Tan Malaka: Apakah Komunis Tulen?
Tan Malaka (TM) memang sering dikenal sebagai seorang pemimpin Komunis terkemuka, bahkan ia menjadi salah satu tokoh penting di balik berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI).
Namun apakah TM itu seorang Komunis penganut ideologi Marxisme - Leninisme - Stalinisme tulen?
Jawabannya tidaklah sesederhana antara "iya" atau "tidak". Sebab, dari sisi ideologi TM memang menganalisa masyarakat dengan kacamata perjuangan kelas (sebagaimana ideologi Marxisme) dan TM memperjuangkan masyarakat Sosialis. Ia pun terlibat langsung dalam jaringan Komintern (Komunis Internasional) dan sempat menjadi kader penting di dalamnya. Dari sini, label "Komunis" memang pantas dilekatkan kuat padanya.
Namun perjalanan hidup dan pemikiran TM adalah jauh lebih kompleks. Sebab TM justru malah sering berbenturan dengan baik garis politik-nya Moskow (Stalin) maupun strategi dari PKI sendiri. TM bahkan menentang keras pemberontakan PKI 1926 karena ia menilai itu prematur dan hanya akan membawa pada kegagalan. Bagi TM, perjuangan Indonesia melawan kolonialisme Belanda harus lebih diutamakan daripada sekadar menjalankan instruksi pusat Komintern.
Bahkan kemudian TM keluar dari PKI dan mendirikan partai "Murba" (Musyawarah Rakyat Banyak) bersama dengan Iwa Kusumasumantri, Chaerul Saleh, Adam Malik, Sukarni, dan Prijono. Partai Murba ini bertahan sampai dengan zaman OrBa, dan pada Pemilu 1977 dilebur dengan PDI.
Inilah yang membuat TM berbeda: ia tidak dogmatis. TM berusaha memadukan semangat sosialisme dengan konteks lokal Nusantara — termasuk nilai-nilai nasionalisme dan bahkan Islām. Baginya, Islām dan Komunisme dapat sejalan dalam perjuangan melawan Imperialisme dan Kapitalisme. TM punya tujuan akhir yang jelas, yaitu: kemerdekaan 100% untuk Indonesia (baik secara fisik, ideologi, politik, sosial, ekonomi, dan budaya).
Pemikiran tersebut ia tuangkan dalam karya monumentalnya, Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika), sebagai sebuah upaya untuk mengawinkan Marxisme dengan logika rasional dan kondisi masyarakat Indonesia. Karena itu, warisan TM kemudian diklaim oleh berbagai pihak: kaum kiri melihatnya sebagai tokoh revolusioner yang konsisten dengan semangat anti-Imperialisme, sebaliknya kaum Nasionalis menilai TM sebagai pejuang kemerdekaan yang gigih, yang melampaui sekadar ideologi Komunis (Marxis-Leninis-Stalinis).
Saya setelah membaca Madilog waktu zaman kuliah – jangan ditanya kapan saya kuliah, nanti ketahuan tuanya 😝 – menyimpulkan kalau TM bukan sekadar Komunis tulen à la Marx, Lenin, atau Stalin. Bagi saya, TM adalah seorang Nasionalis Revolusioner yang bercorak kiri, seorang pemikir independen yang menempatkan Indonesia di atas segalanya.
Saya tidak simpati sama TM walaupun sama-sama Rang Minang. Bahkan saya melihat kematiannya karena dieksekusi oleh TNI, adalah karena kesalahannya sendiri yang mengasosiasikan diri dengan gerombolan pemberontak anti RI yang sangat sadis. Namun demikian, sebagian pemikiran TM tetap harus diakui sebagai "hebat".
…
📝CATATAN
Memang ada beberapa bagian di dalam Madilog yang sinis terhadap Islām bahkan juga kufur. Namun itu ya memang begitu lah, sebab framework berpikirnya adalah ideologi Materialisme, sedangkan semua ideologi Materialisme (mau Kapitalisme, mau Sosialisme, mau Komunisme, mau Liberalisme, mau Fasisme) semuanya adalah kufur.
Komentar
Posting Komentar