Dalīl Hanya Untuk Ìbādah?
Membaca postingan ini saya terus terang kaget, karena ini blunder. Kenapa? Kembalikan saja ke Bahasa Àrab tentang kata "dalīl" (دليل) yang artinya adalah "petunjuk". Dari sini saja sebenarnya sudah bisa secara akal sehat kita ketahui dan rasakan bahwa kehidupan ini sangat butuh yang namanya "petunjuk". Hal itu tak bisa dinafikan, bukan? Kemudian kalau kita bahas lebih lanjut lagi, ternyata di dalam agama para ùlamā’ membagi lagi dalīl menjadi 2 berdasarkan ṣifatnya, yaitu: ⑴ Naqliyy (نقلي) Naql itu artinya "dibawa" / "dipindahkan", maksudnya segala sesuatu yang ṣifatnya dibawa dari Robbul-Ȁlamīn yaitu "wahyu". ⑵ Àqliyy (عقلي) Àql itu ya artinya "akal pikiran", maksudnya ìlmu yang diolah oleh akal-budi lalu diajarkan dan dipelajari. Kita tahu bahwa yang namanya ìbādah tentu wajib berdasarkan dalīl. Sebab kita tak boleh bikin-bikin ìbādah sendiri, semisal: ṣolāt 20 rokaàt, atau puasa setahun penuh tak putus-putus, atau...