10 Hari Pertama Dzûl-Hijjah – Lebih Dari Hanya Keshôlihan Diri Sendiri
Semua mungkin sudah tahu bagaimana keutamaan dari 10 hari pertama bulan Dzûl-Hijjah.
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ – يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ ؛ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ؛ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
(arti) _“Tiada satu ‘amal shôlih yang lebih dicintai oleh Allôh melebihi ‘amal shôlih yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzûl-Hijjah).”_
(Para Shohâbat) Bertanya: "Wahai Rosûlullôh, tidak pula jihâd di jalan Allôh?"
Jawab (Nabî): _“Tidak pula jihâd di jalan Allôh, kecuali orang yang berangkat jihâd dengan jiwa dan hartanya, namun tiada yang kembali satu pun.”_ [HR Abû Dâwud no 2438; at-Tirmidzî no 757; Ibnu Mâjah no 1727; Ahmad no 1867, 3059, 6216].
Kebanyakan dari kita mungkin hanya melihatnya: "wah 10 hari awal Dzûl-Hijjah ini ‘amal yang dilakukan akan luar biasa ganjaran pahalanya, bahkan pergi berjihâd saja bisa kalah…"
Sehingga semangat kita pun muncul dalam ber‘ibadah, yaitu untuk: shoum, dzikir, tilawah, dan tentunya shodaqoh…
Tak ada yang salah dengan itu, namun…
⚠ Hadîts mulia tersebut masih ada kelanjutannya, yaitu: "kecuali orang yang berjihâd dengan jiwa dan hartanya, dan tidak kembali dari keduanya" – alias ia gugur di medan jihâd fî sabilillâh.
❓ Maka pernahkan kita bayangkan betapa mulianya saudara-saudari kita di Syâm yang saat ini mereka harus berjihâd menghadapi serangan rezim kâfir Nushoiriyyah yang sangat bengis…?
❓ Atau pernahkan kita membayangkan betapa mulianya saudara-saudari kita di Syâm saat ini harus berjihâd menghadapi serangan Yahûdi Zionist yang sangat kejam…?
Mereka mengisi 10 hari awal bulan Dzûl-Hijjah dengan jihâd tempur… meski Dzûl-Hijjah adalah bulan harôm yang seharusnya tak boleh dinodai dengan perang, akan tetapi mereka diperangi oleh orang-orang kâfir yang jahat…!
❗ Bayangkan betapa besar pahala orang yang mengisi hari-hari 10 awal Dzûl-Hijjah dengan jihâd fî sabilillâh…?
Sementara jihâd itu adalah puncaknya ‘amal shôlih.
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ
(arti) _“Pokok dari perkara adalah Islâm, tiangnya adalah sholât, dan puncaknya adalah jihâd di jalan Allôh.”_ [HR at-Tirmidzî no 2616].
‼ Allôhu akbar… bayangkan betapa besar pahala di sisi الله bagi saudara-saudari Muslim kita di Tanah Syâm yang mulia itu ketika mereka mengisi hari-hari paling utama , yaitu 10 hari awal Dzûl-Hijjah ini, dengan berjihâd fî sabilillâh…!
Dan sebagaimana jihâd telah menjadi hari-hari mereka, maka saat kita pada 10 malam terakhir Romadhôn sibuk bangun dan mengurangi tidur kita demi mengisi malam-malam kita dengan sholât, tilawah, dan dzikir… maka saudara-saudari di Tanah Syâm malah harus berjaga-jaga di perbatasan di waktu malam untuk mengantisipasi serangan orang-orang kuffâr…!
Padahal…
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:
أَلاَ أُنَبِّأُكُمْ بِلَيْلَةٍ أَفْضَلَ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ؟ حَارِسٌ حَرَسَ فِي أَرْضِ خَوْفٍ ، لَعَلَّهُ أَلاَّ يَرْجِعَ إِلَى أَهْلِهِ
(arti) _“Maukah kalian aku beritahu tentang suatu malam yang lebih baik dari Lailatul-Qodr? Itulah seorang yang hirosah (berjaga) di daerah yang ditakuti (musuh akan menyerang), karena barangkali ia takkan kembali selama-lamanya kepada keluarganya.”_ [HR al-Hakim, al-Mustadrok II/80-81; al-Baihaqî IX/149; al-Mundziri, at-Targhîb wa at-Tarhîb II/154 ~ lihat: Shohîh at-Targhîb wat-Tarhîb no 1232].
Di dalam sebuah riwayat yang lain…
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
مَوْقِفُ سَاعِةٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لِيْلَةِ الْقَدْرِ عِنْدَ الِحَجَرِ الأَسْوَدِ
(arti) _“Berjaga sesaat di jalan الله itu lebih baik daripada menghidupkan Lailatul-Qodr (dengan ‘ibadah) di sisi al-Hajar al-Aswad.”_ [HR Ibnu Hibbân; al-Baihaqî ~ lihat: Shohîh at-Targhîb wa at-Tarhîb no 1223].
Ternyata ribâth, atau berjaga-jaga di perbatasan medan tempur, itu lebih baik daripada Lailatul-Qodr… sedangkan saudara-saudari kita di Syâm mengisi malam-malam 10 hari terakhir Romadhôn mereka dengan ribath…!
‼ Alloohu akbar… maka bayangkan betapa besar pahala yang menunggu di sisi الله bagi saudara-saudari Muslim kita di Tanah Syâm yang mulia itu ketika mereka mengisi malam yang paling utama itu dengan ribath…!
Semua itu dilakukan di Tanah Syâm yang mulia yang diberkahi…
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
عَلَيْكَ بِالشَّامِ فَإِنَّهَا خِيْرَةُ اللهِ مِنْ أَرْضِهِ ، يَجْتَبِي إِلَيْهَا خِيْرَتَهُ مِنْ عِبَادِهِ
(arti) _“Beradalah kalian di Syâm, sungguh ia merupakan negeri pilihan Allôh, di mana hamba-hamba pilihan-Nya akan berkumpul.”_ [HR Abû Dâwud no 2483].
☠ Maka sungguh sangat hina gerombolan Murji-ah semisal GPK Kokohiyyun, yang malah meremehkan, menuduh yang tidak-tidak, bahkan memfitnah para mujahiddîn di Tanah Syâm.
⚠ Adapun bagi kita yang tak mampu atau tiada kesempatan berjihâd tempur di jalan الله, maka bantulah saudara-saudari kita di Syâm dengan harta terbaik yang kita miliki dan do'a-do'a kita.
Atau pada saat ini, keluarlah dari rumah untuk mengumpulkan bantuan bagi saudara-saudari Muslim kita yang sangat membutuhkan bantuan seperti di Lombok (NTB).
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ ٬ وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ ٬ أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً ٬ أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا ٬ أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا ٬ وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
(arti) _“Manusia yang paling dicintai oleh Allôh adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun ‘amalan yang paling dicintai oleh Allôh adalah membuat Muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang Muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri‘tikaf di Masjid ini -Masjid an-Nabawi- selama sebulan penuh.”_ [HR ath-Thobrônî, al-Mu‘jam al-Kabîr no 13280 ~ dinilai shohîh oleh Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî, Shohîh al-Jâmi’ no 176].
❗ Perhatikan bahwa i‘tikaf satu bulan penuh di Masjid an-Nabawi itu kalah keutamaannya dibanding keluar sehari untuk menolong keperluan saudara sesama Muslim.
☠ Berislâm itu tidak pernah hanya sekadar menshôlihkan diri pribadi masing-masing saja seperti yang digadang-gadang oleh kaum Neo-Murji-ah itu.
Semoga dapat dipahami – والله أعلمُ بالـصـواب .
نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ
Komentar
Posting Komentar