Framming Gagal Kaum Rahayuk

Kaum Rahayuk ini berusaha banget melakukan framming bahwa ḥijāb itu adalah "budaya Àrab" yang diimpor ke Nusantara. Sedangkan budaya asli Nusantara tidak ada ḥijāb.

Kalau selama ini mereka hanya menampilkan kebaya à la Jawa (ya kita tahu bahwa kaum Rahayuk itu kan semangatnya adalah Majapahitisme dengan akultrasi Hindu - Buddha), maka mungkin karena banyaknya protes datang ke mereka, mereka pun berusaha memasukkan pakaian daerah suku-suku lain ke kampanye mereka.

Nah salah satunya adalah suku Minangkabau – lihat Gambar #1


Dikesankan bahwa pakaian adat perempuan Minang itu biasa saja, tidak menutup aurot.

Well, kali ini framming-nya GAgal TOTal.

Kenapa?

Masyarakat Minangkabau itu jelas punya motto "adat basandi syarak, syarak basandi Kitābullōh".

Implementasinya di kehidupan sehari-hari tentu sesuai:
⑴ kadar keìlmuan, dan
⑵ kadar keīmānan.

Jika ìlmunya cukup, tahu batas-batas aurot perempuan apa, kemudian keīmānannya baik, maka tentunya akan menutup aurotnya dengan baik pula.

Lihat saja foto-foto terlampir yang usianya semua sudah di atas 75 tahun – lihat: Gambar #2, #3, #4, dan #5





Lihatlah bagaimana mereka memakai ḥijāb dikombinasi dengan pakaian adat.

Adapun bagi yang ìlmu kurang, mungkin ya tak seperti itu, namun demikian tetap tak ada yang sampai pamer dada & paha. Rata-rata kalau tak berjilbab, ya pakai selendang, pakai lengan panjang.

Demikian yang saya ketahui di Dekade sebelum tahun 50an, perempuan Minang itu kesehariannya pakai "Tikuluak". Namun entah kenapa di 50an, 60an, dan 70an terjadi pergeseran.

Anyway, nggak usah lah coba-coba libatkan perempuan Minangkabau dalam gerakan Rahayuk kalian. Karena kami masyarakat Minangkabau sepenuhnya menjadi Muslim yang meninggalkan agama polytheism sejak Abad XVI.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk