Akibat Salah Memilih Teman



Saya pernah mendengar 
penuturan dari orang tua saya rohimahumāllōh tentang oknum-oknum yang telah banyak dibantu kehidupannya, lalu tetiba berkhianat kepada orang yang telah banyak membantunya karena didekati oleh oknum-oknum yang baru dikenalnya yang mempengaruhinya sehingga ia tega menjelek-jelekkan bahkan memfitnah orang yang selama ini telah banyak berbuat kebaikan kepadanya.

Saya pikir kisah ini hanya terjadi kepada orang "the haves" saja, sebab di dalam al-Qur-ān itu hal yang demikian terjadi pada diri Abū Bakr ash-Shiddīq رضي الله تعالى عنه yang dikhianati oleh Misthoh ibn Utsātsah. Misthoh itu adalah kerabat Abū Bakr yang telah sangat banyak dibantu kehidupannya oleh Abū Bakr, namun Misthoh malah ikut menyebarkan fitnah kepada Ummul-Mu’minīn ‘Ā-isyah رضي الله تعالى عنها. Namun ternyata seiring dengan perjalanan waktu, saya pun mendapati kisah yang demikian terjadi pada diri orang-orang yang saya kenal dan bahkan pada diri saya sendiri juga. Iya, ternyata kisah oknum yang selama bertahun-tahun dibantu ekonominya, dibeli dagangannya, dibayarkan utangnya, bahkan disekolahkan anaknya, lalu dengan mudahnya menjelek-jelekkan (bad mouthing) bahkan back-stabbing orang yang telah banyak membantunya. Ternyata oknum-oknum yang ketika mengalami masalah tekanan sosial, lalu ditenangkan, diberikan nasihat, di-support dan diberikan penguatan mental, bahkan bantuan yang lebih dari itu, ternyata dengan mudahnya berbalik mengkhianati orang yang selama ini banyak berbuat baik kepada dirinya…

Subhānallōh… mengerikan!

❓ Pasti bertanya, apa sebabnya sehingga terjadi yang demikian?

☠ Ternyata tak lain adalah karena salah di dalam berteman!

Iya, salah berteman! Akibat dari membersamai orang-orang baru yang manis mulut, meyakinkan, bahkan asik / fun berteman dengannya, akan tetapi sebenarnya memiliki hati yang busuk dan niyat yang jahat / keji. Akibatnya, ia pun terpengaruh dengan orang-orang yang façade (penampilan luar) baik namun isinya buruk tersebut sehingga ikut-ikutan jadi buruk juga.

Ya begitulah, salah berteman mampu membalikkan keadaan seseorang. Maka dari itu junjungan kita, Baginda Nabī Muhammad ﷺ mewanti-wanti ummatnya agar berhati-hati dalam memilih teman dekat.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

(arti) _“Perumpamaan seseorang yang berteman dengan orang yang shōlih dengan berteman dengan orang yang buruk adalah seperti penjual wewangian dengan pandai besi. Penjual wewangian akan memberikan hadiah wewangian kepada kamu, atau kamu bisa membeli darinya, atau setidaknya kamu mendapatkan wangi wewangiannya. Sedangkan pandai besi, maka kamu terkena percikan api dari tungkunya sehingga bajumu terbakar, atau setidaknya kamu jadi bau asap.”_ [HR al-Bukhōriy no 2101, 5534; Muslim no 2628; Abū Dāwūd no 4831].

⚠ Hadīts mulia ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa teman duduk (berbagi pikiran, curhatan) itu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap diri seseorang. Bergaul dengan orang shōlih dan baik, maka akan terpengaruh menjadi baik. Sebaliknya jika bergaul dengan orang yang toxic, maka akan jadi rusak juga.

❗ Maka dari itu di dalam hadīts mulia yang lain, Baginda Nabī ﷺ mengatakan bahwa agama seseorang itu adalah tergantung siapa teman dekatnya.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

(arti) _“Seseorang itu mengikuti agama dari teman dekatnya. Maka hendaklah kalian memperhatikan siapa yang hendak kalian jadikan sebagai teman dekat.”_ [HR Abū Dāwūd no 4833; at-Tirmidziy no 2378; Ahmad no 7685, 8065].

‼️ Begitulah berbahayanya salah memilih teman duduk / teman akrab. Sehingga agama pun bisa menjadi rusak karenanya.

☠ Kita saksikan betapa banyak orang-orang yang tadinya baik, ternyata berubah menjadi buruk karena bergaul dengan orang-orang buruk, kasar, tukang fitnah, brutal dan licik, dan tak ber‘ilmu.

Sebaliknya…

⭐ Kita saksikan juga orang-orang yang jadi baik karena berteman dengan orang-orang baik, dengan orang-orang shōlih yang santun, lembut lagi halus pembawaannya, dan mulia akhlāqnya lagi tinggi ‘ilmunya.

‼️ Oleh karena itu, hati-hati memilih teman gaul. Jangan sampai salah memilih berteman dengan orang yang mengikuti hawa nafsu, yang brutal lagi kasar, bodoh dan tak ber‘ilmu.

❓ Lalu bagaimana orang yang terpengaruh jadi jahat dan menjahati orang yang telah banyak membantunya itu?

❗ Ternyata Baginda Nabī ﷺ pun telah mewanti-wanti ummatnya agar tidak mudah begitu saja melupakan kebaikan orang, karena konsekwensinya FATAL.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

(arti) _“Tidak bersyukur kepada Allōh siapa saja yang tidak berterimakasih kepada orang (lain yang telah membantunya -pent).”_ [HR Abū Dāwūd no 4811].

Atau di dalam riwayat yang lain:

مَنْ لاَ يَشْكُرِ النَّاسَ لاَ يَشْكُرِ اللَّهَ

(arti) _“Siapa saja yang tidak berterimakasih kepada orang (lain yang telah membantunya -pent) maka berarti ia tidak bersyukur kepada Allōh!”_ [HR at-Tirmidziy no 1954, 1955].

☠ Bayangkan, orang yang tidak berterima kasih kepada orang lain yang telah banyak membantunya, dianggap TIDAK BERSYUKUR kepada Allōh ﷻ. Maka apalagi yang malah menjahati orang yang selama ini banyak membantunya?!?

Demikian lintasan pemikiran pagi ini, semoga bermanfaat.

❤️ Kita berdo'a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ ، عَيْنَاهُ تَرَيَانِي وَقَلْبُهُ يَرْعَانِي ، إِنْ رَأى حَسَنَةً دَفَنَهَا ، وَإِنْ رَأى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
{allōhumma innī a-ūdzubika min kholīlin mākirīn, aynāhu taroyānī wa qolbuhu yar ‘ānī, in ro-ā hasanatan dafanahā, wa in ro-ā sayyi-atan adzā-‘ahā}

(arti) "Wahai Allōh, saya berlindung kepada-Mu dari teman yang suka berbuat makar, matanya melihatku akan tetapi hatinya mencurigaiku. Jika ia melihat kebaikanku, maka ia menyembunyikannya, sedangkan jika ia melihat kejelekanku maka ia sebarkan."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk