Ketika Keder Mengultimatum Untuk Taqlid
Ternyata setelah habis segala cara untuk bisa meyakinkan untuk memilih pasangan calon 🅡🅐🅚🅤🅢, tetapi tidak bisa…
Maka akhirnya keluar juga jurus andalan para keder, yaitu: "ultimatum". Iya, ultimatum…!
Setelah menukil pernyataan Ḥb Muhammad RS حفظه الله تعالى dari Madīnah, maka si Keder ParTAI pun mengatakan, "Beliau sebagai ùlamā’ dan tokoh ummat sudah menunaikan kewajibannya menasihati, maka sekarang tinggal murid dan ummat, apakah masih percaya dan taat dengan Beliau atau tidak?"
Allōhul-mustaȁn…
Langsung teringat akan riwayat mulia tentang Ṣoḥābiyyah Barīroh رضي الله تعالى عنها dan suaminya Muġīṫ رضي الله تعالى عنه, yaitu setelah Barīroh dimerdekakan oleh Ibunda Ȁiṡah, maka otomatis hubungan pernikāhannya dengan Muġīṫ pun terputus.
Muġīṫ pun mengikuti Barīroh ke mana-mana sambil menangis agar Barīroh mau kembali kepadanya, sampai-sampai Baginda Nabī ﷺ mengatakan kepada al-Àbbās رضي الله تعالى عنه:
يَا عَبَّاسُ أَلَا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا
(arti) _“Wahai Àbbās, tidakkah engkau takjub dengan cintanya Muġīṫ kepada Barīroh, dan betapa bencinya Barīroh kepada Muġīṫ?”_
Lalu Baginda Nabī ﷺ memanggil Barīroh dan bertanya kepadanya:
لَوْ رَاجَعْتِيهِ فَإِنَّهُ أَبُو وَلَدِكِ
(arti) _“Bersedia kah kamu kembali kepadanya, sungguh ia adalah bapak dari anakmu.”_
Maka Barīroh pun langsung bertanya kepada Baginda Nabī ﷺ:
يَا رَسُولَ ٱللَّـهِ تَأْمُرُنِي ؟
(arti) _“Wahai Rosūlullōh, apakah ini perintah kepadaku?”_
Yang dijawab oleh Baginda Nabī ﷺ:
إِنَّمَا أَشْفَعُ
(arti) _“Sungguh ini hanya sekedar saran.”_
Maka Barīroh pun dengan tegas menjawab:
لَا حَاجَةَ لِي فِيهِ !
(arti) _“Kalau begitu saya tidak butuh dengannya lagi!”_ [HR Ibnu Mājah no 2075].
Maka mari kita dudukkan dulu posisi Barīroh ketika itu…
❗ Barīroh itu adalah mantan budak yang dimerdekakan oleh Ibunda Ȁiṡah رضي الله تعالى عنها.
‼️ Namun Barīroh berani bertanya kepada Baginda Nabī ﷺ, yang adalah: seorang Nabiyullōh & Rosūlullōh yang ma`ṣūm, seorang kepala negara, sekaligus suami dari bekas pemiliknya.
⚠️ Hal yang paling penting adalah Baginda Nabī ﷺ sama sekali tidak ada "baper" saat ditanyakan seperti itu. Beliau ﷺ santai saja, karena itu bukanlah perkara Ṡariàt.
Adapun yang sekarang ini hanyalah "ijtihād politik" di dalam dunia demokrasi sekuler, oleh seseorang yang tidak ma`ṣūm.
❌ Lantas ummat diultimatum apakah mau taat atau tidak…?!?
Innālillāhi wa innā ilaihi rōjiȕn.
Al-Imām Mālik ibn Anas رحمه الله تعالى pernah menasihatkan agar jangan taqlid buta:
كل واحد يؤخذ من قوله ويترك ، ليس معصوما إلا ٱلنبي ﷺ
(arti) _“Semua (orang) bisa diambil ucapannya ataupun ditolak, tidak ada yang ma`ṣūm kecuali Nabi ﷺ.”_
atau dalam riwayat yang lain:
كل يؤخذ من قوْله ويرد إِلا صاحب هذا ٱلقبر
(arti) _“Semua (orang) bisa diambil ataupun ditolak ucapannya kecuali pemilik kuburan ini.”_
Demikian, semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar