Apa kalau bukan kampungan namanya ketika menjawab pertanyaan orang secara asal-asalan bahkan dengan nada menghina?

Apa kalau bukan kampungan namanya ketika bini terjengkang di panggung cuma diam dan melirik saja?

Apa namanya kalau bukan kampungan ketika pagi bicara A siangnya tetiba sudah berubah saja jadi Z?

Adapun yang paling buruk, sikapnya ketika menjalankan kekuasaannya di negara Kerajaan Majapahit Kolonial Hindia Belanda.

Sekali lagi, kampungan itu adalah tentang adab & sikap, dan adab kita kepada orang itu adalah bagaimana (biasanya) adab & sikap orang kepada kita pula.

Jangan minta diperlakukan baik jika kita tak memperlakukan orang dengan baik.

Demikian lintasan pemikiran pagi ini.

Kita berdo'a:

ٱللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الصِّحَّةَ وَالعَافِيَةَ وَحُسْنَ الخُلُقِ
{allōhumma innī as-alukaṣ-ṣiḥḥata wal-ȁfiyata wa ḥusnal-ḳuluq}

(arti) _“Wahai Allōh, saya memohon kepada-Mu kesehatan, àfiyah, dan aḳlāq yang terpuji.”_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk