Ùjub

Kemarin berlalu perdebatan pada salah satu postingan seorang teman di mana ada Oknum X yang menulis bahwa dirinya adalah pendiri ini dan itu, ia aktif dalam organisasi keummatan ini dan itu, ia turut serta dalam pergerakan dan aksi keummatan, ia pengajar di sini dan situ, bahkan sampai memberikan link-link video ceramahnya. Seakan ingin menunjukkan, "ini diri gue, elo siapa?"

Subḥanallōh…

Padahal itu hanyalah perdebatan kecil yang lucu-lucuan saja, tapi sampai Oknum X itu harus menunjukkan betul dirinya siapa…

Sungguh singa itu tak perlu mengaum keras-keras ketika masuk ke padang perburuan, karena semua tahu ia adalah singa…

Namun yang lebih berbahaya dan lebih merusak dari perbuatan itu adalah karena ia salah satu bentuk dari "Rayap Àmal" yang bernama "ùjub".

Iya, rayap àmal yang bernama ùjub, atau berbangga diri, itu sangat merusak àmal karena ia bisa menghanguskan àmal di sisi Allōh ﷻ‎.

Ada sebuah kisah yang diriwayatkan dari ṣoḥābat Abū Huroiroh رضي الله تعالى عنه bahwa Baginda Nabī ﷺ mengisahkan bahwa ada pada zaman Banī Isrō-īl 2 orang lelaki yang saling berbeda ṣifatnya. Yang satu suka melakukan dosa, sedangkan yang satunya lagi rajin berìbādah. Setiap kali lelaki yang ahli ìbādah itu melihat temannnya melakukan perbuatan dosa, ia menyuruhnya agar berhenti dari melakukan dosa.

Kemudian pada suatu hari, lelaki yang rajin berìbādah itu mendapati temannya itu sedang melakukan perbuatan dosa, ia mendekatinya dan berkata: "Berhentilah dari melakukan dosa itu!"

Lelaki pendosa itu menjawab: "Tak usah pedulikan aku, Allōh ﷻ yang akan membalas dosaku bagaimana pun juga sikapku. Apakah kamu diutuskan oleh Allōh untuk mengawasi diriku?"

Kesal, lelaki ahli ìbādah itu menjawab: "Demi Allōh, dosamu takkan diampunkan oleh-Nya, dan Dia takkan masukkan kamu ke dalam Syurga!"

Kemudian Allōh mencabut nyawa mereka berdua, lalu mereka di hadapkan ke hadapan Allōh ﷻ.

Allōh berfirman kepada lelaki yang rajin berìbādah itu: "Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Atau kamu mampu melakukan apa yang berada dalam kekuasaan-Ku?"

Kemudian Allōh berfirman kepada lelaki pendosa itu: "Masuklah kamu ke dalam Syurga dengan rohmat-Ku!"

Lalu Allōh berfirman kepada Malā-ikat: "Masukkan orang ini (si ahli ìbādah) ke dalam Neraka!" [lihat: HR Abū Dāwūd no 4901; Ahmad no 7942, 8394].

Para ùlamā’ mengatakan ada 2 sebab Allōh ﷻ memasukkan si lelaki ahli ìbādah itu ke Neraka, yaitu:
⑴ ia telah memastikan Syurga atau Neraka, dan 
⑵ ia telah ùjub dengan àmalannya.

Imām Saìd ibn Jubair رحمه الله تعالى mengatakan:

إنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا النَّارَ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ السَّيِّئَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا الْجَنَّةَ يَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَيُعْجَبُ بِهَا وَيَفْتَخِرُ بِهَا حَتَّى تُدْخِلَهُ النَّارَ وَيَعْمَلُ السَّيِّئَةَ فَلَا يَزَالُ خَوْفُهُ مِنْهَا وَتَوْبَتُهُ مِنْهَا حَتَّى تُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ

(arti) _“Sungguh ada seorang hamba yang beràmal kebajikan malah ia masuk Neraka. Sebaliknya ada pula yang beràmal keburukan malahan ia masuk Syurga. Adapun yang beràmal kebajikan tersebut, ia malah merasa ùjub, lantas ia pun berbangga diri, itulah yang mengakibatkan ia masuk Neraka. Adapun yang beràmal keburukan, namun ia senantiasa takut dan ia iringi dengan taubat, itulah yang membuatnya masuk Syurga.”_ [lihat: Ibnu Taimiyyah, Majmū‘ al-Fatāwa X/294].

Dalam sebuah riwayat, disebutkan Baginda Nabī ﷺ‎ mengatakan:

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

(arti) _“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: ⑴ serakah lagi kikir, ⑵ memperturutkan hawa nafsu, dan ⑶ ùjub.”_ [HR aṭ-Ṭobarōnī, al-Mu‘jam al-Kabīr XI/301, al-Mu‘jam al-Ausaṭ 5915; Àbdur-Rozāq, al-Muṣonnaf XI/304 ~ dinilai ṣoḥīḥ oleh Muḥammad Nāṣiruddīn al-Albānī, Soḥīḥul-Jāmi‘ no 3039].

Imām Àbdullōh ibn al-Mubārok رحمه الله تعالى mengatakan:

وَلاَ أَعْلَمُ فِي الْمُصَلِّيْنَ شَيْئًا شَرٌّ مِنَ الْعُجْبِ

(arti) _“Dan tidaklah aku mengetahui pada orang-orang yang ṣolāt perkara yang lebih buruk daripada ùjub.”_ [lihat: al-Baihaqī, Ṡuàbul-Īmān no 8260].

Demikian, semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk